Luk: 21:5-11
Kata
waspada dapat dipahami sebagai ‘awas pada’. Awas berarti tajam dan tepat dalam
melihat, sehingga dapat melangkah ke depan dengan aman, damai, pasti dan tak mudah tersesat. Kita semua diajak
untuk mawas diri dan waspada sehingga tidak mudah disesatkan oleh aneka macam
bentuk godaan, rayuan, tipu daya atau jebakan. Ketika kita setia menghayati
iman kita di dalam hidup sehari-hari, maka kita
akan menjadi orang yang waspada terhadap aneka macam peristiwa yang
bakal terjadi. Orang yang waspada biasanya sering mendapat banyak godaan,
tantangan dan aneka macam bentuk penyesatan yang dilakukan oleh orang-orang
jahat dalam bentuk tawaran harta benda, uang, pangkat/kedudukan/jabatan, dan
kehormatan duniawi. Salah satu cara menghadapi godaan akan harta benda atau uang
adalah hidup dan bertindak sederhana dengan mengusung nilai-nilai kebajikan
hidup kristiani sambil memasrahkan diri pada penyelenggaraan Tuhan.
Gereja menempatkan tema akhir zaman pada
akhir tahun liturgi ini untuk direnungkan karena berkaitan dengan tujuan final
peziarahan hidup manusia yakni persatuan dengan Allah dalam Kerajaan-Nya. Kita
semua diajak untuk merenungkan tema akhir zaman, meskipun Yesus sendiri tidak
memberikan penjelasan atau gambaran yang jelas tentang waktu datangnya akhir
zaman. Yesus mengetahui situasi yang akan terjadi setelah Ia meninggalkan dunia
ini dan kembali ke surga, akan muncul menggunakan nama-Nya dalam menyebarkan
ajaran sesat. Orang-orang itu akan datang dan mengaku bahwa merekalah nabi yang
sesungguhnya padahal merekal adalah nabi-nabi palsu. Mereka adalah pembohong
yang hanya bertujuan untuk mengacaukan hati dan pikiran serta keyakinan yang
selama ini sudah tertanam kuat di dalam diri para murid. Karena itu, Yesus
mengingatkan para muridNya agar tidak mengikuti ajaran orang-orang asing itu. Yesus
mengingatkan para murid agar selalu waspada dan teguh beriman kepada-Nya. Yesus
menghubungkan keruntuhan Bait Allah yang menjadi kebanggaan orang Yahudi dengan
akhir zaman, bahwa akan terjadi gempa bumi yang dahsyat, bencana, perang,
pemberontakan di mana-mana, kelaparan dan penyakit serta wabah yang menular.
Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk bersikap waspada, tidak takut dan panik
ketika menghadapi semua musibah yang terjadi seperti kehancuran Bait Allah.
Kehancuran Bait Allah harus dipahami dalam arti rohani yakni tubuh kita seperti
apa yang dikatakan oleh Paulus “Tidak tahuka kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu? (1 Kor 6:19). Kalau Bait Suci Allah dipahami
dalam arti rohani sebagai tubuh kita sendiri, maka kita berkewajiban besar
untuk menjaga, memlihara dan menyediakan suplai makanan yang mengandung kadar
gizi untuk memberi pertumbuhan padanya. Kita akan selalu waspada jangan sampai
tubuh kita mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Dalam pengertian rohani
semacam ini, maka kita perlu menjaga kemurnian hati dan membiarkan Allah
berkarya dalam diri dan hidup kita. Kebanggaan atas diri kita yang berlebihan
akan mendatangkan malapetaka dan kesesatan, karena di sana peran Allah kita
abaikan dan sepelhkan, sebagaimana orang Yahudi yang terlalu membanggakan Bait
Suci Allah yang kemudian diluluh lantahkan tak berbekas.
Kalau diri kita tidak dikuasai oleh
Roh Kudus maka, itu adalah tanda-tanda kehancuran jiwa kita. Bait Suci adalah
representasi atau perwujudan kehadiran Allah sendiri, jadi kalau hidup manusia
tidak dikuasai oleh Allah maka itu berarti kematian atau akhir hidup manusia
semakin tak terelakkan. Kita sekalian diajak untuk berjaga-jaga, waspada dan
jangan mengabaikan kehadiran Allah dalam hidup kita agar tidak terjadi
kehancuran dan mala petaka. Yesus menghimbau agar kita jangan menghancurkan
diri kita karena tubuh kita adalah Bait Suci tempat Allah berdiam di dalamnya. Kita harus memberi
tempat kepada Allah untuk menguasai dan merajai hati kita. Batu-batu bangunan
Bait Allah itu adalah doa, kebaikan, amal kasih, pengharapan dll. Apabila kita
menghidupi nilai-nilai ini maka dalam keyakinan kristiani kita percaya bahwa
Bait Allah akan tetap berdiri kokoh di dalam diri kita masing-masing. Kita akan
mampu menghalau sejuta godaan yang datang silih berganti merayu hati kita baik
itu tawaran harta benda, uang, pangkat/kedudukan/jabatan, kehormatan duniawi
bahkan kesaksian nabi-nabi palsu, karena tak satu pun dari antara tawaran
duniawi itu memberi harapan akan keselamatan hidup kekal.
