Yesaya adalah figur utama
dalam Kitab Yesaya. Ia adalah nabi Yudea abad ke-8 SM. Ia dipanggil sebagai
nabi pada tahun kematian raja Uzia, sekitar tahun 740 SM. Yesaya bernubuat
sekurang-kurangnya 40 tahun pada zaman raja Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia dari
Kerajaan Yehuda. Pada masa baktinya Yesaya menyadarkan orang-orang fasik di
antara bangsanya dalam hal peribadatan. Dengan tegas ia mengajak Yehuda untuk
tidak menggabungkan diri dengan bangsa-bangsa lain, melainkan percaya kepada
Tuhan. Pokok pemberitaannya adalah umat yang percaya kepada Tuhan harus
mempertahankan kedudukan mereka sebagai bangsa yang kudus bagi Tuhan. Ia
mendeklarasikan bahwa seisi dunia berada dalam pengendalian Tuhan. Dan
memperingatkan masyarakat bahwa negeri mereka akan dimusnahkan apabila mereka
berpaling dari Tuhan.
Dalam bacaan pertama hari ini, Yeremia menegaskan
identitasnya sebagai seorang utusan Tuhan. Bahwa Tuhan telah memanggil dirinya
sejak ia masih dalam kandungan. Dengan bahasa penuh metafor, Yeremia melukiskan
bagaimana Tuhan membentuk dirinya menjadi seorang nabi yang handal. Tuhan telah
membuat mulutnya sebagai pedang yang tajam dan membuatnya berlindung dalam
naungan tangan Tuhan. Tuhan telah menjadikan dirinya seperti anak panah yang
runcing dan menyembunyikan dia dalam tabung panah-Nya.
Tetapi kemudian Yesaya melukiskan kegalauan hatinya
karena apa yang telah disampaikan kepada umat Israel, tidak didengar. Warta
kenabiannya untuk menjaga umat tetap berjalan dalam jalan Tuhan, seakan
sia-sia. Perjuangan dan pengorbanannya tidak dihargai. Umat Israel tetap
berjalan dalam jalan sesat dengan tidak mengindahkan firman Tuhan melalui nabi
Yesaya. Namun Yesaya tidak pernah putus asa. Ia terus mewartakan warta kenabian
karena ia yakin Tuhan akan selalu menyertai dan memberi jaminan keselamatan
bagi hidupnya. Tuhan bahkan tidak sekedar menjadikan Yesaya sebagai hambanya,
melainkan lebih besar dari itu. Sebagai terang bagi bangsa-bangsa supaya
keselamatan dari Tuhan sampai ke ujung bumi. Yesaya tidak pernah mengkhianati
amanat yang telah ditetapkan Tuhan bagi dirinya. Ia tetap berjalan lurus dan
teguh walaupun begitu banyak tantangan yang harus ia hadapi.
Berbeda dengan Yesaya, seorang hamba Tuhan yang
setia. Yudas seorang murid dari kelompok 12 rasul, justru mengkhianati Gurunya
sendiri, Yesus Kristus. Mengkhianati Yesus sama juga dengan mengkhianati Tuhan
Allah yang telah mewahyukan diri-Nya dalam diri Yesus. Yudas telah dibutakan
oleh materi yang diberikan oleh orang Yahudi saat itu. Demi uang, ia rela
menjual Gurunya sendiri. Yudas rela menggadaikan martabatnya sebagai seorang
murid Tuhan demi sekeping perak. Perjalanan selama kurang lebih tiga tahun
bersama-sama dengan Yesus menjadi sia-sia. Yudas tidak sungguh-sungguh membaca
dan meresapi tanda-tanda keselamatan dalam diri Yesus. Yudas telah menjadi
seorang pecundang yang mengkhianati Gurunya sendiri.
Sebagai seorang murid Tuhan di era ini, kita pun bisa
saja berpeluang untuk menjadi seorang pecundang yang mengkhianati Tuhan, Sang
Guru ilahi kita. Kita boleh dengan bangga mengaku diri sebagai orang Katolik.
Rajin beribadah dan menjalankan segala ritus agama. Bahkan juga menjadi
pengurus dalam lingkungan gereja. Namun kita tetap berpotensi mengkhianati
Tuhan manakala kita memanfaatkan kelebihan atau jabatan yang kita miliki untuk
memuaskan rasa ego dan nafsu pribadi kita. Tak jarang kita menghakimi orang
lain sebagai pendosa dan lupa bahwa Tuhan telah menjadikan kita sebagai
alat-Nya untuk menyelamatkan mereka. Sering kita berlaku kasar, iri hati,
dendam kepada orang lain walaupun dengan pemicu yang sangat sepele. Atau kita
memanfaatkan jabatan yang kita miliki untuk menumpuk kekayaan pribadi.
Saat-saat ini dimana segala kesibukan dan rutinitas
seakan dipangkas dan kita mulai menepi dalam kesendirian karena badai Virus
Covic 19, penting bagi kita untuk mempertanyakan diri kita sendiri. Siapakah
saya sebenarnya? Apakah arti Tuhan dalam hidup saya? Sudah sejauh mana saya
berlangkah bersama Tuhan? Seberapa sering saya mengkhianati Dia? Dan bagaimana
upaya saya untuk memperbaiki diri? Atau saya tetap jatuh dan tidak bangun lagi?
Tuhan telah menjadikan kita sebagai panah yang
runcing dan menyembunyikan kita dalam tabung panah-Nya. Bersama Yesaya, Semoga
kita semakin menyadari eksistensi pribadi kita sebagai insan yang telah dipilih
Tuhan untuk membawa kabar sukacita kepada segenap makhluk. Janganlah kita
seperti Yudas yang mengkhianati Tuhan demi kepentingan ego dan nafsu pribadi
kita. Semoga. Tuhan memberkati.
(Atanasius KD Labaona)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar