Kamis, 16 April 2020

TUHAN SANDARAN KITA


Bacaan Injil hari ini (Yoh 21:1-14) mengisahkan tentang Yesus yang untuk ketiga kalinya menampakkan diri-Nya kepada para murid. Latar penampakkan Yesus kali ini adalah danau Tiberias. Para murid rupanya kembali ke aktivitas mereka sebagai nelayan. Aktivitas yang dijalani sebelum mengikuti Yesus. Pasca kematian Yesus, para murid menjadi bingung harus berbuat apa. Tidak ada sosok yang mengambil peran sebagai pemimpin sepeninggalan Yesus. Yesus sengaja mendatangi danau Tiberias untuk menemui mereka. Dan mengingatkan mereka akan kenangan yang pernah mereka lalui bersama Yesus di tempat itu. Danau Tiberias adalah danau yang penuh kenangan. Di tempat itulah untuk pertama kalinya Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Yesus memanggil mereka untuk tidak lagi menjadi penjala ikan tetapi menjadi penjala manusia.

 Tidak hanya itu saja. Ada beberapa kejadian lama yang dulu pernah dibuat di danau itu kembali dipertontonkan Yesus. Yesus mengangkat nostalgia lama untuk membuka pikiran dan hati mereka. Pertama, Yesus menyuruh para murid menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Seruan-Nya untuk menebarkan jala di sebelah kanan mengingatkan kenangan mereka tentang Petrus yang dahulu juga diminta Yesus bertolak ke tempat yang dalam untuk menebarkan jala. Kedua, tangkapan ikan yang melimpah membuka kenangan akan Petrus yang dahulu setelah menangkap ikan yang begitu banyak, lalu tersungkur, merasa tidak layak di hadapan Yesus karena dosanya. Selain dua kenangan itu, ada kenangan lain yang dibuat Yesus yakni menyediakan api dan arang serta ajakan untuk sarapan. Api dan arang yang disediakan Yesus, membuka kenangan Petrus yang menyangkal-Nya di hadapan seorang wanita yang sedang berdiang di dekat perapian. Dan ajakan Yesus untuk sarapan roti memunculkan kenangan akan perjamuan malam terakhir para rasul bersama Yesus.

Hidup kita pun sering dilanda krisis dan dilema. Pengalaman pahit dan kegagalan sering membuat kita putus asa. Kita sering mengalami pengalaman pahit di tempat kerja. Kita sudah bekerja semaksimal dan sebaik mungkin tetapi masih saja dianggap tidak berhasil. Malah kita dicemooh dan difitnah. Dalam keluarga, kadang kita menaruh target yang terlalu tinggi untuk anak-anak. Lalu saat mereka gagal mencapai target yang diberikan, kita menjadi kecewa dan sakit. Dalam lingkungan masyarakat, misalnya, ketika kita diberi tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Dengan semangat yang tinggi kita berjuang dan berkorban. Tetapi kadang perjuangan dan pengorbanan itu tidak mendapat dukungan dari masyarakat (umat). Kita menjadi marah dan kecewa.  Kita bingung kepada siapa harus menyandarkan diri. Kepada siapa kita meletakkan segala beban yang kita rasakan. Dan terutama situasi krisis, wabah Corona, yang kita alami secara global pada saat sekarang ini. Kita semua menjadi bingung dan pasrah. Entah sampai kapan badai ini segera berlalu.

Baiklah kita mengingat kata-kata St. Petrus pada bacaan pertama hari ini. “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12). Kita percaya bahwa dalam iman, Yesus adalah sumber keselamatan. Kepada Dialah, segala beban, segala pengalaman pahit dan getir, kita pasrahkan kepada-Nya. Kita percaya bahwa kita akan selalu mendapat kekuatan bukan untuk menghindari segala persoalan tetapi harus berani menghadapinya. Kenangan iman para rasul akan Yesus, juga menjadi kenangan iman kita sendiri. Dalam segala hal, terutama saat kita mengalami “paceklik hidup”, Tuhanlah yang menjadi sandaran pertama dan utama kita. Jangan pernah ragu akan kekuatan Tuhan. Amin.


Atanasius KD Labaona

Tidak ada komentar:

Posting Komentar