Kita harus sungguh-sungguh percaya
bahwa Yesus adalah jalan satu-satunya menuju hidup kekal. Tidak ada jalan lain
kecuali melalui-Nya. Keyakinan ini tidak boleh menjadi kata-kata hampa tetapi
harus diaktualisasikan dalam tindakan kesaksian hidup yang nyata. Keberanian
untuk memberikan kesaksian tentang Kristus kepada sesama adalah suatu keharusan
karena ini adalah tugas perutusan kita sebagai murid-murid Kristus yang telah
dimeterai oleh Sakramen Baptis. Kita juga memiliki tugas memerangi dan menolak
dengan tegas segala macam tawaran duniawi yang menyesatkan hidup iman kita
sekaligus membantu sesama kita yang telah masuk dalam perangkap kesesatan yang
menghalangi mereka mengenal kebaikan dan tawaran keselamatan Allah.
Bacaan
Injil hari ini mengajak kita sekalian untuk bersikap waspada dan berjaga-jaga
dalam menanti datangnya akhir zaman sambil terus konsisten melakukan tugas dan
pekerjaan kita secara bertanggungjawab. Kita jangan membanggakan keindahan
dunia yang merupakan hasil kreativitas manusia karena itu semua bersifat fana
dan tidak menjamin keselamatan kekal. Sebaiknya kita mengisi ruang kosong dalam
hidup kita dengan perbuatan baik yang membantu sesama keluar dari kesulitan
hidupnya sambil menghidupkan doa harian kita sebagai sumber inspirasi dan
kekuatan kita.
Mungkin
sikap paling baik adalah memasrahkan hidup kita setiap saat pada perlindungan
dan kasih Tuhan. Tugas kita sebagai murid-murid Kristus adalah membangun hidup yang
harmonis baik vertikal maupun horisontal karena cepat atau lambat hidup kita
akan berakhir dari dunia ini. Ada banyak hal yang tidak bisa kita prediksi
dalam hidup ini. Jangankan soal kedatangan Yesus yang kedua, kadangkala untuk
memprediksi apa yang akan terjadi esok hari pun kita tak bisa mengetahuinya.
Hari-hari kita dipenuhi oleh misteri dan ketidakpastian, karena itu, tugas kita
adalah melaksanakan dan menyelesaikan tugas hidup yang menjadi tanggung jawab
kita sebaik-baiknya setiap hari bukan menghabiskan waktu untuk menghayal kapan
datangnya akhir zaman. Ada orang-orang yang tidak bisa memprediksi apakah
mereka besok masih bisa makan atau tidak, namun mereka memiliki keyakinan yang
kuat, bahwa kesusahan hari ini biarlah untuk hari ini. Mereka yakin Tuhan pasti
memelihara dan memberi apa yang terbaik yang mereka butuhkan. Ini adalah cara
menjalani hidup yang sangat sederhana, yang terpenting perbuatan baik sekecil
apa pun harus kita lakukan hari ini sebagai sumbangan nyata kita yang dapat
dirasakan manfaatnya bagi banyak orang. Kita tidak perlu menghabiskan waktu
kita hari ini untuk memikirkan hal-hal besar apa yang bisa kita buat karena
pikiran semacam ini adalah godaan terbesar untuk mencari nama dan popularitas
diri semata.
Pesan
moral yang paling riil dari kata-kata Yesus tentang Yerusalem di atas ialah,
bahwa setiap manusia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi realita, bahwa
akan datang waktunya semua kekayaan, peranan sosial, kedudukan, kemewahan,
keahlian intelektual, yang dengan susah paya dibangun ini akan dilucuti dari
pribadi manusia dan lebur dengan kefanaan badan sehingga yang tertinggal
hanyalah jiwa yang polos yang harus berhadapan dengan Allah yang berkuasa untuk
menetukan apakah jiwa itu layak untuk masuk kerajaan kekal. Ajaran iman kristiani mengatakan, bahwa yang
tidak layak akan masuk ke dalam neraka, sedangkan yang layak akan mengambil
bagian dalam perjamuan abadi. Kita yakin bahwa belas kasih Allah akan
berperanan besar, setiap kita pasti pernah melakukan suatu kebaikan yang
menjadi elemen kunci keselamatan. Namun tak pernah ada yang tahu bagaimana
Tuhan bertindak. Maka menjaga hati agar tetap bersih merupakan salah satu cara
berjaga-jaga dan waspada yang paling tepat. *** Bernard Wadan***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar