2 Ptr 3:12-15a.17-18 & Mrk
12:13-17
Tuhan menjanjikan
langit yang baru dan bumi yang baru. Langit dan bumi baru yang ditantai dengan
kebenaran itu menggantikan langit dan bumi yang akan berlalu. Semua orang
percaya akan masuk dan mengalami situasi yang tidak akan pernah berubah di
dalam dunia dan langit yang baru itu.
Dunia dan langit
baru itu dinantikan sebab belum tiba saatnya. Menantikan bukan dengan pasif di
mana orang bermalas-malasan menunggu saatnya tiba (lih. 2 Tes 3:10-11),
melainkan secara aktif berjuang untuk hidup dengan benar, sehingga ketika tiba
saatnya kita “kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam
perdamaian dengan Dia”(2 Ptr 3:14).
Dalam perjuangan
menantikan “keadaan baru” itu, Petrus menasihati agar berwaspadalah selalu.
Kewaspadaan menyadarkan kita selalu akan situasi nyata yang dialami dan
bagaimana kita seharusnya mengambil sikap yang tepat terhadap situasi itu,
sehingga kita tidak terjebak di dalamnya. Dalam bahasa Petrus, kewaspadaan
membuat kita tidak terseret ke dalam
kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan tidak kehilangan peganganmu
yang teguh (2 Ptr 3:17).
Kewaspadaan itu
pula yang diingatkan Yesus dalam banyak kesempatan. Injil hari ini mengisahkan
bagaimana Yesus menunjukkan kewaspadaan-Nya terhadap jebakan orang Farisi dan
Herodian. Dengan bertanya soal apakah boleh membayar pajak kepada kaisar atau
tidak, mereka berharap mendapatkan suatu kesalahan untuk menyalahkan dan
mendiskreditkan Yesus. Atas kesaksian yang mereka peroleh, mereka dapat membawa
Yesus kepada pengadilan.
Namun Yesus tahu
permainan licik mereka. Maka dengan licik pula Ia menanggapi jebakan mereka. "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib
kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada
Allah!" adalah jawaban yang membuat para musuh-Nya bertekuk lutut. Orang
Farisi dan Herodian tidak berkata apa-apa lagi setelah Yesus menjawabi
pertanyaan mereka.
Inilah jalan yang
ditunjukkan Yesus untuk semua orang yang percaya kepada-Nya agar senantiasa
waspada terhadap kesesatan yang menjerumuskan kita ke dalam dosa dan kematian.
Kesesatan itu
bisa datang dari orang-orang yang tidak percaya dan yang menentang kebenaran
yang diidentifikasi Petrus sebagai “orang-orang yang tak mengenal hukum” dan
oleh penginjil dirujuk langsung kepada identitas orang yang jelas, yakni orang
Farisi dan Herodian. Namun kesesatan juga datang dari diri kita sendiri yang
mengutamakan “keinginan daging” daripada keinginan Roh. Keinginan Roh adalah kebenaran.
Agar kita dapat
waspada maka Petrus menasihati kita: “... bertumbuhlah dalam kasih karunia dan
dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita” (2 Ptr 3:18). Dengan
menghayati nasihat ini, kita memperoleh di dalam diri kita kekuatan yang diperlukan
untuk sadar senantiasa dan tidak terlena dalam situasi dunia yang menjerumuskan.Kita
tetap teguh berdiri dalam kebenaran iman dalam segala situasi. Kita pun
dikuatkan untuk sabar menanggung segala sesuatu demi keadaan hidup kita yang
baru di bawah bumi dan langit yang baru.
Sekarang kita
masih berada di langit dan bumi yang akan segera berlalu. Kita masih berjuang
dan terus berjuang. Bukan hanya berjuang melawan diri sendiri, tetapi juga
berjuang untuk menghadapi dunia dengan kebenaran-kebenarannya sendiri yang jika
tidak diwaspadai dapat menggiring dan menyesatkan kita.
Konteks kehidupan
bangsa kita juga menuntut sikap iman yang mantap. Sikap iman itu membantu kita
untuk memilah mana yang benar dan harus diperjuangkan dan mana yang berusaha
dibenarkan dengan tujuan yang menjerumuskan dan karena itu harus dielakkan.
Ketika Petrus
berbicara tentang menantikan langit dan bumi yang baru yang ditandai oleh
kebenaran, maka sebagai orang beriman kita dapat menerjemahkan hal ini juga
dalam konteks kehidupan berbangsa kita yang demikian. Kebenaran sepenuhnya ada
pada langit dan bumi yang baru, akan tetapi juga harus diperjuangkan di bawah langit
dan bumi sekarang ini, di langit dan bumi Indonesia yang kita cintai ini. Maka
kewaspadaan diminta dari kita agar kita tidak tergiring oleh
pemikiran-pemikiran yang merusakkan dan menghancurkan bangsa kita.
Marilah kita
menumbuhkembangkan kasih karunia dan pengenalan akan Dia terus-menerus di dalam
diri kita karena itulah kekuatan kita untuk menantikan langit dan bumi yang
baru di bawah langit dan bumi sekarang ini. Kita pasti dibukakan jalan untuk
waspada, dijiwai untuk memperjuangkan kebenaran iman yang kita akui dan sabar
menantikan kepenuhannya yang akan datang. ***Apol Wuwur***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar