Selasa, 24 November 2020

Salib Identitas Orang Kristiani

Luk 21:12-19

Menjadi murid Yesus bukanlah jaminan untuk bebas dari kesulitan, tantangan, penderitaan dan bahkan kematian secara badani. Sebaliknya, menjadi murid Yesus berarti mengambil bagian dalam kesulitan, tantangan, penderitaan dan kematian. Salib adalah identitas dari murid Yesus (Luk 9:23). Tanpa salib, seseorang bukanlah murid Yesus (Luk 14:27).


Kata-kata Yesus, “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang” pada akhir Injil hari ini bukanlah tanda nyata bahwa iman akan Dia membebaskan umat beriman dari penderitaan ragawi. Kata-kata itu lebih merupakan kiasan tentang perlindungan yang sangat spiritual bagi setiap orang Kristiani yang benar-benar menanggung penderitaan demi nama-Nya. Salib tetap menjadi identitas umat beriman, jalan yang tidak dapat dihindari sebagai murid Yesus.


Penegasan akan identitas ini kembali diungkapkan Yesus dalam kata-kata-Nya: “Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku” (Luk 21:12).


Lebih dari itu, Yesus bahkan berkata: “Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku” (Luk 21:16-17).


Kata-kata ini, benar-benar menantang semua orang yang menjadi pengikut-Nya. Kalau dipikir-pikir, apakah ajaran seradikal ini benar-benar dapat dihayati? Dalam bahasa lain, apakah orang-orang yang menyebut dirinya murid Yesus sungguh menghayati kebenaran sabda Yesus ini? Apakah salib itu benar-benar riil menjadi identitas orang Kristiani?


Melihat perilaku hidup orang-orang Kristiani, jujur saja dikatakan bahwa tidak semua orang yang menyebut dirinya Kristiani adalah benar-benar murid Yesus. Kalau mau digolongkan menurut tingkatan penghayatan maka sekurang-kurangnya ada tiga kelompok orang Kristiani.


Kelompok pertama disebut kelompok militan atau radikal dalam beriman, orang-orang yang sungguh berakar dalam iman. Yang tergabung dalam kelompok ini adalah mereka yang mengenakan salib sebagai jiwa mereka.

 

St. Stefanus dan para murid yang hidupnya ditandai dengan penderitaan, demikian juga para martir dalam gereja adalah wakil umat beriman yang hidupnya ditandai dengan salib. Salib adalah kesempatan bagi mereka untuk bersaksi (Luk 21:13). Dasar dari sikap militan adalah sabda Tuhan dan rasul-Nya dan keyakinan yang mendalam akan kebenarannya.


Ada kelompok umat beriman yang menunjukkan kualitas hidup mereka yang kurang militan, kurang hidup dan produktif. Mereka inilah kelompok yang rata-rata mendiami kantong mayoritas; kelompok yang merasa nyaman dan tertidur dan baru terkejut ketika ada tantangan yang berarti.


Karena imannya tertidur panjang maka perilaku hidup pun tidak karuan. Orang bertindak sedemikian rupa sehingga tidak lagi bertumbuh dalam kasih karunia. Ciri hidup duniawi menjadi lebih kuat dengan konsekuensinya yang nyata seperti keterjebakan dalam perilaku hidup yang tidak selaras iman misalnya, iri hati dan perselisihan (1 Kor 3:3), apatis dan toleran terhadap kejahatan dalam masyarakat (1 Kor 5:1-13). Sabda Tuhan tidak lebih sakral dari pandangan dan filsafat duniawi, nalar dan emosi manusiawi dan karena itu kurang diindahkan. Kalau didengarkan, tidak dengan sungguh hati.


Oleh karena ciri keduniawiaan lebih kuat maka kelompok ini disebut juga sebagai kelompok Kristiani yang duniawi. Lazimnya, kelompok ini begitu bangga menjadi orang-orang Kristiani tetapi tidak pernah bisa membuktikan kebanggaan mereka dalam kualitas iman yang mumpuni. Bangga di mulut, namun mandul pada kesaksian hidup seperti yang diminta Yesus.


Kelompok terakhir adalah kelompok yang benar-benar bukan Kristiani meski tetap memakai identitas kristinani. Kelompok ini disebut juga kelompok bersarang. Identitas kristiani tidak lebih dari topeng untuk kenyamanan diri. Maka bisa jadi bahwa mereka sungguh sangat kristiani dalam tata laku, tetapi sebenarnya tidak sama sekali secara batiniah.

 

Berdasarkan tiga kategori kelompok orang Kristiani ini, kita bertanya pada diri kita masing-masing, saya masuk pada kategori mana?

 

Marilah kita refleksikan ini sebagai suatu persiapan diri bagi kita dalam memasuki masa Adven yang tidak lama lagi dan juga hari raya Natal yang akan datang. ***Apol***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar