Selasa, 11 Februari 2020

MAWAS DIRI TERHADAP SIKAP MUNAFIK


(Mrk 7: 14-23)


            Salah satu buah yang sangat enak dimakan adalah buah mangga. Apalagi mangga itu sudah ranum. Kulitnya dan isinya berwarna kemerah-merahan. Sebuah penampakan yang sangat indah dan tentu saja sangat lezat untuk dimakan. Tetapi pernahkah anda melihat sebuah mangga yang sudah ranum dari kulit luar namun memiliki isi yang busuk? Saya yakin kita pasti memiliki pengalaman demikian. Ada mangga yang tampilannya sangat indah. Namun ketika kulitnya dikupas, isinya berwarna hitam, berulat dan memiliki aroma yang tidak enak. Ada juga jenis buah yang memiliki kulit yang kurang menarik dan aroma yang tidak sedap. Namanya buah durian. Dari namanya saja kita langsung tahu bahwa buah ini banyak durinya. Sekujur tubuhnya berbentuk duri. Dan aromanya tidak mengundang selera makan. Tetapi jangan lari dulu. Buah durian memiliki isi yang harum dan sangat enak untuk dimakan. Dari analogi tentang dua jenis buah ini, ada dua pesan yang dapat kita tarik. Pertama, orang yang memiliki penampilan dan tutur kata yang menarik belum tentu memiliki sikap hidup dan karakter pribadi yang baik. Kedua, orang yang memiliki penampilan yang biasa-biasa saja atau tidak menarik atau jelek belum tentu secara pribadi memiliki sikap hidup dan karakter yang buruk.


https://penerang1.blogspot.com

Dalam bacaan hari ini, Yesus mengkritik perilaku orang farisi dan ahli taurat yang menunjukkan sikap munafik dalam hidupnya. Mereka adalah  kelompok orang yang sangat legalistik. Mereka sangat kaku dan ketat menjaga aturan agama dan tradisi nenek moyangnya. Misalnya aturan tentang tidak boleh makan dengan tangan najis atau tangan kotor, tidak boleh bekerja pada hari sabat, hal mencuci cawan, kendi, perkakas tembaga, dan sebagainya. Sebenarnya Yesus tidak melarang segala aturan dan tradisi yang berlaku demikian. Tetapi oleh karena sikap dan perilaku busuk yang ditunjukkan oleh orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat sendiri makanya Yesus menyindir mereka dengan berkata: “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya!”

            Orang-orang farisi dan ahli taurat di satu sisi adalah orang-orang yang sangat legalistik. Namun, di sisi lain mereka kurang atau sama sekali tidak menunjukkan sikap hidup yang dikehendaki oleh Allah. Mereka menyuruh orang untuk taat menjalankan perintah agama namun mereka sendiri tidak melaksanakannya. Mereka mengharuskan orang untuk berderma tetapi mereka sering mengambil untung secara ekonomi dengan mengambil apa yang sebenarnya bukan menjadi hak mereka. Mereka sering berdoa di tempat-tempat umum namun tidak dengan hati yang tulus. Mereka sengaja melakukan hal demikian untuk mencari pamor atau prestise pribadi. Dalam hati mereka, selalu timbul pikiran jahat seperti amarah, iri hati manakala melihat ada orang lain yang lebih hebat seperti Yesus pada masa itu. Mereka kelihatan sangat sombong dari cara berpakaian. Mereka sangat licik dari segala tutur kata yang mereka ucapkan. Manis tetapi sebenarnya sangat mematikan. Mereka suka menghujat, menghina orang yang berdosa padahal hati mereka lebih buruk dari para orang berdosa yang mereka hina atau hujat.


https://penerang1.blogspot.com/2020/01/kasih-allah-melampaui-hukum-manusia.html

            Saya memberi renungan sederhana pada hari dengan judul: “Mawas diri terhadap sikap munafik.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sikap mawas diri berarti sebuah upaya untuk mengoreksi diri kita sendiri secara jujur dan sungguh-sungguh. Sikap mawas diri atau introspeksi diri ditujukan kepada pribadi kita sendiri berkaitan dengan segala pikiran, tutur kata, tindakan yang telah kita lakukan. Kita berupaya mengevaluasi diri kita sendiri segera setelah kita mengucapkan atau berbuat sesuatu. Kita bertanya dalam diri masing-masing apakah kita sungguh-sungguh telah melakukan sesuatu dengan benar atau tidak. Apakah kita sudah berpikir dengan benar? Apakah kita sudah bertutur dengan baik? Apakah kita sudah berlaku atau berbuat dengan benar? Atau sebaliknya kita belum berpikir dengan positif. Kita belum bertutur dengan baik. Dan kita belum bertindak dengan benar sesuai dengan kehendak Allah.

            Sikap munafik bersinonim dengan sikap pura-pura. Kita berpura-pura baik padahal sebenarnya tidak demikian. Kita bisa menunjukkan sikap kepura-puraan dalam tutur kata dan tindakan. Berpura-pura baik dalam kata-kata tetapi bertolak belakang dengan apa yang kita lakukan. Atau bisa berpura-pura baik dalam tindakan. Namun, apa yang kita lakukan tidak tulus dan ikhlas. Kita menunjukkan sikap munafik hanya agar kita mau dicap sebagai orang yang baik. Kita tidak mau dianggap sebagai orang dengan bad attitude. Orang-orang yang memiliki sikap yang jelek. Kita rela mengkamuflasekan atau menyamarkan pribadi kita yang sesungguhnya dengan berpura-pura menjadi orang yang taat beribadah supaya dipuji dan diakui orang. Kita berpura-pura menunjukkan sikap yang baik dengan sesama.

Namun, dari dalam kita timbul sikap dengki, iri hati, amarah dan kelicikan untuk menyingkirkan sesama. Kadang-kadang kita susah melihat orang lain senang. Dan sebaliknya kita senang melihat orang susah. Kita berpura-pura simpati dengan penderitaan atau kesusahan orang lain, tetapi sebenarnya dalam hati kita menginginkan demikian. Kita berpura-pura senang dengan kebahagiaan orang lain, tetapi sebenarnya sementara timbul niat busuk untuk menjegal dan menyingkirkan sesama kita sendiri.

https://penerang1.blogspot.com/2020/01/yesus-akan-menyembuhkan-kita.html

Hari ini Yesus juga sementara memberi kritik kepada saya dan anda. Orang-orang farisi dan para ahli taurat modern. Mungkin dalam keseharian, kita masih menunjukkan aneka sikap munafik yang sebenarnya bertentangan dengan kehendak Allah sendiri. Sudah saatnya kita melakukan sikap mawas diri dalam pribadi kita masing-masing. Sikap mawas diri dalam segala tutur kata, tindakan, sikap pribadi, bahkan sikap mawas diri dalam kinerja di tempat atau unit kerja kita masing-masing. Sudahkan saya melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab dengan baik dan benar serta tanpa sikap pura-pura di dalamnya. Orang yang senantiasa melakukan sikap mawas diri dalam hidupnya adalah tipe orang yang sukses dalam hidupnya. Dan lebih penting lagi, kita telah menjadikan diri kita persembahan yang terbaik untuk Tuhan. Kita mau berubah dan menjadi orang Katolik yang sungguh-sungguh Katolik. Semoga. Tuhan memberkati.


MATERI PENYIARAN DI RUMAH SAKIT BUKIT LEWOLEBA
Lewoleba, Rabu, 12 Februari 2020

Oleh Atanasius KD Labaona



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar