YESUS AKAN MENYEMBUHKAN KITA (Mrk 1: 29 – 39)
Arnoldus
Janssen lahir pada tanggal 5 November 1837 di Goch, sebuah kota kecil di bagian
barat dataran rendah sungai Rhein, Jerman. Ayahnya bernama Gerald Janssen dan
ibunya bernama Anna Katharina Janssen. Keluarga Janssen adalah keluarga yang
sangat religius. Mereka tidak pernah mengabaikan perayaan Ekaristi setiap hari,
dan melakukan berbagai penghayatan devosi kepada Roh Kudus, malaekat pelindung,
Hati Yesus, Rosario dan khususnya kepada
Sabda Allah. Kebiasaan cinta akan hal-hal rohani ini sungguh melekat dalam diri
Arnoldus Janssen.
Dengan tekad bulat, ia masuk seminari di Gaesdonk tahun 1849
dan menerima tahbisan imamat pada tanggal 15 Agustus 1861. Selama masa
pendidikan tersebut, ia juga belajar matematika dan ilmu pengetahuan alam,
sehingga setelah tahbisan, ia berkarya sebagai seorang guru sekolah menengah
atas di Bocholt. Arnoldus Janssen sangat berminat terhadap karya kerasulan doa
yang terarah pada usaha untuk mempersatukan kembali umat Kristen, pewartaan
Injil serta misi gereja di antara bangsa-bangsa. Tidak heran, pada tahun 1847,
ia memprakarsai penerbitan majalah “Kleiner Herz-Jesu-Bote” (Utusan Hati Kudus
Yesus) yang selalu menerbitkan gagasan tentang misi dan ekumene. Dari sinilah,
ia melontarkan gagasan tentang pentingnya mendirikan Rumah Misi di Jerman untuk
mendidik dan mengutus para misionaris ke berbagai belahan dunia.
Dengan
bersusah payah, dan disertai keberanian yang luar biasa serta ketekunan yang
ditopang oleh kesalehannya, akhirnya ia berhasil mendirikan rumah misi
sekaligus seminari untuk mempersiapkan calon misionaris ke seluruh dunia. Dan
akhirnya, pada tanggal 8 September 1875, bertempat di Steyl Belanda, Arnoldus
Janssen membuka rumah misi “St. Mikael”, yang menjadi rumah induk “Serikat
Sabda Allah (SVD).” Seiring dengan perjalanan waktu, ia juga mendirikan dua
kongregasi misi para suster, yaitu SSpS pada 8 Desember 1889 dan SSpS Adorasi
Abadi pada 8 Desember 1896, yang merupakan suatu tarekat kontemplatif. Dari
sini, Arnoldus Janssen sungguh menyadari bahwa karya misi haruslah selalu
diletakkan pada 2 pilar utama, yakni karya dan doa.
Berawal dari Cina, sebagai
cinta pertama daerah misinya, ketiga kongregasi misi tersebut sungguh
berkembang dan berkarya di seluruh belahan dunia. Arnoldus Janssen meninggal
pada tanggal 15 Agustus 1909. Pada tanggal 19 Oktober 1975, ia digelari Beato
oleh Paus Paulus VI dan pada tanggal 5 Oktober 2003, bersama dengan JosefFreinademetz (misonaris pertama SVD), ia digelari Santo. Ia membaktikan seluruh
hidupnya untuk karya misi Allah dengan selalu berkeyakinan pada kehendak Allah,
sebagaimana terungkap dalam kata-katanya, “Ketika saya mendirikan serikat ini,
orang umumnya berkata bahwa pekerjaan ini tidak akan berhasil. Memang sungguh
benar karena mereka melihat pada diri saya yang menyedihkan. Kendati semua ini,
Tuhan telah menghendaki bahwa pekerjaan itu berhasil dan teristimewa dengan suatu
cara yang tidak pernah saya pikirkan bahwa itu mungkin.”
Hari ini
Penginjil Markus kembali mengisahkan aksi mukjizat yang dilakukan oleh Yesus.
Aksi mukjizat yang pertama adalah Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus yang
sakit demam. Berawal dari kunjungan Yesus bersama rasul Yohanes dan Yakobus ke
rumah Simon dan Andreas. Para murid itu kemudian menyampaikan keadaan sakit ibu
mertua Simon Petrus kepada Yesus. Dengan sigap Ia pergi ke tempat perempuan itu
dan menyembuhkannya dengan cara memegang tangannya. Aksi mukjizat yang kedua;
Yesus menyembuhkan banyak orang yang datang dengan beragam penyakit dan
kerasukan setan. Banyak penduduk kota datang menemui Yesus karena mereka telah
mendengar ibu mertua Simon yang disembuhkan oleh Yesus. Mereka datang dengan intensi
yang berbeda. Ada yang ingin penyakitnya segera disembuhkan. Ada yang mungkin
hanya mau menjawab rasa penasaran mereka tentang Yesus.
Jadi mereka datang
hanya untuk melihat Yesus dan aksi mukjizat yang dilakukan-Nya. Ada beberapa
point yang ingin kita refleksikan bersama-sama sehubungan dengan perikop Injil
yang baru saja diperdengarkan. Pertama, sikap compassion Yesus. Ketika mengetahui bahwa ibu mertua Simon sedang
sakit, Yesus langsung bergerak menghampiri perempuan itu. Sikap ini didasari
oleh ketergerakan hati atau rasa belaskasihan. Tanpa rasa ini tidak mungkin
Yesus datang dan mendekati perempuan itu. Kedua, tindakan penyembuhan Yesus.
Yesus tidak hanya sampai pada tataran rasa compassion
atau belaskasihan. Ia datang dan memegang tangan perempuan itu. Wanita itu
pun menjadi sembuh. Ketiga, iman ibu mertua Simon Petrus dan orang-orang yang
disembuhkan. Tanpa membuat prasangka apakah orang-orang yang disembuhkan itu
mempunyai iman yang teguh atau tidak, kita dapat dengan positif mengatakan
bahwa karena iman yang teguh akan Yesus, mereka semua sungguh menjadi selamat
dari penyakit yang diderita. Iman akan Yesus telah mengokohkan sikap percaya
bahwa mereka akan disembuhkan dari segala penyakit. keempat, doa sebagai
fondasi utama. Yesus selalu mengawali
segala aktivitas harian-Nya dengan berdoa di pagi hari.
Yesus mau
mengambil kekuatan dan inspirasi baru dengan bertemu dan berkomunikasi dengan
Bapa-Nya melalui doa. Doa merupakan salah satu komponen utama dalam karya
penyelamatan Yesus di tengah dunia. Keempat, perintah untuk mewartakan kabar
gembira di tempat lain. Yesus sungguh menyadari bahwa karya penyelamatan umat
tidak hanya akan terjadi di satu tempat saja. Tetapi harus menyebar ke seluruh
tempat di dunia. Oleh karena itu, dia mengajak para murid-Nya untuk segera
bergerak menyampaikan kabar gembira di tempat lain.
Di sekitar kita ada banyak realitas sosial yang menyentuh nurani kita sebagai seorang makhluk ciptaan Tuhan. Realitas itu dapat kita temukan di rumah, di lingkungan, di tempat kerja kita ini, dan dimana saja kita berada. Yesus telah mengajarkan kepada kita agar pertama-tama kita mau menunjukkan rasa empati atau compassion kita. Ketergerakan hati karena rasa belaskasihan harus juga dibuktikan dengan action atau tindakan konkrit untuk memberi hiburan atau keselamatan kepada orang lain. Sampai pada bagian ini, saya secara pribadi sungguh mengapresiasi kerja nyata kita di rumah besar ini; Rumah Sakit Bukit Lewoleba. Walaupun memang kita bekerja secara profesional dalam tugas masing-masing dengan mendapatkan upah, tetapi sesungguhnya upah yang kita dapat tidak sama nilainya dengan pelayanan tulus, total dan penuh pengorbanan yang telah kita dedikasikan untuk orang-orang yang membutuhkan kesehatan dan keselamatan di tempat ini.
Selanjutnya,
saya harus dengan tegas mengatakan bahwa untuk bekerja dengan penuh pelayanan,
cinta dan ketulusan di tempat ini, kita membutuhkan satu spiritualitas utama
yang selalu memberi kita motivasi dan kekuatan dikala kita diterjang badai
tantangan dan kepelikan dalam persoalan hidup. Untuk saudara/i saya yang
Katolik dan Kristen, selalulah menaru harapan dan kepercayaan pada Yesus yang
pasti akan selalu menolong kita di saat kita membutuhkan bantuan-Nya. Itulah
spiritualitas kita sebagai seorang Kristen, spiritualitas kepada Yesus Kristus.
Hal yang paling sederhana kita lakukan adalah dengan membangun relasi yang
intim dengan-Nya dalam doa-doa kita baik secara pribadi maupun secara
bersama-sama. Dalam bidang tugas dan unit pelayanan kita masing-masing,
sesungguhnya Allah melalui Yesus telah memberi kita tugas pokok untuk membawa
misi pewartaan kabar gembira kepada segenap umat. Belajar dari St. ArnoldusJanssen yang pestanya kira rayakan pada hari ini, semoga kita semua tetap
diteguhkan dan dikuatkan untuk menjadi corong Allah dalam menyampaikan warta
keselamatan sesuai dengan tugas dan pekerjaan kita. Semoga. Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar