Selasa, 04 Februari 2020

MENJADI TANAH YANG BAIK SEKALIGUS PENABUR YANG HANDAL


MENJADI TANAH YANG BAIK SEKALIGUS PENABUR YANG HANDAL  (Mrk 4: 1 – 20)

            Hari ini Gereja Katolik sejagat merayakan pesta St. Joseph Freinademetz. Joseph Freinademetz dilahirkan dalam sebuah keluarga Katolik yang saleh pada tanggal 15 April  1852 di Oies, Tyrol, di daerah pegunungan Alpen, sebelah utaraa Italia. Ia ditahbiskan menjadi seorang imam projo pada tanggal 25 Juli  1875 di kota Brixen. Kemudian Pater Josep menggabungkan diri dengan Serikat Sabda Allah karena keinginannya yang kuat untuk menjadi seorang misionaris. Pada tanggala 15 Maret 1879, Pater Josep bersama dengan Pater Yohanes Baptis Anzer, berangkat ke tanah misi di  Cina. Perjalanan mereka tempuh selama lima minggu. Pater Josep kemudian ditempatkan di Propinsi Shantung. Di sana ia bekerja bersama bruder Antonio, seorang biarawan Fransiskan dari Italia.
            Kemahiran Pater Josep dalam berbahasa Tionghoa sungguh membantunya dalam pergaulan dengan umat setempat. Ia dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan umat di Shantung. Kepribadiannya yang menarik, sifatnya yang rendah hati, rajin, sederhana dan berkemauan keras membuat dia sangat dicintai oleh umatnya. Semuanya itu sungguh memudahkan dia dalam karya pewartaannya. Ia dengan tekun mengunjungi desa-desa untuk mewartakan Injil dan melayani sakramen. Kepadanya selalu diberitahu agar berhati-hati terhadap segala bahaya. Tetapi ia tidak gentar sedikit pun karena ia yakin bahwa Tuhan senantiasa menyertainya. Pater Josep membaktikan seluruh hidupnya bagi misi di Cina dan untuk orang-orang yang dilayaninya tanpa pernah kembali untuk melihat tanah kelahirannya. Setelah berkarya selama 18 tahun, secara tiba-tiba ia terserang penyakit TBC dan Typhus yang mengakibatkan kematiannya pada tanggal 28 Januari 1908. Joseph Freinademetz SVD bersama sahabatnya Arnoldus Jansen SVD dibeatifikasi oleh Paus Paulus VI pada tanggal 19 Oktober 1975  dan dikanonisasi pada tanggal 5 Oktober 2003 oleh Paus Yohanes Paulus II. 
                                                                                                                                                  
Dalam bacaan yang barusan diperdengarkan kepada kita, Penginjil Markus berkisah tentang Yesus yang mengajar banyak orang dengan menggunakan perumpaan. Dan perumpamaan yang digunakan oleh Yesus adalah perumpaan tentang seorang penabur. Penabur adalah orang yang melakukan pekerjaan menabur. Kegiatan menabur berkaitan dengan bidang pertanian; menabur benih tumbuhan di ladang pesemaian.Yesus memang sengaja mengajar dengan menggunakan perumpamaan. Maksudnya agar orang lebih mudah paham dengan bahan ajar yang ia tawarkan atau berikan. Dan kata penabur sebagai materi dasar ajarannya merupakan sebuah istilah yang sangat familiar, tidak asing lagi bagi masyarakat Yahudi di kala itu. Dalam struktur masyarakat Yahudi, pekerjaan bertani merupakan pekerjaan yang umumnya dilakukan pada masa itu. Sehingga tidak heran Yesus menggunakan istilah penabur yang merupakan pekerjaan pokok seorang petani.
 
Jika kita perhatikan cermat, ada tiga kata kunci yang digunakan Yesus dalam menyampaikan perumpamaan-Nya. Pertama, kata penabur. Yesus mengumpamakan diri-Nya seperti seorang penabur, yang sementara melakukan pekerjaan menabur benih. Kedua, kata benih. Benih yang dimaksudkan adalah Sabda Allah sendiri. Yesus sebagai representasi diri Allah sedang membawa misi khusus dari Bapa-Nya di sorga untuk mewartakan kabar gembira kepada semua umat manusia. Yesus tidak membeda-bedakan jenis kelompok manusia mana yang berhak menerima warta Allah. Sabda Allah diberikan adalah secara cuma-cuma, ditaburkan secara gratis. Ketiga, tanah, tempat benih itu jatuh dan tumbuh. Tanah melambangkan pribadi manusia yang akan menerima Sabda Allah. Pokok persoalannya adalah apakah umat manusia bersedia menerima Sabda Allah tersebut atau tidak. Semuanya kembali kepada kehendak bebas manusia untuk menentukan pilihan. Mau menerima atau menolak sabda Allah yang diberikan.
Selanjutnya dalam cerita perumpamaan itu, ada empat zona atau wilayah yang menjadi tempat benih itu jatuh dan tumbuh. Ada sebagian benih yang jatuh di pinggir jalan, tetapi langsung dimakan oleh burung. Ada juga benih yang jatuh di daerah yang berbatu-batu. Benih itu sempat tumbuh. Tetapi tidak bertahan lama. Ketika matahari muncul, benih itu langsung layu dan menjadj kering karena tidak berakar. Ada benih yang lain jatuh di tengah semak berduri. Benih itu tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan semak. Pada akhirnya, semak itu menghimpitnya sampai mati. Benih yang terakhir ini jatuh di tanah yan baik. Ia kemudian tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang berlimpah. 
Dari empat zona yang menjadi tempat jatuhnya benih, ada tiga zona yang tanahnya jelek; yakni zona pinggir jalan, tanah yang berbatu-batu, dan di tengah semak berduri. Hanya satu zona yang baik, yang menjadi posisi strategis tumbuh kembangnya benih. Tiga zona yang jelek merupakan makna simbolik dari tiga jenis pribadi yang telah menerima Sabda Allah. Namun tidak bertahan karena adanya tantangan atau masalah yang dihadapi. Tantangan-tantangan itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Tantangan pertama, ada tipe manusia yang hanya mengandalkan rasio atau akal dalam hidupnya. Ia tidak mudah percaya akan hal-hal yang bersifaf irasional, termasuk di dalamnya soal iman. Bisa jadi ia seorang yang beragama. Tetapi ia tidak sungguh-sungguh menjalankan perintah atau ajaran agamanya karena memang ia tidak percaya. Orang yang kurang atau tidak percaya akan Allah cenderung menjadi pribadi yang apatis, malas, indiferent atau tidak mau tahu dengan situasi di sekelilingnya. Kedua, ada pribadi manusia yang bercorak materialisme. Ia sungguh mengagungkan materi dalam hidupnya. Memang hidup itu butuh materi. Tetapi materi bukan segala-galanya dalam hidup. Orang dengan tipe seperti ini gampang terbawa arus konsumtif dan hidup penuh kemewahan. Baginya, iman akan Tuhan itu tidak penting. Ketiga, ada juga pribadi manusia yang sangat mendewakan hidup penuh kenikmatan dan kesenangan (hedonisme). Orang-orang dengan corak hedonis adalah pribadi-pribadi yang suka pesta pora, berjudi, dan sebagainya.

Hidup mereka tidak akan terikat dengan Sabda Allah karena mereka sudah menciptakan allah lain dalam prinsip hidup yang mereka jalani. Inilah tantangan-tantangan yang dialami dan dihidupi oleh manusia-manusia era ini. Sadar atau tidak, inilah gambaran realitas sosial yang terjadi di sekitar kita. Banyak orang Katolik yang sudah tidak menjadi Katolik dalam hidup mereka sehari-hari.
Para murid Yesus telah menjadi kelompok pendengar setia dari setiap sabda yang disampaikan oleh Yesus. Para murid dalam hal ini telah menyiapkan ladang hati mereka dengan baik untuk menerima warta sabda Allah. Tidak hanya itu saja, para murid juga sementara disiapkan untuk menjadi penabur yang baik. Mereka tidak saja menjadi “tanahyang subur” bagi benih yang jatuh tetapi harus menjadi penabur yang handal dalam segala medan laga penuh tantangan dan cobaan. Semangat seorang penabur yang diperankan oleh Yesus sendiri secara perlahan-lahan mulai diwariskan kepada para murid. Keikutsertaan para murid dalam setiap peristiwa atau warta keselamatan menjadi proses pembelajaran sekaligus masa training bagi mereka menjadi seorang penabur pasca Yesus meninggalkan dunia. 
 Bagaimana dengan kita para murid di zaman ini. Kita hendaknya meneladani semangat para rasul yang dengan setia dan total telah menyiapkan ladang hati mereka sebagai tempat bertumbuhnya benih Sabda Allah. Semoga benih yang jatuh dalam pribadi kita adalah beni yang jatuh di tanah yang berhumus dan bukannya benih yang nyasar di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, dan semak berduri. Kita semua telah diberi anugerah khusus oleh sakramen pembaptisan yang memampukan kita untuk menjadi seorang pewarta yang handal. St. Josep Freinademetz telah menginspirasi kita untuk bisa menjadi seorang penabur yang mumpuni. Seorang penabur yang tidak pernah takut akan segala bahaya dan tantangan yang datang. Dan yang paling utama, seorang penabur harus menjaga integritas dirinya agar selalu siap sedia menjaga ladang pesemainnya. Semoga kita mampu menjadi tanah yang baik sekaligus penabur yang handal dalam menyebarkan benih sabda Allah di tengah-tengah dunia.


MATERI PENYIARAN DI RUMAH SAKIT BUKIT LEWOLEBA
Lewoleba, Rabu, 29 Januari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar