Mat 5:33-37
Sumpah adalah hal yang berperanan penting
dalam kehidupan manusia. Dalam Perjanjian Lama, ketika orang bersumpah, orang
memanggil nama Allah agar Ia dapat mempengaruhi orang itu untuk bersaksi. Peranan Allah adalah membimbing orang untuk
mengatakan yang benar; Ia menggerakkan orang agar mulutnya mengucapkan apa yang
ada di dalam hatinya.
Jelas di sini, Allah dipanggil bukan dalam
arti menjadikan-Nya sebagai saksi dari apa yang dilakukan manusia. Ia
menyaksikan apa yang manusia lakukan, tetapi tidak dapat dijadikan saksi oleh
manusia.
Dalam praktik hidup, sekian sering terjadi
penyimpangan. Allah dipanggil menjadi saksi dari perbuatan manusia seakan-akan
Allah itu milik manusia dan sederajat dengan manusia yang dapat digunakan untuk
kepentingan manusia. Sesungguhnya, “manusia tidak dapat bersumpah demi Allah,
sebab Allah bukanlah milik manusia” (Xavier Leon-Dufour).
Menyadari akan bahaya demikian, maka kepada kita
manusia Yesus bukan saja mengingatkan, melainkan menyatakan dengan jelas agar kita
manusia jangan bersumpah. Dan kiranya jelas, sabda Yesus yang diucapkan-Nya
dalam Injil hari ini mengarahkan kita manusia kepada kebenaran itu.
Hanya kepada kita, sebagaimana tertera pada bagian
akhir Injil hari ini, Yesus memberikan suatu anjuran untuk kita lakukan dalam hidup kita: “Jika ya,
hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang
lebih dari pada itu berasal dari si jahat”.
Inilah kata-kata Tuhan sendiri yang
mengarahkan kita untuk memaknai kata-kata-Nya pada bagian awal Injil hari ini: “peganglah
sumpahmu di depan Tuhan”. Artinya bahwa kita diminta Yesus untuk mengatakan apa
yang sungguh-sungguh benar. Yang ada di hati itulah yang dikatakan. Salah
katakan salah, benar katakan benar.
Melalui sabda-Nya ini Yesus mengajak kita
untuk membangun otentisitas dalam hidup kita. Kita mengatakan yang benar karena
memang benar demikian. Otoritas kebenaran kita adalah kebenaran yang kita
nyatakan sesuai dengan apa yang ada dalam hati, bukan karena kita bersumpah
atas nama apapun, juga bersumpah atas nama Allah..
Oleh karena itu, marilah kita menyadari bahwa
kita dipanggil kepada keotentikan hidup di bahwa prinsip yang Tuhan ajarkan
ini. Bangunlah kejujuran dalam diri kita karena itulah yang mengarahkan kita
kepada integritas diri sebagai murid-murid Tuhan, dan itulah otentitas hidup
kita. Dan setiap kita yang hidup dengan otentik akan mengalami sukacita dan
damai sejahtera dalam hidup kita.***Apol Wuwur***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar