Selasa, 14 April 2020

HARAPAN UNTUK BANGKIT

(Luk  24: 13-35)
           Pasca kematian Yesus membuat situasi hidup para murid menjadi tidak menentu. Mereka tidak saja merasa takut dan cemas dengan orang-orang Yahudi yang akan membasmi sisa-sisa pengikuti Yesus. Tetapi para murid juga menjadi hilang harapan. Mereka seakan tidak percaya bahwa Yesus akan pergi begitu saja disaat mereka sungguh menaruh harapan besar pada-Nya untuk membawa mereka kepada keselamatan dan kemerdekaan hidup. Hanya tinggal kenangan akan semua kata-kata dan perbuatan Yesus. Tetapi semuanya menjadi tidak berarti tanpa kehadiran Yesus di antara mereka.

          Ada dua poin yang ingin saya disampaikan terkait dengan mispersepsi atau salah paham di satu sisi dan kekurangpahaman atau ketidakpahaman dari para murid tentang sosok  Yesus dan ajaran-Nya. Pertama terkait dengan masalah salah paham. Para murid memahami kehadiran Yesus sebagai raja duniawi yang akan membebaskan mereka dari para penjajah Romawi. Menurut mereka, sesudah menggulingkan kekuasaaan penjajah, Yesus akan memakai mahkota raja, duduk di atas singgasana kerajaan, mempunyai banyak menteri, prajurit kerajaan, dan rakyat yang setia. Sebagai raja duniawi, Yesus akan memberi mereka kesejahteraan secara ekonomi dan menciptakan stabilitas sosial politik. Namun faktanya bukan demikian. Yesus malah dituduh sebagai pembelot dan pembangkang dalam agama orang Yahudi. 

Ia akhirnya ditangkap, disiksa, disalibkan, wafat kemudian dikuburkan. Kenyataan ini yang memupus harapan mereka akan Yesus sebagai penyelamat dunia. Kedua, masalah kurang atau tidak paham tentang ajaran Yesus. Para murid memang mengenal dan dekat dengan Yesus secara pribadi. Tetapi mereka belum mampu memahami dan menghayati setiap sabda yang disampaikan oleh Yesus. Tidak hanya melalui perumpamaan, tetapi dengan terang benderang, Yesus mengatakan bahwa pada saatnya Ia akan diserahkan ke dalam tangan penguasa dunia. Ia akan ditangkap, disesah, disalibkan, dan wafat di Kayu Salib. Tetapi kemudian, Ia akan bangkit pada hari ketiga. 

                Dua hal itulah yang menurut saya menjadi sumber ketakutan, kecemasan, dan hopeless atau hilang harapan dari para murid. Termasuk dua orang murid yang menjadi bagian dari kelompok dua belas rasul. Mereka memilih untuk pulang kampung. Selain untuk mencari keamanan diri tetapi juga mereka mencari harapan lain untuk sebuah kehidupan. Yesus sekarang hanya tinggal sebuah sejarah. Dan Ia tidak pernah akan kembali untuk memberi sebuah pengharapan yang baik untuk mereka. Lebih baik pulang kampung untuk meniti hidup dan sebuah harapan baru. Tetapi di tengah jalan, tanpa mereka sadari, ada seseorang yang ikut nimbrung dalam percakapan mereka. Orang itu adalah Yesus tetapi mereka tidak mengenal-Nya. Yesus dengan panjang lebar menjelaskan isi Kitab Suci dan malah menegor kelambanan hati mereka karena tidak percaya kepada-Nya. Dua orang murid baru mengetahui siapa sosok yang berjalan bersama dengan mereka pada saat makan bersama. Dan mereka mengenal Dia adalah Yesus saat Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka berdua. Mereka menjadi teringat akan apa yang dilakukan oleh Yesus sebelum peristiwa kematian itu.

                Pengalaman penampakan Yesus setelah peristiwa kebangkitan yang tidak mereka ketahui itu, seakan melecut kembali keberanian dan asa mereka yang sempat pupus. Secara spontan, mereka dikuatkan dan diteguhkan lagi untuk tidak ragu-ragu lagi dengan siapa Yesus sebenarnya. Ia sungguh telah bangkit dan menampakkan diri-Nya secara langsung di hadapan mereka. Peristiwa penampakan Yesus terhadap dua orang murid secara kolektif telah membuat situasia kebatinan para murid menjadi tenang, aman dan damai. Mereka juga menjadi berani dan tidak takut lagi dengan orang-orang Yahudi. Para murid semakin percaya dengan Yesus. Harapan untuk ikut diselamatkan menjadi kian terbuka dan pasti.

                Suasana takut, cemas, hilang harapan, turut kita rasakan dan menjadi perhatian dunia tatkala kita dihadapkan dengan badai Covid 19 atau Corona. Covid 19 mengancam semua sendi kehidupan kita. Banyak orang yang kehilangan pendapatan atau pekerjaan dan tidak bisa menghidupi keluarganya, tidak bisa membayar cicilan kredit, dan sebagainya. Interaksi sosial menjadi terbatas karena orang harus mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan. Orang seakan dipaksa untuk menyendiri dan menjadi individualis. Bahkan ruang rohani kita juga menjadi terbatas. Kita tidak lagi berkumpul bersama-sama di Gereja, basis, dan lingkungan untuk membangun persekutuan iman. Kita sungguh menepi untuk mencari Tuhan dalam kesendirian. 

Paskah yang kita temukan di tempat kita masing-masing, baik di rumah, di tempat kerja, maupun di tempat tidur tatkala kita sakit adalah paskah yang sungguh memberi harapan untuk bangkit. Kita tidak sekedar merayakan kebangkitan Tuhan, tetapi kita merayakan kebangkitan diri kita sendiri untuk tidak takut dan cemas akan segala bahaya dan penyakit yang mengancam hidup kita termasuk bahaya dari Covid 19. Kita percaya dalam iman bahwa Kristus yang bangkit dengan jaya akan selalu menyertai, menguatkan hati kita dan selalu memberi jalan bagi kita agar kita bisa keluar dari kemelut hidup yang kita rasakan. Amin.

Atanasius KD Labaona

Tidak ada komentar:

Posting Komentar