Selasa, 30 Juni 2020

PESAN IMAN DIBALIK SETIAP PENGALAMAN HIDUP MANUSIA


(Mat 8:23-27)
           
Setiap peristiwa hidup, baik itu menyenangkan maupun menyedihkan selalu ada pesan iman dibaliknya. Orang berjuang memaknai setiap pengalaman hidupnya secara positip ke dalam rana iman. Sampai peristiwa kematian pun orang beriman masih sangat yakin bahwa dibalik peristiwa kematian, Allah memiliki rencana indah bagi manusia. Manusia tidak sanggup memikul beban penderitaannya sendiri, meskipun ia telah berbagi dengan sesamanya, kemampuan manusia amat terbatas untuk menghadapi ujian, cobaan, dan penderitaan. Tuhan menjadi tempat sandaran terakhir, di sana manusia menyerahkan hidupnya pada kuasa Tuhan.

Dalam bacaan pertama hari ini, sebelum kota Sodom dan Gemora dihancurkan oleh Yahwe karena kedosaannya,  dua orang malaikat Tuhan diutus untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya. Ketika kedua Malaikat Tuhan menginap di rumah Lot, orang-orang sodom datang mengepung rumahnya untuk menganiaya kedua orang asing itu. Karena Lot sangat menghormati kedua tamunya, ia ingin menyerahkan kedua putrinya yang belum pernah disentuh oleh laki-laki manapun sebagai ganti kedua orang asing ini. Namun, orang-orang Sodom semakin marah dan berkeinginan menganiaya Lot melebihi kedua tamunya. Disini kedua Malaikat Tuhan menarik Lot ke dalam rumah dan membutakan mata semua orang Sodom yang mengepung rumahnya. Kemudian kedua Malaikat Tuhan membimbing Lot keluar dari kota itu sehingga luput dari bahaya kehancuran. Sayangnya, istri Lot tidak patuh pada perintah malaikat sehingga dia mendapat malapetaka berubah menjadi tiang garam. Di dalam Injil hari ini, Yesus meredakan gelombang tinggi yang hampir menenggelamkan perahu murid sehingga mereka luput dari bahaya. Di dalam kedua peristiwa itu, ada makna iman yang tersirat di dalamnya yakni  Allah tampil sebagai penolong di saat manusia diterpah cobaan dan tantangan hidup. Oleh karena kesetiaan Lot kepada Allah maka ia dan keluarganya diselamatkan oleh Allah dari kehancuran Sodom, sedangkan  pengakuan para murid akan kuasa Yesus, mereka diselamatkan dari badai gelombang dan angin ribut.

Ungkapan: Tuhan, tolonglah, kita binasa, secara tidak langsung para murid menyadari keterbatasan dan ketidakmampuan mereka menghadapai badai gelombang dan angin sakal. Apabila mereka sanggup meredahkan angin dan badai gelombang, pasti mereka tidak akan membangunkan Yesus dari tidurnya. Mereka pasti bisa mengatasi kondisi alam yang menerpa perahu mereka, apalagi kebanyakan para murid memiliki latar belakang kehidupan sebagai nelayan. Pengalaman  dan kecakapan mereka dalam melaut tidak mampu menolong mereka keluar dari kemelut badai dan angin ribut yang menerpa perahu mereka. Mungkin saja gelombang besar dan angin ribut yang dahsyat menjadi pengalaman pertama mereka dalam melaut. Kepanikan, ketakutan dan keputusasaan menerpa perjalanan mereka, dalam benak para murid yang kemudian akan terjadi adalah kehancuran dan kematian bila mereka terus mengandalkan kemampuan , pengalaman dan kecakapan mereka sebagai pelaut. Pilihan untuk bisa selamat hanya ada pada diri Yesus, karena itu mereka membangunkan Yesus sambil berkata: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.”

Seruan para murid itu menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak mampu mengatasi kesulitannya sendiri, mereka merasa bahwa badai dan angin ribut di danau itu berada di luar kemampuan mereka. Yesus dalam tidurnya mau memberikan kesempatan kepada para murid-Nya untuk mengatasi sendiri kesulitan yang menghadang mereka. Yesus tidak serta merta mengambil alih begitu saja situasi sulit yang tengah dihadapi para murid-Nya. Ia ingin melihat sejauh mana iman dan kepercayaan para murid kepada-Nya. Ternyata pengenalan para murid akan Yesus begitu dangkal dan terbatas sehingga Yesus harus turun tangan mengatasi situasi sulit yang menerpa perahu mereka. Sebelum Yesus menghardik angin dan danau yang kian mengamuk, Yesus berkata kepada mereka, “Mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya!” Perkataan Yesus ini menjadi peringatan bagi para murid-Nya, karena sebetulnya situasi seperti ini bisa diselesaikan dan diatasi oleh para murid Yesus apabila mereka percaya dan memiliki iman yang kokoh kepada Allah. Untuk menunjukkan kebesaran Tuhan atas manusia dan alam ciptaan, Yesus langsung menghardik angin dan danau, maka angin dan danau pun menjadi teduh dan tenang. Peristiwa ini membuat orang-orang yang mengikuti-Nya menjadi heran bahkan dalam keheranan mereka berkata, “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”. Kuasa dan kebesaran Tuhan telah disingkapkan oleh Yesus, Ia mau menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas manusia dan alam semesta. Tidak ada kekuatan lain yang mengatasi atau menyerupai kuasa Allah, manusia pun tidak bisa mengandalkan kekuatan dirinya, ia tetap manusia lemah dan terbatas yang  tidak bisa menyelamatkan dirinya ketika diterpa badai cobaan dan penderitaan yang melampaui kemampuannya. Ia harus jujur dengan dirinya bahwa ia adalah makhluk terbatas dan harus mengakui kebesaran dan kemahakuasaan Allah sambil memohon: “Tuhan, tolonglah, jangan sampai aku binasa”.

Keterbatasan dan ketidakmampuan manusia hanya bisa diatasi dan disempurnakan oleh Tuhan sendiri. Manusia pada dirinya adalah makhluk terbatas dan rapuh. Ia tidak bisa mengandalkan kemampuan dirinya sendiri tanpa melibatkan dan memberi tempat bagi Tuhan untuk berkarya. Keagungan Tuhan harus disingkapkan agar kasih-Nya menjadi nyata bagi manusia sehingga dunia diubah dan diselamatkan. Ketidakmampuan para murid Yesus dalam menghadapi situasi sulit menegaskan bahwa mereka belum bisa mandiri karena mereka belum mengenal Yesus secara mendalam dan belum sungguh-sungguh beriman kepada Yesus.
            Hari ini kita semua dipanggil dan diutus oleh Yesus menjadi saksi iman-Nya untuk mewartakan kebesaran Tuhan karena Ia telah membebaskan kita dari cobaan dan tantangan hidup. Ia mengharapkan agar kita tidak boleh takut menghadapi badai dan gelombang penderitaan meskipun selalu datang silih berganti.  Iman dan kepercayaan kepada Yesus menjadi satu-satunya senjata yang kita miliki, dengan begitu, Yesus akan selalu hadir dalam kehidupan kita karena kita selalu memberi-Nya tempat di dalam hati untuk bersemayam. Tidak ada hal yang tidak mungkin tidak dapat dilakukan oleh Yesus, Ia meminta kita untuk percaya dan menyerahkan segalanya kepada Dia. Dalam dan melalui Dia  segala kecemasan dan penderitaan dapat diatasi, karena Allah yang kita imani bukanlah Allah yang masah bodoh dan tidak turut merasakan kesulitan dan penderitaan hidup manusia. Ketika kita mengalami badai kehidupan yang menggoncang iman dan kepercayaan kita, Allah tidak pernah meninggalkan kita sendirian, Ia hadir mengubah dan mengangkat kita keluar dari situasi sulit dan Ia hadir membawa kedamaian, sukacita dan kesejahteraan. Karena itu, berpalinglah kepada Yesus, pasrahkan segalanya pada-Nya, maka kita tidak akan binasa, karena Allah selalu tampil sebagai penolong, Ia selalu datang pada saat yang tepat, ketika kita sedang putus asa dan kehilangan harapan.

Semua peristiwa hidup yang kita alami setiap hari harus dimaknai dalam kaca mata iman Kristiani bahwa Allah sedang menguji kesetiaan dan iman kita kepada-Nya, apakah kita sungguh-sungguh berserah dan memohon kekuatan dari-Nya atau kita cukup merasa puas bahkan merasa hebat dengan kemampuan diri kita sendiri. Sebagai murid-murid Kristus, kita percaya bahwa Tuhan selalu ada dan tinggal bersama kita, meskipun terkadang kita tidak menyadari kehadiran pribadi dan kuasa-Nya, lantas kita mencari perlindungan ke tempat yang lain. Sekali lagi, Sabda Tuhan hari ini menghinspirasi, mengingatkan dan mengundang kita  untuk senantiasa mengandalkan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan dalam seluruh ziarah hidup kita hari ini dan selama-lamanya. Tuhan memberkati....***Bernad Wadan***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar