Luk
21:12-19
Menjadi
murid Yesus bukanlah jaminan untuk bebas dari kesulitan, tantangan, penderitaan
dan bahkan kematian secara badani. Sebaliknya, menjadi murid Yesus berarti
mengambil bagian dalam kesulitan, tantangan, penderitaan dan kematian. Salib
adalah identitas dari murid Yesus (Luk 9:23). Tanpa salib, seseorang bukanlah
murid Yesus (Luk 14:27).
Kata-kata Yesus, “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang”
pada akhir Injil hari ini bukanlah tanda nyata bahwa iman akan Dia membebaskan
umat beriman dari penderitaan ragawi. Kata-kata itu lebih merupakan kiasan
tentang perlindungan yang sangat spiritual bagi setiap orang Kristiani yang
benar-benar menanggung penderitaan demi nama-Nya. Salib tetap menjadi identitas
umat beriman, jalan yang tidak dapat dihindari sebagai murid Yesus.
Penegasan akan identitas ini kembali diungkapkan Yesus dalam kata-kata-Nya:
“Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan
diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan
kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku” (Luk 21:12).
Lebih dari itu, Yesus bahkan berkata: “Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang
tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa
orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena
nama-Ku” (Luk 21:16-17).
Kata-kata ini, benar-benar menantang semua orang yang menjadi pengikut-Nya.
Kalau dipikir-pikir, apakah ajaran seradikal ini benar-benar dapat dihayati?
Dalam bahasa lain, apakah orang-orang yang menyebut dirinya murid Yesus sungguh
menghayati kebenaran sabda Yesus ini? Apakah salib itu benar-benar riil menjadi
identitas orang Kristiani?
Melihat perilaku hidup orang-orang Kristiani, jujur saja dikatakan bahwa tidak
semua orang yang menyebut dirinya Kristiani adalah benar-benar murid Yesus.
Kalau mau digolongkan menurut tingkatan penghayatan maka sekurang-kurangnya ada
tiga kelompok orang Kristiani.
Kelompok pertama disebut kelompok militan atau radikal dalam beriman,
orang-orang yang sungguh berakar dalam iman. Yang tergabung dalam kelompok ini
adalah mereka yang mengenakan salib sebagai jiwa mereka.
St.
Stefanus dan para murid yang hidupnya ditandai dengan penderitaan, demikian
juga para martir dalam gereja adalah wakil umat beriman yang hidupnya ditandai
dengan salib. Salib adalah kesempatan bagi mereka untuk bersaksi (Luk 21:13).
Dasar dari sikap militan adalah sabda Tuhan dan rasul-Nya dan keyakinan yang
mendalam akan kebenarannya.
Ada kelompok umat beriman yang menunjukkan kualitas hidup mereka yang kurang
militan, kurang hidup dan produktif. Mereka inilah kelompok yang rata-rata
mendiami kantong mayoritas; kelompok yang merasa nyaman dan tertidur dan baru
terkejut ketika ada tantangan yang berarti.
Karena imannya tertidur panjang maka perilaku hidup pun tidak karuan. Orang
bertindak sedemikian rupa sehingga tidak lagi bertumbuh dalam kasih karunia.
Ciri hidup duniawi menjadi lebih kuat dengan konsekuensinya yang nyata seperti
keterjebakan dalam perilaku hidup yang tidak selaras iman misalnya, iri hati
dan perselisihan (1 Kor 3:3), apatis dan toleran terhadap kejahatan dalam
masyarakat (1 Kor 5:1-13). Sabda Tuhan tidak lebih sakral dari pandangan dan
filsafat duniawi, nalar dan emosi manusiawi dan karena itu kurang diindahkan.
Kalau didengarkan, tidak dengan sungguh hati.
Oleh karena ciri keduniawiaan lebih kuat maka kelompok ini disebut juga sebagai
kelompok Kristiani yang duniawi. Lazimnya, kelompok ini begitu bangga menjadi
orang-orang Kristiani tetapi tidak pernah bisa membuktikan kebanggaan mereka
dalam kualitas iman yang mumpuni. Bangga di mulut, namun mandul pada kesaksian
hidup seperti yang diminta Yesus.
Kelompok terakhir adalah kelompok yang benar-benar bukan Kristiani meski tetap
memakai identitas kristinani. Kelompok ini disebut juga kelompok bersarang.
Identitas kristiani tidak lebih dari topeng untuk kenyamanan diri. Maka bisa
jadi bahwa mereka sungguh sangat kristiani dalam tata laku, tetapi sebenarnya
tidak sama sekali secara batiniah.
Berdasarkan
tiga kategori kelompok orang Kristiani ini, kita bertanya pada diri kita
masing-masing, saya masuk pada kategori mana?
Marilah
kita refleksikan ini sebagai suatu persiapan diri bagi kita dalam memasuki masa
Adven yang tidak lama lagi dan juga hari raya Natal yang akan datang.
***Apol***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar