Rabu, 22 Januari 2020

YESUS AKAN MENYEMBUHKAN KITA





YESUS AKAN MENYEMBUHKAN KITA  (Mrk 1: 29 – 39)


            Arnoldus Janssen lahir pada tanggal 5 November 1837 di Goch, sebuah kota kecil di bagian barat dataran rendah sungai Rhein, Jerman. Ayahnya bernama Gerald Janssen dan ibunya bernama Anna Katharina Janssen. Keluarga Janssen adalah keluarga yang sangat religius. Mereka tidak pernah mengabaikan perayaan Ekaristi setiap hari, dan melakukan berbagai penghayatan devosi kepada Roh Kudus, malaekat pelindung, Hati Yesus, Rosario  dan khususnya kepada Sabda Allah. Kebiasaan cinta akan hal-hal rohani ini sungguh melekat dalam diri Arnoldus Janssen.



Dengan tekad bulat, ia masuk seminari di Gaesdonk tahun 1849 dan menerima tahbisan imamat pada tanggal 15 Agustus 1861. Selama masa pendidikan tersebut, ia juga belajar matematika dan ilmu pengetahuan alam, sehingga setelah tahbisan, ia berkarya sebagai seorang guru sekolah menengah atas di Bocholt. Arnoldus Janssen sangat berminat terhadap karya kerasulan doa yang terarah pada usaha untuk mempersatukan kembali umat Kristen, pewartaan Injil serta misi gereja di antara bangsa-bangsa. Tidak heran, pada tahun 1847, ia memprakarsai penerbitan majalah “Kleiner Herz-Jesu-Bote” (Utusan Hati Kudus Yesus) yang selalu menerbitkan gagasan tentang misi dan ekumene. Dari sinilah, ia melontarkan gagasan tentang pentingnya mendirikan Rumah Misi di Jerman untuk mendidik dan mengutus para misionaris ke berbagai belahan dunia.
             
Dengan bersusah payah, dan disertai keberanian yang luar biasa serta ketekunan yang ditopang oleh kesalehannya, akhirnya ia berhasil mendirikan rumah misi sekaligus seminari untuk mempersiapkan calon misionaris ke seluruh dunia. Dan akhirnya, pada tanggal 8 September 1875, bertempat di Steyl Belanda, Arnoldus Janssen membuka rumah misi “St. Mikael”, yang menjadi rumah induk “Serikat Sabda Allah (SVD).” Seiring dengan perjalanan waktu, ia juga mendirikan dua kongregasi misi para suster, yaitu SSpS pada 8 Desember 1889 dan SSpS Adorasi Abadi pada 8 Desember 1896, yang merupakan suatu tarekat kontemplatif. Dari sini, Arnoldus Janssen sungguh menyadari bahwa karya misi haruslah selalu diletakkan pada 2 pilar utama, yakni karya dan doa. 

Berawal dari Cina, sebagai cinta pertama daerah misinya, ketiga kongregasi misi tersebut sungguh berkembang dan berkarya di seluruh belahan dunia. Arnoldus Janssen meninggal pada tanggal 15 Agustus 1909. Pada tanggal 19 Oktober 1975, ia digelari Beato oleh Paus Paulus VI dan pada tanggal 5 Oktober 2003, bersama dengan JosefFreinademetz (misonaris pertama SVD), ia digelari Santo. Ia membaktikan seluruh hidupnya untuk karya misi Allah dengan selalu berkeyakinan pada kehendak Allah, sebagaimana terungkap dalam kata-katanya, “Ketika saya mendirikan serikat ini, orang umumnya berkata bahwa pekerjaan ini tidak akan berhasil. Memang sungguh benar karena mereka melihat pada diri saya yang menyedihkan. Kendati semua ini, Tuhan telah menghendaki bahwa pekerjaan itu berhasil dan teristimewa dengan suatu cara yang tidak pernah saya pikirkan bahwa itu mungkin.”
            

 Hari ini Penginjil Markus kembali mengisahkan aksi mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Aksi mukjizat yang pertama adalah Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sakit demam. Berawal dari kunjungan Yesus bersama rasul Yohanes dan Yakobus ke rumah Simon dan Andreas. Para murid itu kemudian menyampaikan keadaan sakit ibu mertua Simon Petrus kepada Yesus. Dengan sigap Ia pergi ke tempat perempuan itu dan menyembuhkannya dengan cara memegang tangannya. Aksi mukjizat yang kedua; Yesus menyembuhkan banyak orang yang datang dengan beragam penyakit dan kerasukan setan. Banyak penduduk kota datang menemui Yesus karena mereka telah mendengar ibu mertua Simon yang disembuhkan oleh Yesus. Mereka datang dengan intensi yang berbeda. Ada yang ingin penyakitnya segera disembuhkan. Ada yang mungkin hanya mau menjawab rasa penasaran mereka tentang Yesus. 


Jadi mereka datang hanya untuk melihat Yesus dan aksi mukjizat yang dilakukan-Nya. Ada beberapa point yang ingin kita refleksikan bersama-sama sehubungan dengan perikop Injil yang baru saja diperdengarkan. Pertama, sikap compassion Yesus. Ketika mengetahui bahwa ibu mertua Simon sedang sakit, Yesus langsung bergerak menghampiri perempuan itu. Sikap ini didasari oleh ketergerakan hati atau rasa belaskasihan. Tanpa rasa ini tidak mungkin Yesus datang dan mendekati perempuan itu. Kedua, tindakan penyembuhan Yesus. Yesus tidak hanya sampai pada tataran rasa compassion atau belaskasihan. Ia datang dan memegang tangan perempuan itu. Wanita itu pun menjadi sembuh. Ketiga, iman ibu mertua Simon Petrus dan orang-orang yang disembuhkan. Tanpa membuat prasangka apakah orang-orang yang disembuhkan itu mempunyai iman yang teguh atau tidak, kita dapat dengan positif mengatakan bahwa karena iman yang teguh akan Yesus, mereka semua sungguh menjadi selamat dari penyakit yang diderita. Iman akan Yesus telah mengokohkan sikap percaya bahwa mereka akan disembuhkan dari segala penyakit. keempat, doa sebagai fondasi  utama. Yesus selalu mengawali segala aktivitas harian-Nya dengan berdoa di pagi hari.

  Yesus mau mengambil kekuatan dan inspirasi baru dengan bertemu dan berkomunikasi dengan Bapa-Nya melalui doa. Doa merupakan salah satu komponen utama dalam karya penyelamatan Yesus di tengah dunia. Keempat, perintah untuk mewartakan kabar gembira di tempat lain. Yesus sungguh menyadari bahwa karya penyelamatan umat tidak hanya akan terjadi di satu tempat saja. Tetapi harus menyebar ke seluruh tempat di dunia. Oleh karena itu, dia mengajak para murid-Nya untuk segera bergerak menyampaikan kabar gembira di tempat lain.
          
Di sekitar kita ada banyak realitas sosial yang menyentuh nurani kita sebagai seorang makhluk ciptaan Tuhan. Realitas itu dapat kita temukan di rumah, di lingkungan, di tempat kerja kita ini, dan dimana saja kita berada. Yesus telah mengajarkan kepada kita agar pertama-tama kita mau menunjukkan rasa empati atau compassion kita. Ketergerakan hati karena rasa belaskasihan harus juga dibuktikan dengan action atau tindakan konkrit untuk memberi hiburan atau keselamatan kepada orang lain. Sampai pada bagian ini, saya secara pribadi sungguh mengapresiasi kerja nyata kita di rumah besar ini; Rumah Sakit Bukit Lewoleba. Walaupun memang kita bekerja secara profesional dalam tugas masing-masing dengan mendapatkan upah, tetapi sesungguhnya upah yang kita dapat tidak sama nilainya dengan pelayanan tulus, total dan penuh pengorbanan yang telah kita dedikasikan untuk orang-orang yang membutuhkan kesehatan dan keselamatan di tempat ini.
             

Selanjutnya, saya harus dengan tegas mengatakan bahwa untuk bekerja dengan penuh pelayanan, cinta dan ketulusan di tempat ini, kita membutuhkan satu spiritualitas utama yang selalu memberi kita motivasi dan kekuatan dikala kita diterjang badai tantangan dan kepelikan dalam persoalan hidup. Untuk saudara/i saya yang Katolik dan Kristen, selalulah menaru harapan dan kepercayaan pada Yesus yang pasti akan selalu menolong kita di saat kita membutuhkan bantuan-Nya. Itulah spiritualitas kita sebagai seorang Kristen, spiritualitas kepada Yesus Kristus. Hal yang paling sederhana kita lakukan adalah dengan membangun relasi yang intim dengan-Nya dalam doa-doa kita baik secara pribadi maupun secara bersama-sama. Dalam bidang tugas dan unit pelayanan kita masing-masing, sesungguhnya Allah melalui Yesus telah memberi kita tugas pokok untuk membawa misi pewartaan kabar gembira kepada segenap umat. Belajar dari St. ArnoldusJanssen yang pestanya kira rayakan pada hari ini, semoga kita semua tetap diteguhkan dan dikuatkan untuk menjadi corong Allah dalam menyampaikan warta keselamatan sesuai dengan tugas dan pekerjaan kita. Semoga. Tuhan memberkati.

MATERI PENYIARAN DI RUMAH SAKIT BUKIT LEWOLEBA
Lewoleba, Rabu, 13 Januari 2020
Oleh Atanasius KD Labaona
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar