MAT 5:13-16
Hidup
manusia memiliki arti mendalam ketika kehadirannya berguna bagi orang lain.
Manusia tidak bisa memikirkan dirinya sendiri tetapi ia berkewajiban memberi
dirinya bagi orang lain. Sebagaimana Yesus, Ia datang bukan mencari popularitas
diri yang sia-sia tetapi kehadiran-Nya di dunia untuk melakukan misi
keselamatan bagi semua orang, Ia hadir di dunia memberi diri-Nya sepenuhnya. Yesus
dalam pengajaran-Nya selalu menggunakan bahasa perumpamaan untuk membantu
pendengarnya memahami pesan pengajaran-Nya. Perumpamaan yang diambil juga
adalah hal-hal sederhana yang bersentuhan langsung dengan kehidupan praktis
yang biasa dikenal, dialami dan dirasakan. Kali ini Yesus menggunakan perumpamaan
garam dan terang/cahaya untuk menekankan pentingnya para rasul melaksanakan
tugas perutusan yang dimandatkan kepada mereka dengan baik.
Pada
masa Yesus, orang yang baik sering kali disebut sebagai garam dunia, maka
ketika Yesus bersabda, “Kamu adalah garam dunia”, para pendengarnya sudah tahu
bahwa mereka harus menjadi orang yang baik dan karena kebaikan itu mereka bisa
mempengaruhi orang lain. Demikian pun ketika Yesus berkata, “Kamu adalah terang
dunia”, orang langsung memahami maksudnya karena orang-orang Yahudi menyebut
seorang rabbi yang baik sebagai pelita bagi Israel. Garam dan terang adalah hal
yang vital dan sangat dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Garam memberi rasa
enak pada makanan agar tidak hambar, tawar, dan garam juga berfungsi untuk
mengawetkan. Selain itu, Yesus juga meminta para pengikut-Nya menjadi cahaya
atau terang. Cahaya berfungsi untuk menghalau kegelapan, cahaya memungkinkan
manusia dapat melihat dengan jelas agar ia tidak tersandung batu, agar ia tidak
jatuh ke dalam lubang kehancuran, karena itu Yesus berkata “ Kamu ini cahaya
dunia. Demikianlah cahayamu harus bersinar di depan orang agar mereka melihat
perbuatan yang baik dan memuji Bapamu di surga”.
Yesus
dalam bacaan Injil hari ini menekankan aspek keteladanan dari para murid-Nya
dan kita sebagai pengikut-Nya. Keteladanan yang dituntut Yesus sebagai garam
adalah, bahwa sebagai orang beriman, kehadiran kita ditengah dunia dan
konteksnya, kita perlu menghadirkan rasa sedap agar hidup ini terasa indah dan
menyenangkan untuk dijalani. Kita juga perlu menjadi pribadi yang bisa hadir
dan mengawetkan kebenaran, keadilan, persaudaraan, kekeluargaan dan cinta
kasih. Ketika Yesus menyebut terang, artinya kita diminta Yesus menjadi
pribadi-pribadi yang memancarkan perbuatan-perbuatan terang agar semua orang
diselamatkan. Inilah keteladanan dan panutan yang ditekankan Yesus bagi kita
semua. Dalam situasi apa pun, keteladanan dalam hal penegakkan nilai-nilai
kebajikan hidup Kristiani harus ditegakkan tanpa kompromi. Agar garam kehidupan
kita tidak kehilangan fungsi dan rasanya serta cahaya kekristenan kita
perlahan-lahan tidak meredup oleh karena dominannya hal-hal duniawi yang lebih
menggiurkan, maka kita butuh ketahanan dan asupan nutrisi iman yang kuat. Iman
kita akan Yesus semakin mendalam kalau kita terus membaharui diri dengan
kebiasaan doa yang teratur dan melakukan hal-hal sederhana yang inspiratif dan
mendidik.
Ajaran
Yesus hari ini serasa sulit untuk dilakukan. Orang mulai pesimis dengan
kemampuan dirinya, namun Yesus tetap menyeruhkan agar para murid harus menjadi
garam dan terang bagi orang lain, artinya Yesus sangat yakin dengan kemampuan
dasar yang kita miliki, namun yang jadi soal sekarang: apakah kita bersedia
diutus atau tidak. Seruhan ini kalau diabaikan maka kita tidak pernah memiliki
kesempatan lagi untuk menjadi garam dan terang bagi orang lain. Sikap berbagi
dengan orang lain mutlak perlu dilakukan agar semua orang diselamatkan. Meskipun
kemampuan rohani dan intelektual kita kurang memadai namun kesetiaan kita yang
tulus kepada Allah mendorong kita untuk siap diutus menjadi garam dan terang
bagi dunia. Nabi Elia telah membuka jalan kesetiaan dengan mendengarkan Allah
untuk siap diutus kepada janda di Sarfat.
Ternyata
hidup manusia harus bisa merepresentasikan hidup Allah itu sendiri. Allah
menghendaki agar manusia menjalani hidupnya secara berkualitas dan bermakna
tidak asal sekedar hidup bagi dirinya. Hidupnya harus berguna bagi dirinya dan
bagi orang lain. Dengan menjalani hidup seperti garam dan cahaya, ia telah ikut
ambil bagian secara penuh dalam misi pewartaan Yesus yakni mengubah hidup iman
manusia yang biasa-biasa menuju keselamatan paripurna yang ditawa Allah.
panggilan kemuridan dengan kesaksian hidupnya yang bermutu, mengawetkan dunia
dari kehancuran dosa, dengan pola hidup yang baik itu dapat menyinari
orang-orang yang hidup dalam kegelapan. Semoga kita adalah deretan pengikut
Kristus yang siap diutus menjadi garam dan terang yang memiliki kualitas
tinggi untuk bersaksi tentang kabar suka
cita Allah.
Sebagai
murid-murid Yesus, kita semua dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang
dunia. Menjadi garam dan terang berarti bahwa lewat tingkah laku yang baik kita
bisa mempengaruhi orang lain untuk berubah menjadi orang baik. Menjadi garam
dan terang juga berarti bersedia untuk berkorban, menderita dan bahkan mati
demi kebaikan orang lain. Seperti garam yang harus hancur supaya memberi rasa
enak pada makanan, dan lilin harus luluh agar dapat menyalah dan terangnya membias
di seluruh ruangan, maka kita pun harus berkorban demi kebaikan dan kebahagiaan
orang lain meski harus menanggung konsekuensi atasnya. Dalam keyakinan
kristiani kita memaknainya sebagai salib kehidupan. Yesus mengharapkan, sebelum
kita menerima perutusan sebagai garam dan terang bagi orang lain, sebaiknya
kita menggarami dan menerangi diri kita agar tujuan dan sasaran pewartaan kita
dapat tercapai sesuai kehendak Allah. Mari kita berguru pada Elia yang selalu
siap sedia diutus Allah kepada seorang janda di Sarfat. Ia mampu menjadi garam
dan terang yang baik karena kesetiaannya kepada Allah. Janda Sarfat percaya
akan semua yang dikatakan oleh Elia sesuai dengan sabda Tuhan yang
diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. Semoga Roh Kudus menguatkan hati kita
untuk terus memberi makna sejati pada pesan Injil hari ini sehingga kita dapat
berbuat baik kepada sesama kapan dan dimana pun kita berada. Semoga.. ***Bernad Wadan***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar