Minggu, 15 November 2020

TUMBUH KOKOH DALAM IMAN

Luk 18:35-43

Kadang-kadang secara pribadi, saya memahami kebaikan Tuhan menurut versi yang ada dalam pikiran saya. Ketika saya berdoa dan memohon bantuan pada-Nya, saya yakin bahwa Ia segera akan mengabulkannya. Tidak pernah terlintas bahwa Tuhan tidak akan memenuhi apa yang menjadi intensi atau niat pribadi. Namun fakta yang terjadi sebaliknya. Banyak kali saya mengalami bahwa butuh waktu yang panjang baru saya memahami bahwa Tuhan sungguh mengintervensi apa yang saya maui. Bahkan ada juga permohonan atau intensi yang sama sekalih tidak pernah diindahkan-Nya. Pengalaman-pengalaman rohani ini yang membuka cakrawala iman saya bahwa Tuhan itu sungguh penuh misteri. Ia sungguh tidak bisa digiring dan dikendalikan menurut cara dan kehendak pribadi kita.

 

Tuhan telah berjalan dengan pakem-Nya sendiri. Namun di balik Diri-Nya yang misteri Tuhan begitu dekat dan melingkupi setiap hidup manusia. Yang dituntut dari setiap manusia adalah sikap percaya yang total. Sikap percaya yang total membimbing manusia untuk mencintai Tuhan dengan penuh setia dan tanpa batas. Dalam segala situasi, Tuhan tetap menjadi prioritas hidup kita. Walaupun saat berada dalam pusaran hidup yang sulit dan menantang, iman kita kepada-Nya tidak goyah dan menjadi luntur. Tuhan punya rencana dan desain hidup yang berbeda dengan rencana dan desain hidup kita sebagai manusia.

 

Dalam bacaan Injil (Luk 18:35-43) yang kita baca pada hari ini, Yesus membuat suatu aksi fenomenal dengan menyembuhkan seorang buta dekat kota Yerikho. Teks paralel Injil Markus, menyebut dengan eksplisit nama si buta, yakni Bartimeus (Mrk 10:46). Lukas menjelaskan bahwa si buta tidak hanya mengalami buta, tetapi ia juga seorang pengemis. Keterbatasan fisik yang dimiliki, memaksa dia untuk tetap mempertahankan hidupnya (survive). Yang bisa dia lakukan hanya duduk di pinggir jalan sambil mengharapkan belaskasihan dari orang-orang yang lewat. Ketika Yesus melewati jalan itu, rupanya ia menangkap suatu situasi yang tidak biasanya. Suara orang yang bising dan bunyi langkah kaki yang riuh menghentakkan rasa penasarannya.

Si buta kemudian bertanya kepada orang-orang tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi. Orang mengatakan kepadanya bahwa Yesus orang Nazaret sedang lewat. Lalu dengan spontan ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (Luk 18:38). Hal yang mengagetkan adalah si buta memanggil Yesus dengan sebutan Anak Daud. Anak Daud adalah gelar yang diberikan kepada Yesus sang Mesias. Gelar Anak Daud tidak hanya merujuk secara genealogi bahwa Yesus berasal dari keturunan Daud. Lebih dari itu, kehadiran Yesus sebagai Anak Daud hendak menegaskan dan menghidupkan kembali kejayaan raja Daud pada masa lampau. Bedanya, raja Daud menciptakan kejayaan kerajaan manusia di dunia. Sementara Yesus menciptakan kejayaan kerajaan ilahi di tengah dunia. Si buta pasti telah memiliki referensi sebelumnya tentang figur Yesus. Ia juga mungkin sudah mendengar berbagai aksi mukjizat Yesus di tempat lain. Sehingga tanpa ragu, dengan mata batinnya yang terbuka lebar, ia dapat memastikan bahwa sosok Yesus yang lewat adalah sosok Anak Daud yang akan membawa keselamatan bagi dirinya.

 

Permohonannya kepada Yesus sepertinya tidak berjalan dengan mulus. Ada sekian orang yang mencoba menghalanginya. Mereka menyuruh supaya dia diam. Tetapi ia tidak peduli dengan halangan itu. Semakin keras ia berteriak. Tidak satu dua kali. Tetapi berkali-kali ia berteriak supaya Yesus mendengar dan mengabulkan apa yang menjadi keinginannya. Strateginya sukses. Karena Yesus berhenti dan menyuruh orang membimbingnya kepada-Nya. Yesus menanyakan apa yang dikehendakinya. Si buta menjawab bahwa ia ingin melihat. Dan Yesus berkata: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk 18:42). Segera sesudah itu, matanya terbuka dan ia dapat melihat.

 

Si buta telah memberikan pelajaran iman yang sungguh berharga buat kita. Si buta tidak hanya percaya. Tetapi percaya dengan total. Percaya dengan total mengandung makna sinonim percaya dengan setia dan tidak terbatas. Walaupun mendapat tantangan dan halangan, tidak menyurutkan sedikit pun niatnya untuk terus berseru kepada Yesus. Iman yang kokoh dari si buta ini yang patut kita apresiasi. Acapkali kita juga mendapat tantangan dan halangan seperti yang dialami oleh si buta. Ketika kita merasa doa kita tidak dikabulkan, kita gampang merasa goyah dengan kepercayaan kita kepada Tuhan. Seringkali kita mempertanyakan kehadiran dan kebaikan yang dimiliki-Nya. Selanjutnya, kita bersikap masa bodoh dan tidak peduli lagi dengan hidup iman kita. Realitas memperlihatkan bahwa era ini, semakin banyak orang Katolik yang sudah bersikap skeptis dengan imannya sendiri. Mereka tidak lagi mempercayai kehadiran dan otoritas Tuhan dalam hidupnya. Kehidupan rohani menjadi kering. Orang lebih sibuk dengan kehidupan duniawi yang memberi kesenangan dan kenikmatan sesaat.

 

Bartimeus telah menyadarkan agar hidup iman kita kepada Tuhan jangan menjadi goyah dan hilang. Hendaknya kepercayaan kita tetap tumbuh kokoh dan kuat. Kebaikan dan kemurahan Tuhan tetap ada dan mengalir dalam hidup kita setiap hari. Konsistensi kesetiaan iman sungguh diuji saat kita merasa bahwa Tuhan tidak mengabulkan apa yang kita butuhkan. Sikap iman yang kokoh senantiasa mendorong agar kita tidak mundur sejengkal dari hadapan-Nya. Kita tetap percaya dalam iman bahwa Tuhan sementara merancang dan mendesain hidup yang terbaik bagi kita. ***Atanasius KD Labaona***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar