Senin, 27 April 2020

TUHAN BERIKANLAH KAMI ROTI ITU SENANTIASA


Yoh : 6 30 -35
Pada tanggal 28 April kita rayakan sebagai hari raya orang kudus St. Petrus Chanel. Petrus Chanel dilahirkan di Belley, Perancis pada tahun 1803. Sejak masa kecilnya berumur tujuh tahun ia menggembalakan kawanan domba ayahnya. Meskipun ia miskin namun cerdas dan saleh, hingga suatu hari seorang imam paroki yang baik hati meminta ijin pada orangtuanya untuk menyekolahkannya.  Imam begitu terkesan pada anak ini dan pada akhirnya apa yang ia harapkan orang tuanya mengabulkan permintaannya.  Di sekolah Petrus begitu tekun dalam hal belajar hingga menamatkan sekolahnya di seminari.  Ketika Petrus ditabiskan sebagai Imam ia ditugaskan di Paroki dimana hanya sedikit umat Katolik yang masih mangamalkan imannya. Pastor Petrus Chanel seorang pendoa, ia baik hati dan lemah lembut. Banyak orang kembali mengasihi Yesus dan Gerejanya dengan segenap hati.  Keinginan Pastor Petrus Chanel yakni ingin menjadi seorang misionaris, ia bergabung dengan ordo religius Serikat Maria ( Misionar-Misionaris Maria ) Ia berharap agar dapat diutus untuk mewartakan Injil kepada mereka yang belum percaya kepada Tuhan. Beberapa tahun kemudia ia akhirnya diutus ke pulau Lautan Teduh. Pastor Petrus Chanel dan seorang Bruder ditugaskan di pulau Futuna. Disan penduduk dengan senang hati mendengarkan khotbah Pater Petrus Chanel.  “ Orang ini mengasihi kita “, demikian kata seorang penduduk. “ Dan ia sendiri mengamalkan apa yang diajarkan Pastor Petrus Chanel. Namun sayang sekali Pastos Petrus Chanel di benci oleh kepala suku Futuna karena keberhasilannya membabtis orang-orang disana. Ketika putra dari kepala suku di babtis ia menjadi murkah sehingga mengirimkan sepasukan prajurit untuk membunuh sang misionaris. Sementara terbaring sekarat, yang dikatakan imam hanyalah Aku baik-baik saja ”. Sang misionaris dibunuh pada tanggal 28 April 1841. Tak lama kemudian semua pendduk telah menjadi Kristen dan ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1954.  (@hidupkatolik.com)

Dalam sejarah Bangsa Israel berbangga diri atas pengalaman yang telah diterima yakni roti dari surga sebagai bangsa pilihan Allah.  Tuhan memperhatikan kebutuhan umatNya yang telah bebas dari perbudakan di Mesir dengan memberi mereka manna dan daging burung puyuh ( bdk Kel 16 :1-36 ). Pengalaman perhatian ini membuat bangsa Israel merasa diri istimewa, karena itu Yesus membawah ajaran baru tentang roti kehidupan. Orang-orang di kapernaum menuntut suatu tanda dari Yesus agar mereka dapat percaya kepada pemberitaanNya. Yesus menekankan apa yang dibuat Yahwe di padang gurun itu adalah wujud peneguhan iman atas orang-orang Israel yang baru dibebaskan dari perbudakan Mesir. Dengan manna Yahwe menunjukan bahwa ia memperhatikan keselamatan seluruh bangsa. Sama seperti nenek moyang mereka  dikuatkan imannya karena anuhgera itu, orang-orang akpernaum pun dikuatkan imannya kalau menerima diriNya sebagai roti kehidupan.

Orang-orang Yahudi seringkali terbatas pada perhatiannya pada tokoh-tokoh karismatik seperti Moses/Musa, lalu lupa bahwa dibalik tokoh besar itu adalah Tuhan.  Yesus mengingatkan mereka, bahwa setiap orang harus menggali lebih dalam melewati batas-batas praksisi hingga menggapai inti iman, yakni Tuhan.  Jangan berhenti pada Moses/Musa yang menunjukan  “manna” di padang gurun, tetapi pada Tuhan yang berkuasa menurutnya.  Yesus mengantar orang banyak kepaham baru tentang roti hidup. Ia mengingatkan mereka, bahwa yang memnghidupkan orang beriman bukanlah roti fana melainkan percaya kepada utusan Allah.  Tanda apa yang akan Dia berikan ? Pertanyaannya aneh karena mereka baru saja melihat tanda besar, yakni lima roti dan dua ekor ikan diperbanyak untuk memberi makan lima ribu orang.  Mereka bahkan sudah mengakui Dia secara paksa dan menjadikannya raja ( bdk. Yoh 6 : 14-15 ). Maka pertanyaannya itu bukan untuk mencari jawaban tetapi lebih merupakan luapan kekecewaan.

Apa yang diungkapkan Yesus  adalah perubahan radikal dalam cara beriman. Roti penguat raga itu sudah tidak lagi diberikan karena Tuhan meneruskan berkatnya dengan cara lain yakni rejeki dari pekerjaan. Maka sudah saatnya sisi kerohanian mendapat perhatian lebih. Tawaran roti kehidupan adalah kelanjutan berkat dari Allah dengan cara lain.
Bagi hidup kita masa kini, pengajaran tentang Roti Hidup pun tetap relevan. Kita sering sudah merasa puas dengan ritual keagamaan dan penghayatan iman popular,  tetapi lalai menggali lebih dalam untuk menemukan hakekat iman. Kalau kita memperoleh berkat dari Tuhan, kita ingin agar berkat itu terus dikaruniakan.  Panggilan tak boleh berhenti, karena proses itu justru meneguhkan iman kita akan Yesus Kristus.  Akan tetapi orang beriman yakin bahwa hidup kekal dijamin oleh Yesus setelah mengakhiri perjuangan di dunia ini. Keberhasilan mengatasi kesulitan dan perjuangan di dunia ini membuat orang beriman mengangkat pujian kepada Tuhan.  Mari kita menyadari bahwa Tuhan selalu memberkati kita dengan cara yang dikehendakiNya.

( Yoh 6 30 -35 ) Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?  Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga."  Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.  Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."  Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."  Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.**JK Lejab**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar