Senin, 06 April 2020

JANGAN MENGKHIANATI TUHAN


Yesaya adalah figur utama dalam Kitab Yesaya. Ia adalah nabi Yudea abad ke-8 SM. Ia dipanggil sebagai nabi pada tahun kematian raja Uzia, sekitar tahun 740 SM. Yesaya bernubuat sekurang-kurangnya 40 tahun pada zaman raja Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia dari Kerajaan Yehuda. Pada masa baktinya Yesaya menyadarkan orang-orang fasik di antara bangsanya dalam hal peribadatan. Dengan tegas ia mengajak Yehuda untuk tidak menggabungkan diri dengan bangsa-bangsa lain, melainkan percaya kepada Tuhan. Pokok pemberitaannya adalah umat yang percaya kepada Tuhan harus mempertahankan kedudukan mereka sebagai bangsa yang kudus bagi Tuhan. Ia mendeklarasikan bahwa seisi dunia berada dalam pengendalian Tuhan. Dan memperingatkan masyarakat bahwa negeri mereka akan dimusnahkan apabila mereka berpaling dari Tuhan.

                Dalam bacaan pertama hari ini, Yeremia menegaskan identitasnya sebagai seorang utusan Tuhan. Bahwa Tuhan telah memanggil dirinya sejak ia masih dalam kandungan. Dengan bahasa penuh metafor, Yeremia melukiskan bagaimana Tuhan membentuk dirinya menjadi seorang nabi yang handal. Tuhan telah membuat mulutnya sebagai pedang yang tajam dan membuatnya berlindung dalam naungan tangan Tuhan. Tuhan telah menjadikan dirinya seperti anak panah yang runcing dan menyembunyikan dia dalam tabung panah-Nya.

                Tetapi kemudian Yesaya melukiskan kegalauan hatinya karena apa yang telah disampaikan kepada umat Israel, tidak didengar. Warta kenabiannya untuk menjaga umat tetap berjalan dalam jalan Tuhan, seakan sia-sia. Perjuangan dan pengorbanannya tidak dihargai. Umat Israel tetap berjalan dalam jalan sesat dengan tidak mengindahkan firman Tuhan melalui nabi Yesaya. Namun Yesaya tidak pernah putus asa. Ia terus mewartakan warta kenabian karena ia yakin Tuhan akan selalu menyertai dan memberi jaminan keselamatan bagi hidupnya. Tuhan bahkan tidak sekedar menjadikan Yesaya sebagai hambanya, melainkan lebih besar dari itu. Sebagai terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan dari Tuhan sampai ke ujung bumi. Yesaya tidak pernah mengkhianati amanat yang telah ditetapkan Tuhan bagi dirinya. Ia tetap berjalan lurus dan teguh walaupun begitu banyak tantangan yang harus ia hadapi.

                Berbeda dengan Yesaya, seorang hamba Tuhan yang setia. Yudas seorang murid dari kelompok 12 rasul, justru mengkhianati Gurunya sendiri, Yesus Kristus. Mengkhianati Yesus sama juga dengan mengkhianati Tuhan Allah yang telah mewahyukan diri-Nya dalam diri Yesus. Yudas telah dibutakan oleh materi yang diberikan oleh orang Yahudi saat itu. Demi uang, ia rela menjual Gurunya sendiri. Yudas rela menggadaikan martabatnya sebagai seorang murid Tuhan demi sekeping perak. Perjalanan selama kurang lebih tiga tahun bersama-sama dengan Yesus menjadi sia-sia. Yudas tidak sungguh-sungguh membaca dan meresapi tanda-tanda keselamatan dalam diri Yesus. Yudas telah menjadi seorang pecundang yang mengkhianati Gurunya sendiri.

                Sebagai seorang murid Tuhan di era ini, kita pun bisa saja berpeluang untuk menjadi seorang pecundang yang mengkhianati Tuhan, Sang Guru ilahi kita. Kita boleh dengan bangga mengaku diri sebagai orang Katolik. Rajin beribadah dan menjalankan segala ritus agama. Bahkan juga menjadi pengurus dalam lingkungan gereja. Namun kita tetap berpotensi mengkhianati Tuhan manakala kita memanfaatkan kelebihan atau jabatan yang kita miliki untuk memuaskan rasa ego dan nafsu pribadi kita. Tak jarang kita menghakimi orang lain sebagai pendosa dan lupa bahwa Tuhan telah menjadikan kita sebagai alat-Nya untuk menyelamatkan mereka. Sering kita berlaku kasar, iri hati, dendam kepada orang lain walaupun dengan pemicu yang sangat sepele. Atau kita memanfaatkan jabatan yang kita miliki untuk menumpuk kekayaan pribadi.

                Saat-saat ini dimana segala kesibukan dan rutinitas seakan dipangkas dan kita mulai menepi dalam kesendirian karena badai Virus Covic 19, penting bagi kita untuk mempertanyakan diri kita sendiri. Siapakah saya sebenarnya? Apakah arti Tuhan dalam hidup saya? Sudah sejauh mana saya berlangkah bersama Tuhan? Seberapa sering saya mengkhianati Dia? Dan bagaimana upaya saya untuk memperbaiki diri? Atau saya tetap jatuh dan tidak bangun lagi?

                Tuhan telah menjadikan kita sebagai panah yang runcing dan menyembunyikan kita dalam tabung panah-Nya. Bersama Yesaya, Semoga kita semakin menyadari eksistensi pribadi kita sebagai insan yang telah dipilih Tuhan untuk membawa kabar sukacita kepada segenap makhluk. Janganlah kita seperti Yudas yang mengkhianati Tuhan demi kepentingan ego dan nafsu pribadi kita. Semoga. Tuhan memberkati.
(Atanasius KD Labaona)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar