Yoh : 6 30 -35
Pada tanggal 28 April
kita rayakan sebagai hari raya orang kudus St.
Petrus Chanel. Petrus Chanel dilahirkan di Belley, Perancis pada tahun 1803.
Sejak masa kecilnya berumur tujuh tahun ia menggembalakan kawanan domba
ayahnya. Meskipun ia miskin namun cerdas dan saleh, hingga suatu hari seorang
imam paroki yang baik hati meminta ijin pada orangtuanya untuk
menyekolahkannya. Imam begitu terkesan pada
anak ini dan pada akhirnya apa yang ia harapkan orang tuanya mengabulkan
permintaannya. Di sekolah Petrus begitu
tekun dalam hal belajar hingga menamatkan sekolahnya di seminari. Ketika Petrus ditabiskan sebagai Imam ia
ditugaskan di Paroki dimana hanya sedikit umat Katolik yang masih mangamalkan
imannya. Pastor Petrus Chanel seorang pendoa, ia baik hati dan lemah lembut.
Banyak orang kembali mengasihi Yesus dan Gerejanya dengan segenap hati. Keinginan Pastor Petrus Chanel yakni ingin
menjadi seorang misionaris, ia bergabung dengan ordo religius Serikat Maria (
Misionar-Misionaris Maria ) Ia berharap agar dapat diutus untuk mewartakan
Injil kepada mereka yang belum percaya kepada Tuhan. Beberapa tahun kemudia ia
akhirnya diutus ke pulau Lautan Teduh. Pastor Petrus Chanel dan seorang Bruder
ditugaskan di pulau Futuna. Disan penduduk dengan senang hati mendengarkan
khotbah Pater Petrus Chanel. “ Orang ini
mengasihi kita “, demikian kata seorang penduduk. “ Dan ia sendiri mengamalkan
apa yang diajarkan Pastor Petrus Chanel. Namun sayang sekali Pastos Petrus
Chanel di benci oleh kepala suku Futuna karena keberhasilannya membabtis
orang-orang disana. Ketika putra dari kepala suku di babtis ia menjadi murkah
sehingga mengirimkan sepasukan prajurit untuk membunuh sang misionaris.
Sementara terbaring sekarat, yang dikatakan imam hanyalah “ Aku baik-baik saja ”.
Sang misionaris dibunuh pada tanggal 28 April 1841. Tak lama kemudian semua
pendduk telah menjadi Kristen dan ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada
tahun 1954. (@hidupkatolik.com)
Dalam sejarah Bangsa
Israel berbangga diri atas pengalaman yang telah diterima yakni roti dari surga
sebagai bangsa pilihan Allah. Tuhan
memperhatikan kebutuhan umatNya yang telah bebas dari perbudakan di Mesir
dengan memberi mereka manna dan
daging burung puyuh ( bdk Kel 16 :1-36 ). Pengalaman perhatian ini membuat
bangsa Israel merasa diri istimewa, karena itu Yesus membawah ajaran baru
tentang roti kehidupan. Orang-orang di kapernaum menuntut suatu tanda dari
Yesus agar mereka dapat percaya kepada pemberitaanNya. Yesus menekankan apa
yang dibuat Yahwe di padang gurun itu adalah wujud peneguhan iman atas
orang-orang Israel yang baru dibebaskan dari perbudakan Mesir. Dengan manna Yahwe menunjukan bahwa ia
memperhatikan keselamatan seluruh bangsa. Sama seperti nenek moyang mereka dikuatkan imannya karena anuhgera itu,
orang-orang akpernaum pun dikuatkan imannya kalau menerima diriNya sebagai roti
kehidupan.
Orang-orang Yahudi
seringkali terbatas pada perhatiannya pada tokoh-tokoh karismatik seperti Moses/Musa,
lalu lupa bahwa dibalik tokoh besar itu adalah Tuhan. Yesus mengingatkan mereka, bahwa setiap orang
harus menggali lebih dalam melewati batas-batas praksisi hingga menggapai inti
iman, yakni Tuhan. Jangan berhenti pada
Moses/Musa yang menunjukan “manna” di
padang gurun, tetapi pada Tuhan yang berkuasa menurutnya. Yesus mengantar orang banyak kepaham baru
tentang roti hidup. Ia mengingatkan mereka, bahwa yang memnghidupkan orang
beriman bukanlah roti fana melainkan percaya kepada utusan Allah. Tanda apa yang akan Dia berikan ?
Pertanyaannya aneh karena mereka baru saja melihat tanda besar, yakni lima roti
dan dua ekor ikan diperbanyak untuk memberi makan lima ribu orang. Mereka bahkan sudah mengakui Dia secara paksa
dan menjadikannya raja ( bdk. Yoh 6 : 14-15 ). Maka pertanyaannya itu bukan
untuk mencari jawaban tetapi lebih merupakan luapan kekecewaan.
Apa yang diungkapkan
Yesus adalah perubahan radikal dalam
cara beriman. Roti penguat raga itu sudah tidak lagi diberikan karena Tuhan
meneruskan berkatnya dengan cara lain yakni rejeki dari pekerjaan. Maka sudah
saatnya sisi kerohanian mendapat perhatian lebih. Tawaran roti kehidupan adalah
kelanjutan berkat dari Allah dengan cara lain.
Bagi hidup kita masa
kini, pengajaran tentang Roti Hidup pun tetap relevan. Kita sering sudah merasa
puas dengan ritual keagamaan dan penghayatan iman popular, tetapi lalai menggali lebih dalam untuk menemukan
hakekat iman. Kalau kita memperoleh berkat dari Tuhan, kita ingin agar berkat itu
terus dikaruniakan. Panggilan tak boleh
berhenti, karena proses itu justru meneguhkan iman kita akan Yesus Kristus. Akan tetapi orang beriman yakin bahwa hidup
kekal dijamin oleh Yesus setelah mengakhiri perjuangan di dunia ini.
Keberhasilan mengatasi kesulitan dan perjuangan di dunia ini membuat orang
beriman mengangkat pujian kepada Tuhan. Mari
kita menyadari bahwa Tuhan selalu memberkati kita dengan cara yang
dikehendakiNya.
( Yoh 6 30 -35 ) Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda
apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu?
Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek
moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka
diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka
kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa
yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu
roti yang benar dari sorga. Karena roti
yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada
dunia." Maka kata mereka
kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti
hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.**JK Lejab**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar