Luk 18:35-43
Kadang-kadang secara pribadi, saya memahami kebaikan Tuhan menurut versi
yang ada dalam pikiran saya. Ketika saya berdoa dan memohon bantuan pada-Nya,
saya yakin bahwa Ia segera akan mengabulkannya. Tidak pernah terlintas bahwa
Tuhan tidak akan memenuhi apa yang menjadi intensi atau niat pribadi. Namun
fakta yang terjadi sebaliknya. Banyak kali saya mengalami bahwa butuh waktu
yang panjang baru saya memahami bahwa Tuhan sungguh mengintervensi apa yang
saya maui. Bahkan ada juga permohonan atau intensi yang sama sekalih tidak
pernah diindahkan-Nya. Pengalaman-pengalaman rohani ini yang membuka cakrawala
iman saya bahwa Tuhan itu sungguh penuh misteri. Ia sungguh tidak bisa digiring
dan dikendalikan menurut cara dan kehendak pribadi kita.
Tuhan telah berjalan dengan pakem-Nya sendiri. Namun di balik Diri-Nya yang
misteri Tuhan begitu dekat dan melingkupi setiap hidup manusia. Yang dituntut
dari setiap manusia adalah sikap percaya yang total. Sikap percaya yang total
membimbing manusia untuk mencintai Tuhan dengan penuh setia dan tanpa batas.
Dalam segala situasi, Tuhan tetap menjadi prioritas hidup kita. Walaupun saat
berada dalam pusaran hidup yang sulit dan menantang, iman kita kepada-Nya tidak
goyah dan menjadi luntur. Tuhan punya rencana dan desain hidup yang berbeda
dengan rencana dan desain hidup kita sebagai manusia.
Dalam bacaan Injil (Luk 18:35-43) yang kita baca pada hari ini, Yesus
membuat suatu aksi fenomenal dengan menyembuhkan seorang buta dekat kota
Yerikho. Teks paralel Injil Markus, menyebut dengan eksplisit nama si buta,
yakni Bartimeus (Mrk 10:46). Lukas menjelaskan bahwa si buta tidak hanya
mengalami buta, tetapi ia juga seorang pengemis. Keterbatasan fisik yang
dimiliki, memaksa dia untuk tetap mempertahankan hidupnya (survive). Yang bisa dia lakukan hanya duduk di pinggir jalan
sambil mengharapkan belaskasihan dari orang-orang yang lewat. Ketika Yesus
melewati jalan itu, rupanya ia menangkap suatu situasi yang tidak biasanya.
Suara orang yang bising dan bunyi langkah kaki yang riuh menghentakkan rasa
penasarannya.
Si buta kemudian bertanya kepada orang-orang tentang apa sebenarnya yang
sedang terjadi. Orang mengatakan kepadanya bahwa Yesus orang Nazaret sedang
lewat. Lalu dengan spontan ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
(Luk 18:38). Hal yang mengagetkan adalah si buta memanggil Yesus dengan sebutan
Anak Daud. Anak Daud adalah gelar yang diberikan kepada Yesus sang Mesias.
Gelar Anak Daud tidak hanya merujuk secara genealogi bahwa Yesus berasal dari
keturunan Daud. Lebih dari itu, kehadiran Yesus sebagai Anak Daud hendak
menegaskan dan menghidupkan kembali kejayaan raja Daud pada masa lampau.
Bedanya, raja Daud menciptakan kejayaan kerajaan manusia di dunia. Sementara
Yesus menciptakan kejayaan kerajaan ilahi di tengah dunia. Si buta pasti telah
memiliki referensi sebelumnya tentang figur Yesus. Ia juga mungkin sudah
mendengar berbagai aksi mukjizat Yesus di tempat lain. Sehingga tanpa ragu,
dengan mata batinnya yang terbuka lebar, ia dapat memastikan bahwa sosok Yesus
yang lewat adalah sosok Anak Daud yang akan membawa keselamatan bagi dirinya.
Permohonannya kepada Yesus sepertinya tidak berjalan dengan mulus. Ada
sekian orang yang mencoba menghalanginya. Mereka menyuruh supaya dia diam.
Tetapi ia tidak peduli dengan halangan itu. Semakin keras ia berteriak. Tidak
satu dua kali. Tetapi berkali-kali ia berteriak supaya Yesus mendengar dan
mengabulkan apa yang menjadi keinginannya. Strateginya sukses. Karena Yesus
berhenti dan menyuruh orang membimbingnya kepada-Nya. Yesus menanyakan apa yang
dikehendakinya. Si buta menjawab bahwa ia ingin melihat. Dan Yesus berkata:
“Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk 18:42). Segera
sesudah itu, matanya terbuka dan ia dapat melihat.
Si buta telah memberikan pelajaran iman yang sungguh berharga buat kita. Si
buta tidak hanya percaya. Tetapi percaya dengan total. Percaya dengan total
mengandung makna sinonim percaya dengan setia dan tidak terbatas. Walaupun
mendapat tantangan dan halangan, tidak menyurutkan sedikit pun niatnya untuk
terus berseru kepada Yesus. Iman yang kokoh dari si buta ini yang patut kita
apresiasi. Acapkali kita juga mendapat tantangan dan halangan seperti yang
dialami oleh si buta. Ketika kita merasa doa kita tidak dikabulkan, kita
gampang merasa goyah dengan kepercayaan kita kepada Tuhan. Seringkali kita
mempertanyakan kehadiran dan kebaikan yang dimiliki-Nya. Selanjutnya, kita
bersikap masa bodoh dan tidak peduli lagi dengan hidup iman kita. Realitas
memperlihatkan bahwa era ini, semakin banyak orang Katolik yang sudah bersikap
skeptis dengan imannya sendiri. Mereka tidak lagi mempercayai kehadiran dan
otoritas Tuhan dalam hidupnya. Kehidupan rohani menjadi kering. Orang lebih
sibuk dengan kehidupan duniawi yang memberi kesenangan dan kenikmatan sesaat.
Bartimeus telah menyadarkan agar hidup iman kita kepada Tuhan jangan
menjadi goyah dan hilang. Hendaknya kepercayaan kita tetap tumbuh kokoh dan
kuat. Kebaikan dan kemurahan Tuhan tetap ada dan mengalir dalam hidup kita
setiap hari. Konsistensi kesetiaan iman sungguh diuji saat kita merasa bahwa
Tuhan tidak mengabulkan apa yang kita butuhkan. Sikap iman yang kokoh
senantiasa mendorong agar kita tidak mundur sejengkal dari hadapan-Nya. Kita
tetap percaya dalam iman bahwa Tuhan sementara merancang dan mendesain hidup
yang terbaik bagi kita. ***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar