Rabu, 30 September 2020

BRAHMACARYA

 (Luk 9: 57 – 62)

Mahatma Gandhi (1869-1948) adalah seorang pemimpin spiritual, politikus sejati sekaligus pahlawan kebanggaan negara India. Ia merupakan seorang tokoh yang mengagumi figur Yesus. Ia begitu mengagumi pribadi dan ajaran Yesus tentang cinta kasih. Banyak kekayaan intelektual dan filosofi hidupnya dipengaruhi oleh ajaran Yesus. Tiga filosofi hidupnya yang sangat terkenal adalah satyagraha (berpegang kepada kebenaran), ahimsa (perlawanan tanpa kekerasan / non violence), dan brahmacarya (pengekangan diri). Brahmacarya atau pengekangan diri mengacu pada sikap asketis untuk mengendalikan diri dari segala kepentingan dan tawaran kenikmatan duniawi. Ciri khas brahmacarya menunjuk pada pola hidup yang keras. Orang dituntut untuk hidup di luar kelaziman. Meditasi menjadi bagian dari rutinitas. Pola makan yang diatur secara ketat (tidak boleh asal makan). Pola hidup yang terarah termasuk menjauhi segala kesenangan dan kenikmatan dunia. Atau dalam bahasa Kristiani orang harus sungguh menghidupi semangat kemiskinan dalam hidupnya.. Brahmacarya adalah salah satu jalan menuju kesempurnaan dan keselamatan hidup. Untuk menggapai kesuksesan dalam hidup orang harus menahan, mengekang segala keinginan duniawi dan menjauhi segala kepentingan yang menghalangi jalan menuju kemenangan hidup.

 

Dalam bacaan Injil (Luk 9:57-62) yang diperdengarkan kepada kita pada hari ini, ada tiga halangan besar yang membuat orang-orang sukar untuk mengikuti Yesus secara total. Pertama, ada harapan akan mendapat untung secara ekonomi dan sosial. Orang seringkali membuat kalkulasi atau bargaining untuk memperoleh benefit (keuntungan) tertentu ketika mengikuti Yesus. Dengan menggunakan analogi Yesus mengungkapkan: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Luk 9:58). Yesus dengan tegas mau mengatakan bahwa tidak ada keuntungan apa-apa dengan mengikuti Dia. Seseorang tidak akan menjadi kaya dan memiliki kedudukan atau jabatan yang tinggi. Malahan orang akan mengalami banyak tantangan dan kesulitan dalam hidupnya. Karena bersama Yesus, orang harus hidup di jalanan dan tidak mempunyai rumah sekedar untuk melepaskan rasa penat.

Kedua, orang masih memiliki keterikatan atau kelekatan dengan pola hidup yang lama. Hal ini ditandai dengan sikap orang yang mau mengikuti Yesus tetapi masih meminta izin untuk pergi menguburkan ayahnya yang telah mati. Yesus memang pada dasarnya tidak meniadakan alasan yang sangat krusial dari orang tersebut. Namun Ia melihat ada halangan terselubung yang mengganjal orang itu untuk mengikuti Yesus. Orang itu masih mencintai harta dan kekayaan duniawi yang dimilikinya. Statement keras “Biarlah orang mati menguburkan orang mati” (Luk 9:60) mengafirmasi kehendak Yesus agar orang harus melepaskan segala keterikatan harta dan kekayaan duniawi jikalau mau mengikuti dan menjadi murid-Nya. Ketiga, orang tidak memiliki waktu untuk memberikan dirinya secara total kepada Yesus. Orang masih memikirkan dan mementingkan kepentingan pribadi dan keluarganya. “Setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk 9:62). Orang menjadi tidak fokus untuk mengikuti Yesus karena merasa urusan pribadi dan keluarganya berada di tempat pertama dan menjadi alasan utama.

 

Menilik tiga halangan yang digambarkan penginjil Lukas, kita perlu merefleksikan diri agar bisa secara lebih total mengikuti Yesus. Pertama, kita perlu menanamkan dalam diri bahwa mengikuti Yesus itu bukan perkara yang gampang. Butuh ketahanan diri yang mumpuni karena kita akan berhadapan dengan aneka tantangan dan kesulitan. Seorang murid Yesus harus siap untuk tidak mendapat keuntungan apa-apa karena mempertahankan identitasnya sebagai pengikut Yesus. Ia harus siap dihina, dicerca, dianggap rendah, dianiaya, bahkan harus menyerahkan nyawanya demi Yesus. Kedua, kita perlu membebaskan diri dari segala keterikatan harta dan kekayaan duniawi termasuk di dalamnya segala jabatan, kedudukan dan status sosial yang kita miliki. Yesus tidak melarang kita untuk memiliki semua harta dan kekayaan itu. Yesus menuntut agar kita bisa memberdayakan segala harta, kekayaan dan potensi yang kita punya untuk mengembangkan dan membumikan misi Kerajaan Allah di tengah umat manusia. Kehadiran kita di tengah dunia setidaknya bisa meringankan beban orang yang mengalami kekurangan secara ekonomi. Bisa juga kehadiran kita untuk membela atau mengadvokasi orang-orang yang tertindas dalam komunitas sosialnya. Atau kehadiran kita bisa juga memfasilitasi atau mempermudah jalan bagi mereka untuk mendapatkan pelayanan yang baik di ruang apa saja oleh karena jabatan atau status tertentu yang kita miliki. Ketiga, kita perlu menyadari dalam terang iman bahwa Tuhan telah menitipkan meterainya dalam segala jenis pekerjaan yang kita geluti. Tuhan memberikan kehendak bebas agar kita bisa menggunakan waktu dengan sebaik mungkin untuk mengabdi pada-Nya lewat profesi yang kita jalani setiap hari. Tolok ukur kita adalah bekerja untuk menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi banyak orang. Dan bukan hanya mementingkan kepentingan pribadi dan keluarga. Kita perlu menyerahkan diri secara total kepada Tuhan melalui pelayanan yang baik tidak hanya dengan rekan kerja tetapi kepada semua orang yang membutuhkan bantuan. Setiap waktu adalah waktu untuk Tuhan. Inilah pedoman praktis kita sebagai orang Katolik yang sungguh beriman kepada Tuhan.

 

Mahatma Gandhi telah mengingatkan kita akan filosofi brahmacarya (semangat pengekangan diri). Sebuah filosofi yang diadopsi dari Sang Guru Ilahi kita, Yesus Kristus. Brahmacarya mengajarkan kita untuk mampu bertahan dalam segala tantangan dan penderitaan. Mengekang segala keinginan sesat dan nafsu yang tidak terarah. Brahmacarya memungkinkan kita juga untuk lebih fokus menggunakan waktu dengan hal-hal yang lebih berkualitas. Lebih dari itu, semangat brahmacarya mampu membebaskan kita dari segala kepentingan duniawi dan menghantar kita untuk menjadi murid Yesus secara lebih total. Mari kita menghidupi semangat brahmacarya agar kita mampu mengikuti Yesus secara lebih fokus dan total demi memberikan pelayanan kepada sesama yang ada di sekitar kita. Semoga. ***Atanasius KD Labaona***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar