Jumat, 19 Juni 2020

Meneladani Hidup Maria


Luk 2:41-51
Setelah kita merayakan keagungan kasih Allah yang dilambangkan dengan hati Yesus maha kudus, yakni Allah yang memberikan diri-Nya sehabis-habisnya demi keselamatan kita umat manusia, maka pada hari ini kita memperingati hati tersuci Santa Perawan Maria, lambang pemberian diri yang total kepada Allah. Hati Yesus menandakan kasih Allah kepada manusia dan hati Maria menandakan tanggapan paling murni terhadap kasih Allah.

Maka bukan kebetulan bahwa peringatan hati tersuci santa perawan Maria, oleh Gereja, diperingati sesudah hari raya Hati Yesus Maha Kudus. Hal ini tentu tidak dimaksudkan untuk menyejajarkan Maria sebagai manusia dengan Yesus sebagai Tuhan - jelas dari nama perayaan - melainkan untuk menyatakan bagaimana sikap manusia yang seharusnya terhadap kasih Allah yang agung atas manusia. Allah dalam diri Putra-Nya telah memberikan diri sehabis-habis-Nya dalam pengorbanan diri yang total di atas salib demi manusia, maka atas cara yang sama manusia menanggapi kasih Allah itu.

Kedua perayaan itu mengisyaratkan adanya pertemuan hati antara hati ilahi dan insani, hati Allah dan hati manusia. Allah memberi hati-Nya dan manusia menerima hati Allah itu sebagai suatu persembahan diri yang murni dan utuh kepada Allah. Sama dengan mengatakan Allah mengasihi manusia dan manusia yang mengalami kasih Allah itu dengan kasih yang setimpal sebagai suatu pemberian diri kepada Allah. Dan Maria, tipologi iman orang beriman itu, memberikan jalan yang teramat murni bagi setiap orang beriman untuk membalas kasih agung Allah itu.

Maka ketika kita mempengingati hati tersuci perawan Maria, sesungguhnya kita memperingati keteladanan Maria sebagai seorang hamba Allah yang memiliki kasih dan iman yang murni. Kita tidak menyembahnya, seperti acapkali dituduhkan kepada kita, melainkan sebagai seorang yang beriman sejati yang mampu menanggapi kasih Allah secara total dan radikal sepanjang hidupnya, sepatutnya kita menyatakan rasa hormat setinggi-tingginya. Kasih seutuhnya dipersembahkan kepada Allah dan itulah dasar kita menyatakan hormat kita kepadanya.

Tidak banyak teks Kitab Suci menguraikan kehidupan Santa Perawan Maria. Akan tetapi beberapa teks yang mengisahkan kehidupan Maria secara representan menggambarkan bagaimana Maria mempersembahkan hidupnya secara utuh kepada Allah. Fiatnya untuk rencana dan kehendak Allah adalah fiat iman dan kasih yang sempurna kepada Allah.

Sebagaiman yang dikisahkan dalam Injil hari ini, kita mendapat sedikit kisah tentang Maria yang menggambarkan tentang sikap hatinya. Maria dan Yusuf, suaminya, kuatir akan Yesus karena Ia tidak ada bersama mereka dan sanak keluarga mereka. Dengan susah payah mereka kembali ke Yerusalem untuk mencari Dia. Ketika menemukan Dia dan Maria ibu-Nya bertanya, mengapa Ia melakukan demikian terhadap mereka, Yesus malahan bertanya balik: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”

Dikatakan bahwa Maria, seperti Yusuf, tidak mengerti akan apa yang dikatakan Yesus. Namun demikian Maria tidak lantas putus asa. Dengan hati penuh keibuan ia bersama suaminya membawa Yesus kembali ke nazareth. Dan semua perkara  disimpan di hatinya. Maria membiarkan perkara itu menjadi bagian dari hatinya yang sejak semula sudah diarahkannya untuk Allah.

Di dalam hatinya itu, ia menemukan rahasia dari perkara itu. Maka ketidakmengertian Maria bukanlah suatu malapetaka, melainkan suatu kesempatan untuk semakin membuka hatinya kepada Allah dan berserah diri secara total. Keterarahan tunggal itu membuat hatinya menjadi sumber kebajikan ilahi. Ia bertumbuh menjadi pribadi sempurna dalam segalanya.  Hatinya menjadi tanda cinta tanpa syarat dan kepercayaan tanpa batas. Dan itulah keteladannya.

Ketika kita memperingati hati tersuci Santa Perawan Maria, kita memberikan hormat yang tinggi terhadap hatinya yang sempurna dan yang dipersembahkan secara utuh kepada Allah. Dan dari empunya hati yang sempurna itu, Allah membiarkan jiwanya tertembus pedang agar setiap kita yang datang kepadanya memperoleh anugerah yang sama untuk menjadi sempurna seperti dia. Hatinya mengalirkan benih cinta dan iman kepada kita agar kita menjadi sama dan serupa di hadapan Allah dalam cinta dan iman.

Oleh karena peringatan hari ini adalah peringatan akan keteladan kualitas hidup Maria di hadapan Allah, maka sebagai putra-putrinya yang baik yang terarah kepada kesempurnaan, patutlah kita belajar untuk mempersembahkan hati kita kepada Allah dalam kobaran nyala api cinta dan iman yang sama.

Maka janganlah kita berhenti datang kepada dia dalam devosi-devosi kita, dan janganlah kita berhenti memohon bantuannya, sebab dia  yang sudah berjalan menuju kesempuraan hidup sebagai putri kesayangan Allah akan juga membawa kita ke sana.***Apol Wuwur***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar