Mat 26: 14-25
Pergolakan bantin seorang narapidana
menjelang eksekusi mati sulit digambarkan dengan kata-kata. Kisah kematian Petrus,
yang dianggap sebagai penjahat di Kampung halamannya pada akhirnya dihukum
mati. Dalam penyelidikan kriminal, seseorang paling menyangkal terlibat dalam
kasus itu sangat mungkin menjadi pelakunya . Apalagi kalau orang itu sudah
menyangkal sebelum dituduh secara langsung. Rasa tidak aman dalam batin telah
mendorongnya untuk menyangkal sebelum waktunya. Keluarga berhimpun dan berdoa
dalam perjamuan bersama, namun banyak isak tangis yang terdengan daripada
menyentuh hidangan yang disediakan. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan
suasana saat itu.
Perjamuan Yesus dan murid-murid-Nya
diwarnai dengan pergolakan batin juga, bukan hanya karena Yesus meninggalkan
mereka tetapi karena ada diantara mereka yang berkianat. Itulah Yudas Iskariot.
Ia bahakan masih mengingkarinya. “ Bukan aku, ya Rabi”, katanya. Yesus tahu, muara dari pelayanan-Nya adalah
salib dan kebangkitan, namun Ia tetap meraskan kepahitan karena pengkianatan
murid-Nya itu.
Apa motivasi Yudas Iskariot yang
mendasari pengkhianatannya terhadap Yesus. Injil Mat 26:15 Yudas menyerahkan
Yesus kepada Imam-Imam kepala dengan imbalan tiga puluh keping uang perak. Tiga
puluh keeping uang perak adalah upah
nabi (Zakharia 11:12-13) atau harga seorang budak ( Keluaran 21:32 ) Dengan
demikian penulis Injil hendak menyatakan bahwa Yesus dijual murah seperti
seorang budak. Dalam Injil ( Mat 27 : 3-5 ) juga dikisahkan setelah mengetahui
bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati, Yudas mengembalikan uang tersebut kepada
imam-imam kepala dan kemudian bunuh diri.
Ataukah Yudas Iskariot sengaja
menciptakan suatu situasi sulit untuk memaksa Yesus menampakan kekuasaannya
atas para musuh-Nya? Namun sampai pada akhir dari kematian Yudas Iskariot atas
perbuatannya menjual Yesus tidak nampak jelas motivasi. Secara teologis penderitaan Yesus merupakan bagian
dari rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Banyak orang membela Yudas Iskariot. Dengan argumen
Yudas merupakan bagian dari rencana Allah tersebut. Tetapi kalau kita
merefleksikan situasi saat itu, Yudas tetap bertanggungjawab atas kematian
Yesus. Dia bukan boneka yang diperalat oleh Tuhan. Dia memiliki kehendak bebas
untuk memilih.
Tapi kita dapat menarik suatu
kesimpulan dari motivasi Yudas yakni Uang. Hal itu diperkuat oleh kisah-kisah
sebelumnya yang menggambarkan Yudas sebagai seorang pencuri. Ia sering
mengambil uang yang dipegangnya. Kita tidak dapat menyangkal bahwa uang menjadi
alasan utama Yudas yang paling nampak. Cinta akan uang menyebabkan orang lain
meninggalkan Tuhan bahkan menjual Tuhan. Karena sibuk memburu uang banyak orang
kehilangan waktu untuk berdoa dan berjumpa dengan Tuhan dalam Perayaan
Ekaristi.
Disaat tahun 2020 ini, teknologi yang sudah
berkembang pesat sehingga nampak kesombongan hati manusia atas karya yang dibanggakan.
Namun, karya manusia dipatahkan oleh Tuhan mau mengajar kembali kepada kita
bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar dalam menghadapi virus corona.
Virus corona membawa dapak perubahan besar
bagi keluarga, pribadi kita masing-masing di mana kita dapat merenungkan Tuhan
dan juga berdoa bersama keluarga.
Kita semua pernah juga mengalami
pasang surut iman. Ingatlah selalu, bahwa setiap dosa yang kita lakukan adalah
pengkianatan. Maka kitapun tak lebih dari Yudas Iskariot kecil yang terus
merongrong Gereja Tuhan. Hidup kita sebagai umat beriman masih tetap diwarnai
oleh pengkianatan seperti seorang yang kita percayai justru menjadi sumber
penyebar informasi tentang kelemahan diri kita. Pengkianatan semacam ini jelas
bukan semangat Kristiani yang sejati. Pengkianatan selalu membuahkan kehancuran
untuk itu kita wajib menghidarinya. Dengan demikian saatnya kita bertobat sehingga
dapat menerima pengampunan dari Tuhan.
Mat
26:14-25 ) Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama
Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: "Apa yang hendak kamu
berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar
tiga puluh uang perak kepadanya. Dan
mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak
Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau
kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si
Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam
rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan
murid-murid-Ku." Lalu
murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan
Paskah.
Setelah hari malam, Yesus duduk
makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan
menyerahkan Aku." Dan dengan hati
yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya:
"Bukan aku, ya Tuhan?" Ia
menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam
pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan
yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak
Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak
dilahirkan." Yudas, yang hendak
menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata
Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya."
JK
Lejab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar