Pkh 3:1-11 & Luk 9:19-22
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun
di bawah langit ada waktunya” (Pkh 3:1). Dalam bahasa lain, tidak ada yang
kekal di bawah langit. Selagi terikat dengan ruang, selalu ada waktu yang
membatasi segala sesuatu.
Karena segala sesuatu itu dibatasi oleh waktu,
maka waktu menjadi hal yang amat penting. Orang beriman meyakini, waktu adalah
karunia Allah yang tak terbanding nilainya.
Sebagai suatu karunia, waktu itu hanya dapat
digunakan dalam kehidupan kita di dunia sekarang ini. Tidak untuk dunia nanti. Yang
ada nanti adalah kekekalan atau keabadian. Adalah ilusi bahwa kita masih
mengharapkan ada waktu dalam dunia keabadian.
Maka selagi kita menghuni dunia ini, baiklah
kita memandang penting untuk mengisi waktu hidup kita dengan hal-hal yang
berguna bagi kehidupan, baik di dunia sekarang maupun di dunia keabadian. Dan
itu mungkin bila kita memiliki kebenaran yang datangnya dari Allah.
Yesus adalah keabadian; Ia itu kebenaran yang
kekal. Namun Ia berinkarnasi dan masuk ke dalam ruang yang terikat oleh waktu. Ia
datang ke dunia untuk menyatakan kebenaran agar manusia yang terikat oleh waktu
sekarang ini sungguh-sungguh menggunakan kebenaran itu untuk mengisi waktu
hidupnya di dunia ini. Apapun dapat dilakukan manusia, namun titik tolaknya
adalah kebenaran yang diajarkan-Nya.
Yesus sungguh sadar bahwa segala sesuatu itu
ada waktunya, termasuk juga kebenaran yang hendak diajarkan kepada manusia. Ia
tahu momennya yang tepat untuk mengungkapkan kebenaran-Nya. Kebenaran yang
disampaikan bukan pada waktunya bisa menghadirkan kekacauan.
Setidaknya hal ini dapat kita petik dari
larangan keras Yesus kepada para murid-Nya supaya jangan memberitahukan
kebenaran tentang diri-Nya sebagai Mesias kepada siapapun. Belum waktunya untuk
mengungkapkan kebenaran itu. Ia tahu bahwa orang kebanyakan belum memiliki
pemahaman yang sama seperti yang dikatakan Petrus, bahwa Yesus adalah Mesias.
Meskipun pandangan umum mengatakan bahwa Yesus
itu diidentikan dengan Yohanes atau Elia atau salah seorang dari antara para
nabi yang telah bangkit, namun konteksnya adalah bahwa orang kebanyakan
mengharapkan seorang mesias politis yang membebaskan mereka dari pejajahan
Romawi. Yesus mesianik tidak memenuhi harapan mereka. Apabila kebenaran tentang
Yesus itu disampaikan maka akan memancing perdebatan, pertentangan dan
huru-hara besar di tengah masyarakat.
Inilah dasar bagi Yesus sehingga Ia melarang
dengan keras para murid-Nya untuk memberitahu siapapun tentang Dia bahwa Dia
adalah Mesias bukan pada waktunya. Akan ada waktunya bahwa kebenaran itu
diwartakan ketika Yesus ditinggikan di atas kayu salib. Supaya semua orang yang
memandang kepada Dia, menerima kebenaran tentang Dia dan menikmati rahmat mesianik-Nya yang membebaskan
dari dosa.
Pesan yang dapat kita petik untuk hidup kita
adalah bahwa kebenaran itu penting, malah mutlak untuk disampaikan, namun
kebenaran itu mesti diungkapkan pada waktunya. Orang tua-tua mengatakan,
kebenaran yang tidak disampaikan pada waktunya sulit diterima. Butuh kearifan
untuk menentukan waktu yang tepat.
Kita sadar bahwa kebenaran yang datang dari
Tuhan tidak untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan. Maka meskipun kita
terkadang berat menerima kebenaran dan tidak mau diubah, namun janganlah kita
membiarkan diri kita tetap berkanjang dalam keadaan kita ini. Kita perlu memberi
ruang hati kita untuk kebenaran yang mendatangi kita dan mau mengubah kita,
agar waktu hidup kita di dunia yang begitu singkat dapat digunakan sebaik mungkin dengan perbuata-perbuatan yang
menyelamatkan, bukan membinasakan.
Hidup kita di dunia ini akan berlalu. Kata
Pengkhotbah, segala sesuatu ada waktunya. Maka gunakan waktu kita sekarang ini
untuk melakukan perbuatan baik apapun itu atas dasar kebenaran yang Tuhan
ajarkan kepada kita. Itulah jaminan bagi kita untuk masuk ke dalam keabadian. ***Apol***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar