Selasa, 17 November 2020

Keturunan Abraham

Luk 19:1-10

Di mata masyarakat dan para pemimpin agama Yahudi, pemungut cukai adalah orang yang mendapat kedudukan paling rendah dalam kalangan masyarakat karena mereka dipandang sebagai pengkhianat. Mereja adalah kaki tangannya penjajah Roma.

 

Dalam menjalankan tugas sebagai pemungut pajak, lazimnya mereka menagi pajak lebih besar dari seharusnya. Itu mereka lakukan demi kepentingan mereka sendiri, sebab pihak penjajah tidak memberikan gaji atas pekerjaan mereka. Mereka menggaji diri mereka sendiri.

 

Zakeus adalah salah seorang pemungut cukai. Namun kedudukannya di antara para pemungut cukai lebih tinggi. Lukas menyebut, Zakeus adalah kepala pemungut cukai (Luk 19:2). Tafsiran Perjanjian Baru tentang teks ini memerlihatkan kemungkinan bahwa Zakeus itu orang yang sangat kaya sebagai “penyelia wilayah” atau pengawas para pemungut cukai.

 

Sebagai penyelia, Zakeus memiliki otoritas untuk mengatur semua pelaksanaan tugas lapangan mereka. Ini tentunya tidak lepas dari kebijakan untuk menarik pajak dan pembagian atas kelebihan tagihan. Dalam sistem pembagian jata, tentunya sebagai penyelia ia mendapatkan lebih. Ia mengumpulkan lebih banyak bagi dirinya. Wajarlah kalau dikatakan, ia seorang yang kaya, bahkan sangat kaya.

 

Oleh karena ia mengorganisir pelaksanaan tugas ini, maka oleh para pemimpin Yahudi, Zakeus dilabelkan sebagai “kepala para pendosa”. Dialah yang bertanggung jawab atas segala kejahatan berkenaan dengan semua pekerjaan lapangan para pemungut cukai. Karena itu pula, Zakeuslah yang paling ditolak oleh masyarakat, terutama para pemimpin agama Yahudi. Bahkan dibilang orang terkutuk dan tidak mendapatkan bagian dari keselamatan sebagai keturunan Abraham.

 

Tidaklah demikian Yesus memandang Zakeus. Meskipun Zakeus gagal dalam memertahankan kedudukan keturunan Abraham, namun itu bukan alasan untuk menolak dan menyingkirkannya. Yesus memandang orang seperti Zakeus harus ditolong untuk menemukan kembali jalan kepada keselamatan. Dan ini sesuai dengan misi kedatangan-Nya (lih Luk 19:10).

 

Pada aspek yang lain, betapapun ia telah berdosa dengan memeras masyarakat, namun di hadapan Yesus, sebagai seorang manusia, Zakeus masih memiliki keunggulan-keunggulan yang diperhitungkan sebagai kebenaran yang olehnya  ia tetap menjadi bagian dari keturunan Abraham. Jika kelemahan dan kegagalannya dapat diperbaiki maka tentu akan sangat memaksimalkan keunggulan yang dimiliknya untuk menemukan kembali jalan keselamatan.

 

Seturut kisah Lukas, menjadi jelas bahwa kedudukannya tidak menghalangi Zakeus untuk berdaya upaya melihat Yesus, meskipun pilihan tindakannya bisa dipandang meredahkan harga dirinya. Ia tidak mau kehilangan kesempatan. Maka ia bertindak dengan cepat. Spontan ia berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang lewat di situ.

 

Apa yang kelihatan aneh itu justru memikat perhatian Yesus. Ada suatu tanda baik yang diperlihatkan Zakeus kepada Yesus, dan di luar dugaan justru inilah menentukan keputusan Yesus untuk bertandang ke rumahnya. Tanpa diundang, Yesus mengundang diri-Nya untuk bertandang ke rumahnya. Kegembiraan menyambut apa yang diminta Yesus memperlihatkan kejujuran dan kemurniaan hatinya akan apa yang ia lakukan.

 

Tidak hanya itu, Zakeus juga menunjukkan kejujuran dan keberaniannya dalam mengakui perbuatannya di hadapan publik dan menyatakan pertobatannya. Kesediaan untuk memberi setengah dari miliknya untuk orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat dari apa yang diperasnya sesuai ketentuan dalam tradisi kehidupan orang Yahudi adalah tanda kesungguhan pertobatannya. Memang restitusi seperti itu tidak pernah mengapus akibat buruk yang pernah dilakukannya, akan tetapi kejujuran dan keberanian untuk mengungkapkannya dan ditunjang dengan ketekadan untuk melakukannya menjadi gambaran genuin tentang pertobatannya.

 

Kualitas hidup dan perubahan  sikap yang radikal oleh perjumpaan dengan Yesus inilah yang membuat ia tidak kehilangan kedudukan sebagai keturunan Abraham. Ia tetap mengambil bagian dalam keselamatan yang dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya. “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham” (Luk 19:9), demikianlah yang dikatakan Yesus.

 

Kita pun digolongkan dalam keturunan Abraham karena mengambil bagian dalam iman Abraham (Yoh 8:39; Rm 3:7). Namun seperti Zakeus acapkali kita terjebak dalam dosa dan kesalahan sehingga membuat kita gagal memertahankan kedudukan kita sebagai keturunan Abraham. Sekian sering kita menanggung akibat karena dosa dan kesalahan kita. Ditolak dan disingkirkan tidak jarang kita alami.

 

Namun pengalamun ini kiranya membuka mata iman kita bahwa kita perlu datang kepada Yesus yang menolong kita untuk menemukan kembali jalan kepada keselamatan. Ada daya upaya mesti kita lakukan untuk menarik rahmat-Nya yang menolong kita untuk bertobat dan membarui hidup kita. Maka rahmat keselamatan tetap menjadi bagian kita yang disebut keturunan Abraham.

 

Setelah kita ditolong untuk menemukan kembali jalan kepada keselamatan, maka kita juga dipanggil untuk membawa Injil kepada orang yang ditolak masyarakat. Ada banyak orang yang mengalami penolakan dan dikucilkan meskipun atas dosa dan kesalahan mereka sendiri. Kegagalan mereka bukanlah alasan untuk menolak mereka, melainkan ditolong untuk menemukan jalan kembali kepada keselamatan. Perhatian Yesus terhadap Zakheus memeringatkan kita untuk membawa Yesus kepada orang yang ditolak masyarakat, karena semua orang sedang mengalami kehilangan dan memerlukan keselamatan. Semua kita adalah keturunan Abraham. Kita diminta untuk saling menolong agar keselamatan itu tetap menjadi milik kita.*** Apol***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar