Yoh 20: 24-29
Hari ini (Jumat/3/7/2020), kita merayakan pesta St Thomas Rasul atau yang
biasa disebut dengan Didimus. Tidak banyak informasi yang bisa diperoleh
tentang rasul yang satu ini. Dalam Kitab Suci, kita mengetahui bahwa Thomas
rasul adalah salah seorang murid dalam kelompok dua belas rasul. Menurut
catatan tradisi, St Thomas Rasul lahir di Galilea. Thomas berasal dari kalangan
keluarga kelas bawah dengan latar kehidupan ekonomi yang rendah. Mungkin karena
dengan backroud keluarga seperti ini
yang membentuk Thomas Rasul menjadi pribadi yang pesimis dan sangat
berhati-hati dalam mengambil keputusan dalam hidup. Thomas Rasul juga dikenal
sebagai seorang rasul yang sangat kritis. Ia tidak mudah percaya akan suatu hal
sebelum ia sendiri membuktikannya. Menurut catatan St Ambrosius dan Hieronimus,
Thomas rasul menyebarkan kabar gembira Injil ke arah timur dengan mengikuti
jalan para pedagang. Mulai dari daerah Siria, Armenia, Persia dan India. Dan di
daerah India, dekat Madras, di kota Malaipur, Thomas Rasul menerima mahkota
kemartirannya. Ia mati karena tubuhnya ditusuk dengan tombak.
Sikap kritis dari Thomas Rasul ditunjukkan dengan sikap skeptisnya terhadap
kebangkitan Yesus. Ketika para murid yang lain begitu bersemangat menceritakan
pengalaman telah bertemu dengan Yesus yang bangkit, Thomas Rasul bersikap
sebaliknya. “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku
mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam
lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yoh 20:25). Pernyataan Thomas
ini mau menggambarkan pribadinya yang sangat rasional dan tidak mau
percaya begitu saja akan suatu hal.
Apalagi percaya dengan hal-hal yang bersifat irasional; dalam hal ini peristiwa
kebangkitan Yesus. Menghadapi pribadi Rasul Thomas yang demikian, Yesus punya
pendekatan tersendiri. Yesus mendatangi lagi para murid yang sedang berkumpul
dalam sebuah rumah yang telah dikunci dengan sangat rapat. Setelah mengucapkan
salam damai sejahtera kepada mereka, ia berkata kepada Thomas: “Taruhlah jarimu
di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam
lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah” (Yoh
20:27). Melihat kehadiran Yesus yang kasat mata, serta merta meluluhlantakkan
sikap skeptis Thomas Rasul. Thomas Rasul begitu terpukau dengan kehadiran Yesus
yang apa adanya. Dengan kain kafan yang masih membaluti tubuh-Nya dan
bekas-bekas luka yang menganga. Thomas hanya bergumam: “Ya Tuhanku dan Allahku”
(Yoh 20:28). Ungkapan tulus dari Thomas tersebut membuktikan bahwa ia telah
percaya. Ia tidak ragu-ragu lagi dengan kebangkitan Sang Guru Ilahi-Nya.
Saya mempunyai kenalan seorang bapak yang memiliki kharisma rohani untuk
menyembuhkan orang-orang yang bergulat dengan penyakit non-medis (penyakit yang
tidak bisa dideteksi dan disembuhkan secara medis, sehingga membutuhkan
pengobatan secara alternatif). Saya mungkin termasuk memiliki pribadi seperti
Thomas. Tidak mudah percaya begitu saja akan suatu hal. Saya perlu mengujinya
dengan data-data yang obyektif. Suatu saat, kebetulan ada seorang saudara saya
yang telah menderita sakit kronis namun tidak bisa disembuhkan secara medis.
Berbagai upaya dilakukan tetapi hasilnya nihil. Bahkan penyakitnya tergolong
misterius karena tidak bisa dideteksi secara medis oleh pihak dokter. Akhirnya,
kami memutuskan untuk membawa si pasien kepada sang bapak. Sang bapak menolak
disebut sebagai dukun atau orang pintar. Ia merasa lebih pas kalau dilabeli
sebagai seorang pendoa. Karena ia menggunakan metode penyembuhannya dengan
berdoa kepada Tuhan. Ia merasa dirinya hanya sebagai seorang “alat Tuhan” untuk
menyampaikan kemurahan dan kedasyatan kasih-Nya dalam peristiwa penyembuhan.
Saya memperhatikan dengan seksama setiap gerakan tubuh dan ucapan bibirnya.
Ternyata ia memang berdoa dengan menggunakan tradisi Katolik. Ada juga
simbol-simbol rohani yang dipakai seperti salib, patung Maria, gambar, dan
lilin. Pada awalnya biasa-biasa saja. Tidak ada yang luar biasa. Setelah
beberapa kali “menghadap beliau”, perlahan-lahan saya mulai menyingkirkan rasa
pesimis yang tumbuh dalam diri. Saudara saya sungguh merasakan adanya perubahan
yang signifikan dalam tubuhnya. Ia merasa telah menjadi kuat kembali dan mulai
beraktifitas secara normal. Dalam suatu kesempatan interaksi, saya sempat
mengganggu alur pikiran sang bapak dengan berkata: “Bagaimana hal itu bisa
terjadi?” Ia hanya menjawab diplomatis: “Kamu harus percaya kepada Tuhan maka
segala hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.”
Kamu harus percaya kepada Tuhan maka segala hal bisa terjadi. Kata-kata
sederhana ini telah menjadi semacam mantra sakti yang tetap terngiang dalam
pikiran saya hingga saat ini. Bahkan ketika saya berdoa secara pribadi, saya
sungguh yakin bahwa Tuhan pasti akan mendengarkan doa saya. Walaupun mungkin Ia
belum atau tidak mengabulkan apa yang saya sampaikan. Saya yakin, ada
kehendak-Nya yang tetap misterius namun tetapi indah bagi segenap makhluk yang
menaruh harapan besar dalam diri-Nya. Saya menyadari bahwa banyak orang
beragama yang cepat merasa kecewa dan putus asa manakala mereka berkeyakinan
bahwa Tuhan tidak menjawab segala doa yang mereka panjatkan. Saya sering
mendengar sharing dari beberapa kenalan dan sahabat yang kelihatan mulai goyah
dengan imannya. Mereka bahkan memvonis Tuhan berlaku tidak adil. Kenapa orang
lain begitu diperhatikan hidupnya. Sementara mereka tidak mengalami perubahan.
Hidup mereka tetap susah. Usaha tidak pernah berkembang. Penyakit yang mereka
derita tidak sembuh. Dan masih banyak lagi litani keluhan yang mereka
sampaikan. Saya hanya mengatakan demikian. Kalau Tuhan langsung menjawab doamu,
ia sementara menambahkan imanmu. Apabila Tuhan membutuhkan waktu cukup lama
untuk menjawab apa yang engkau minta, ia sementara menambahkan kesabaranmu. Dan
ternyata jika Ia tidak mengabulkan sama sekali doamu, maka Ia sementara
merencanakan sesuatu yang sungguh indah dalam hidupmu. Percayalah kepada Tuhan,
dan jangan biarkan sikap ragu-ragu itu tetap mendekam dalam hatimu.
Hari ini kita sungguh belajar dari Thomas Rasul bahwa walaupun tidak
melihat Tuhan secara kasat mata namun kita tetap percaya akan segala
kemahakuasaan dan kedasyatan kasih-Nya kepada kita. Tuhan tetap ada dalam
seluruh peristiwa hidup yang kita alami. Tidak hanya demikian. Ia juga turut
melakukan intervensi dengan menggunakan akal dan kehendak kita sebagai seorang
manusia biasa. Ia pasti merencanakan segala yang baik untuk kita. Mari kita
selalu menaruh sikap percaya kepada-Nya. Semoga. Tuhan memberkati. ***Atanasius
KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar