Selasa, 09 Juni 2020

MENJADI CAHAYA YANG BERSINAR DI DEPAN ORANG


MAT 5:13-16
Hidup manusia memiliki arti mendalam ketika kehadirannya berguna bagi orang lain. Manusia tidak bisa memikirkan dirinya sendiri tetapi ia berkewajiban memberi dirinya bagi orang lain. Sebagaimana Yesus, Ia datang bukan mencari popularitas diri yang sia-sia tetapi kehadiran-Nya di dunia untuk melakukan misi keselamatan bagi semua orang, Ia hadir di dunia memberi diri-Nya sepenuhnya. Yesus dalam pengajaran-Nya selalu menggunakan bahasa perumpamaan untuk membantu pendengarnya memahami pesan pengajaran-Nya. Perumpamaan yang diambil juga adalah hal-hal sederhana yang bersentuhan langsung dengan kehidupan praktis yang biasa dikenal, dialami dan dirasakan. Kali ini Yesus menggunakan perumpamaan garam dan terang/cahaya untuk menekankan pentingnya para rasul melaksanakan tugas perutusan yang dimandatkan kepada mereka dengan baik.

Pada masa Yesus, orang yang baik sering kali disebut sebagai garam dunia, maka ketika Yesus bersabda, “Kamu adalah garam dunia”, para pendengarnya sudah tahu bahwa mereka harus menjadi orang yang baik dan karena kebaikan itu mereka bisa mempengaruhi orang lain. Demikian pun ketika Yesus berkata, “Kamu adalah terang dunia”, orang langsung memahami maksudnya karena orang-orang Yahudi menyebut seorang rabbi yang baik sebagai pelita bagi Israel. Garam dan terang adalah hal yang vital dan sangat dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Garam memberi rasa enak pada makanan agar tidak hambar, tawar, dan garam juga berfungsi untuk mengawetkan. Selain itu, Yesus juga meminta para pengikut-Nya menjadi cahaya atau terang. Cahaya berfungsi untuk menghalau kegelapan, cahaya memungkinkan manusia dapat melihat dengan jelas agar ia tidak tersandung batu, agar ia tidak jatuh ke dalam lubang kehancuran, karena itu Yesus berkata “ Kamu ini cahaya dunia. Demikianlah cahayamu harus bersinar di depan orang agar mereka melihat perbuatan yang baik dan memuji Bapamu di surga”.

Yesus dalam bacaan Injil hari ini menekankan aspek keteladanan dari para murid-Nya dan kita sebagai pengikut-Nya. Keteladanan yang dituntut Yesus sebagai garam adalah, bahwa sebagai orang beriman, kehadiran kita ditengah dunia dan konteksnya, kita perlu menghadirkan rasa sedap agar hidup ini terasa indah dan menyenangkan untuk dijalani. Kita juga perlu menjadi pribadi yang bisa hadir dan mengawetkan kebenaran, keadilan, persaudaraan, kekeluargaan dan cinta kasih. Ketika Yesus menyebut terang, artinya kita diminta Yesus menjadi pribadi-pribadi yang memancarkan perbuatan-perbuatan terang agar semua orang diselamatkan. Inilah keteladanan dan panutan yang ditekankan Yesus bagi kita semua. Dalam situasi apa pun, keteladanan dalam hal penegakkan nilai-nilai kebajikan hidup Kristiani harus ditegakkan tanpa kompromi. Agar garam kehidupan kita tidak kehilangan fungsi dan rasanya serta cahaya kekristenan kita perlahan-lahan tidak meredup oleh karena dominannya hal-hal duniawi yang lebih menggiurkan, maka kita butuh ketahanan dan asupan nutrisi iman yang kuat. Iman kita akan Yesus semakin mendalam kalau kita terus membaharui diri dengan kebiasaan doa yang teratur dan melakukan hal-hal sederhana yang inspiratif dan mendidik.

Ajaran Yesus hari ini serasa sulit untuk dilakukan. Orang mulai pesimis dengan kemampuan dirinya, namun Yesus tetap menyeruhkan agar para murid harus menjadi garam dan terang bagi orang lain, artinya Yesus sangat yakin dengan kemampuan dasar yang kita miliki, namun yang jadi soal sekarang: apakah kita bersedia diutus atau tidak. Seruhan ini kalau diabaikan maka kita tidak pernah memiliki kesempatan lagi untuk menjadi garam dan terang bagi orang lain. Sikap berbagi dengan orang lain mutlak perlu dilakukan agar semua orang diselamatkan. Meskipun kemampuan rohani dan intelektual kita kurang memadai namun kesetiaan kita yang tulus kepada Allah mendorong kita untuk siap diutus menjadi garam dan terang bagi dunia. Nabi Elia telah membuka jalan kesetiaan dengan mendengarkan Allah untuk siap diutus kepada janda di Sarfat.

Ternyata hidup manusia harus bisa merepresentasikan hidup Allah itu sendiri. Allah menghendaki agar manusia menjalani hidupnya secara berkualitas dan bermakna tidak asal sekedar hidup bagi dirinya. Hidupnya harus berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Dengan menjalani hidup seperti garam dan cahaya, ia telah ikut ambil bagian secara penuh dalam misi pewartaan Yesus yakni mengubah hidup iman manusia yang biasa-biasa menuju keselamatan paripurna yang ditawa Allah. panggilan kemuridan dengan kesaksian hidupnya yang bermutu, mengawetkan dunia dari kehancuran dosa, dengan pola hidup yang baik itu dapat menyinari orang-orang yang hidup dalam kegelapan. Semoga kita adalah deretan pengikut Kristus yang siap diutus menjadi garam dan terang yang memiliki kualitas tinggi  untuk bersaksi tentang kabar suka cita Allah.

Sebagai murid-murid Yesus, kita semua dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang dunia. Menjadi garam dan terang berarti bahwa lewat tingkah laku yang baik kita bisa mempengaruhi orang lain untuk berubah menjadi orang baik. Menjadi garam dan terang juga berarti bersedia untuk berkorban, menderita dan bahkan mati demi kebaikan orang lain. Seperti garam yang harus hancur supaya memberi rasa enak pada makanan, dan lilin harus luluh agar dapat menyalah dan terangnya membias di seluruh ruangan, maka kita pun harus berkorban demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain meski harus menanggung konsekuensi atasnya. Dalam keyakinan kristiani kita memaknainya sebagai salib kehidupan. Yesus mengharapkan, sebelum kita menerima perutusan sebagai garam dan terang bagi orang lain, sebaiknya kita menggarami dan menerangi diri kita agar tujuan dan sasaran pewartaan kita dapat tercapai sesuai kehendak Allah. Mari kita berguru pada Elia yang selalu siap sedia diutus Allah kepada seorang janda di Sarfat. Ia mampu menjadi garam dan terang yang baik karena kesetiaannya kepada Allah. Janda Sarfat percaya akan semua yang dikatakan oleh Elia sesuai dengan sabda Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. Semoga Roh Kudus menguatkan hati kita untuk terus memberi makna sejati pada pesan Injil hari ini sehingga kita dapat berbuat baik kepada sesama kapan dan dimana pun kita berada. Semoga..  ***Bernad Wadan***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar