(Luk 9: 57 – 62)
Mahatma Gandhi (1869-1948) adalah seorang pemimpin spiritual, politikus
sejati sekaligus pahlawan kebanggaan negara India. Ia merupakan seorang tokoh
yang mengagumi figur Yesus. Ia begitu mengagumi pribadi dan ajaran Yesus
tentang cinta kasih. Banyak kekayaan intelektual dan filosofi hidupnya
dipengaruhi oleh ajaran Yesus. Tiga filosofi hidupnya yang sangat terkenal
adalah satyagraha (berpegang kepada kebenaran), ahimsa (perlawanan tanpa
kekerasan / non violence), dan brahmacarya (pengekangan diri). Brahmacarya atau
pengekangan diri mengacu pada sikap asketis untuk mengendalikan diri dari
segala kepentingan dan tawaran kenikmatan duniawi. Ciri khas brahmacarya
menunjuk pada pola hidup yang keras. Orang dituntut untuk hidup di luar
kelaziman. Meditasi menjadi bagian dari rutinitas. Pola makan yang diatur
secara ketat (tidak boleh asal makan). Pola hidup yang terarah termasuk
menjauhi segala kesenangan dan kenikmatan dunia. Atau dalam bahasa Kristiani
orang harus sungguh menghidupi semangat kemiskinan dalam hidupnya.. Brahmacarya
adalah salah satu jalan menuju kesempurnaan dan keselamatan hidup. Untuk
menggapai kesuksesan dalam hidup orang harus menahan, mengekang segala
keinginan duniawi dan menjauhi segala kepentingan yang menghalangi jalan menuju
kemenangan hidup.
Dalam bacaan Injil (Luk 9:57-62) yang diperdengarkan kepada kita pada hari
ini, ada tiga halangan besar yang membuat orang-orang sukar untuk mengikuti
Yesus secara total. Pertama, ada harapan akan mendapat untung secara ekonomi
dan sosial. Orang seringkali membuat kalkulasi atau bargaining untuk memperoleh benefit
(keuntungan) tertentu ketika mengikuti Yesus. Dengan menggunakan analogi Yesus
mengungkapkan: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi
Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Luk 9:58).
Yesus dengan tegas mau mengatakan bahwa tidak ada keuntungan apa-apa dengan
mengikuti Dia. Seseorang tidak akan menjadi kaya dan memiliki kedudukan atau
jabatan yang tinggi. Malahan orang akan mengalami banyak tantangan dan kesulitan
dalam hidupnya. Karena bersama Yesus, orang harus hidup di jalanan dan tidak
mempunyai rumah sekedar untuk melepaskan rasa penat.
Kedua, orang masih memiliki keterikatan atau kelekatan dengan pola hidup
yang lama. Hal ini ditandai dengan sikap orang yang mau mengikuti Yesus tetapi
masih meminta izin untuk pergi menguburkan ayahnya yang telah mati. Yesus
memang pada dasarnya tidak meniadakan alasan yang sangat krusial dari orang
tersebut. Namun Ia melihat ada halangan terselubung yang mengganjal orang itu
untuk mengikuti Yesus. Orang itu masih mencintai harta dan kekayaan duniawi
yang dimilikinya. Statement keras “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”
(Luk 9:60) mengafirmasi kehendak Yesus agar orang harus melepaskan segala
keterikatan harta dan kekayaan duniawi jikalau mau mengikuti dan menjadi
murid-Nya. Ketiga, orang tidak memiliki waktu untuk memberikan dirinya secara
total kepada Yesus. Orang masih memikirkan dan mementingkan kepentingan pribadi
dan keluarganya. “Setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh ke belakang,
tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk 9:62). Orang menjadi tidak fokus untuk
mengikuti Yesus karena merasa urusan pribadi dan keluarganya berada di tempat
pertama dan menjadi alasan utama.
Menilik tiga halangan yang digambarkan penginjil Lukas, kita perlu
merefleksikan diri agar bisa secara lebih total mengikuti Yesus. Pertama, kita
perlu menanamkan dalam diri bahwa mengikuti Yesus itu bukan perkara yang
gampang. Butuh ketahanan diri yang mumpuni karena kita akan berhadapan dengan
aneka tantangan dan kesulitan. Seorang murid Yesus harus siap untuk tidak
mendapat keuntungan apa-apa karena mempertahankan identitasnya sebagai pengikut
Yesus. Ia harus siap dihina, dicerca, dianggap rendah, dianiaya, bahkan harus
menyerahkan nyawanya demi Yesus. Kedua, kita perlu membebaskan diri dari segala
keterikatan harta dan kekayaan duniawi termasuk di dalamnya segala jabatan,
kedudukan dan status sosial yang kita miliki. Yesus tidak melarang kita untuk
memiliki semua harta dan kekayaan itu. Yesus menuntut agar kita bisa
memberdayakan segala harta, kekayaan dan potensi yang kita punya untuk
mengembangkan dan membumikan misi Kerajaan Allah di tengah umat manusia.
Kehadiran kita di tengah dunia setidaknya bisa meringankan beban orang yang
mengalami kekurangan secara ekonomi. Bisa juga kehadiran kita untuk membela
atau mengadvokasi orang-orang yang tertindas dalam komunitas sosialnya. Atau
kehadiran kita bisa juga memfasilitasi atau mempermudah jalan bagi mereka untuk
mendapatkan pelayanan yang baik di ruang apa saja oleh karena jabatan atau
status tertentu yang kita miliki. Ketiga, kita perlu menyadari dalam terang
iman bahwa Tuhan telah menitipkan meterainya dalam segala jenis pekerjaan yang
kita geluti. Tuhan memberikan kehendak bebas agar kita bisa menggunakan waktu
dengan sebaik mungkin untuk mengabdi pada-Nya lewat profesi yang kita jalani
setiap hari. Tolok ukur kita adalah bekerja untuk menciptakan kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi banyak orang. Dan bukan hanya mementingkan kepentingan pribadi
dan keluarga. Kita perlu menyerahkan diri secara total kepada Tuhan melalui
pelayanan yang baik tidak hanya dengan rekan kerja tetapi kepada semua orang
yang membutuhkan bantuan. Setiap waktu adalah waktu untuk Tuhan. Inilah pedoman
praktis kita sebagai orang Katolik yang sungguh beriman kepada Tuhan.
Mahatma Gandhi telah mengingatkan kita akan filosofi brahmacarya (semangat
pengekangan diri). Sebuah filosofi yang diadopsi dari Sang Guru Ilahi kita,
Yesus Kristus. Brahmacarya mengajarkan kita untuk mampu bertahan dalam segala
tantangan dan penderitaan. Mengekang segala keinginan sesat dan nafsu yang
tidak terarah. Brahmacarya memungkinkan kita juga untuk lebih fokus menggunakan
waktu dengan hal-hal yang lebih berkualitas. Lebih dari itu, semangat brahmacarya
mampu membebaskan kita dari segala kepentingan duniawi dan menghantar kita
untuk menjadi murid Yesus secara lebih total. Mari kita menghidupi semangat
brahmacarya agar kita mampu mengikuti Yesus secara lebih fokus dan total demi
memberikan pelayanan kepada sesama yang ada di sekitar kita. Semoga.
***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar