Minggu, 05 Juli 2020

KITA HARUS PERCAYA


Yoh 20: 24-29
Hari ini (Jumat/3/7/2020), kita merayakan pesta St Thomas Rasul atau yang biasa disebut dengan Didimus. Tidak banyak informasi yang bisa diperoleh tentang rasul yang satu ini. Dalam Kitab Suci, kita mengetahui bahwa Thomas rasul adalah salah seorang murid dalam kelompok dua belas rasul. Menurut catatan tradisi, St Thomas Rasul lahir di Galilea. Thomas berasal dari kalangan keluarga kelas bawah dengan latar kehidupan ekonomi yang rendah. Mungkin karena dengan backroud keluarga seperti ini yang membentuk Thomas Rasul menjadi pribadi yang pesimis dan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan dalam hidup. Thomas Rasul juga dikenal sebagai seorang rasul yang sangat kritis. Ia tidak mudah percaya akan suatu hal sebelum ia sendiri membuktikannya. Menurut catatan St Ambrosius dan Hieronimus, Thomas rasul menyebarkan kabar gembira Injil ke arah timur dengan mengikuti jalan para pedagang. Mulai dari daerah Siria, Armenia, Persia dan India. Dan di daerah India, dekat Madras, di kota Malaipur, Thomas Rasul menerima mahkota kemartirannya. Ia mati karena tubuhnya ditusuk dengan tombak.

Sikap kritis dari Thomas Rasul ditunjukkan dengan sikap skeptisnya terhadap kebangkitan Yesus. Ketika para murid yang lain begitu bersemangat menceritakan pengalaman telah bertemu dengan Yesus yang bangkit, Thomas Rasul bersikap sebaliknya. “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yoh 20:25). Pernyataan Thomas ini mau menggambarkan pribadinya yang sangat rasional dan tidak mau percaya  begitu saja akan suatu hal. Apalagi percaya dengan hal-hal yang bersifat irasional; dalam hal ini peristiwa kebangkitan Yesus. Menghadapi pribadi Rasul Thomas yang demikian, Yesus punya pendekatan tersendiri. Yesus mendatangi lagi para murid yang sedang berkumpul dalam sebuah rumah yang telah dikunci dengan sangat rapat. Setelah mengucapkan salam damai sejahtera kepada mereka, ia berkata kepada Thomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah” (Yoh 20:27). Melihat kehadiran Yesus yang kasat mata, serta merta meluluhlantakkan sikap skeptis Thomas Rasul. Thomas Rasul begitu terpukau dengan kehadiran Yesus yang apa adanya. Dengan kain kafan yang masih membaluti tubuh-Nya dan bekas-bekas luka yang menganga. Thomas hanya bergumam: “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28). Ungkapan tulus dari Thomas tersebut membuktikan bahwa ia telah percaya. Ia tidak ragu-ragu lagi dengan kebangkitan Sang Guru Ilahi-Nya.

Saya mempunyai kenalan seorang bapak yang memiliki kharisma rohani untuk menyembuhkan orang-orang yang bergulat dengan penyakit non-medis (penyakit yang tidak bisa dideteksi dan disembuhkan secara medis, sehingga membutuhkan pengobatan secara alternatif). Saya mungkin termasuk memiliki pribadi seperti Thomas. Tidak mudah percaya begitu saja akan suatu hal. Saya perlu mengujinya dengan data-data yang obyektif. Suatu saat, kebetulan ada seorang saudara saya yang telah menderita sakit kronis namun tidak bisa disembuhkan secara medis. Berbagai upaya dilakukan tetapi hasilnya nihil. Bahkan penyakitnya tergolong misterius karena tidak bisa dideteksi secara medis oleh pihak dokter. Akhirnya, kami memutuskan untuk membawa si pasien kepada sang bapak. Sang bapak menolak disebut sebagai dukun atau orang pintar. Ia merasa lebih pas kalau dilabeli sebagai seorang pendoa. Karena ia menggunakan metode penyembuhannya dengan berdoa kepada Tuhan. Ia merasa dirinya hanya sebagai seorang “alat Tuhan” untuk menyampaikan kemurahan dan kedasyatan kasih-Nya dalam peristiwa penyembuhan. Saya memperhatikan dengan seksama setiap gerakan tubuh dan ucapan bibirnya. Ternyata ia memang berdoa dengan menggunakan tradisi Katolik. Ada juga simbol-simbol rohani yang dipakai seperti salib, patung Maria, gambar, dan lilin. Pada awalnya biasa-biasa saja. Tidak ada yang luar biasa. Setelah beberapa kali “menghadap beliau”, perlahan-lahan saya mulai menyingkirkan rasa pesimis yang tumbuh dalam diri. Saudara saya sungguh merasakan adanya perubahan yang signifikan dalam tubuhnya. Ia merasa telah menjadi kuat kembali dan mulai beraktifitas secara normal. Dalam suatu kesempatan interaksi, saya sempat mengganggu alur pikiran sang bapak dengan berkata: “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia hanya menjawab diplomatis: “Kamu harus percaya kepada Tuhan maka segala hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.”
Kamu harus percaya kepada Tuhan maka segala hal bisa terjadi. Kata-kata sederhana ini telah menjadi semacam mantra sakti yang tetap terngiang dalam pikiran saya hingga saat ini. Bahkan ketika saya berdoa secara pribadi, saya sungguh yakin bahwa Tuhan pasti akan mendengarkan doa saya. Walaupun mungkin Ia belum atau tidak mengabulkan apa yang saya sampaikan. Saya yakin, ada kehendak-Nya yang tetap misterius namun tetapi indah bagi segenap makhluk yang menaruh harapan besar dalam diri-Nya. Saya menyadari bahwa banyak orang beragama yang cepat merasa kecewa dan putus asa manakala mereka berkeyakinan bahwa Tuhan tidak menjawab segala doa yang mereka panjatkan. Saya sering mendengar sharing dari beberapa kenalan dan sahabat yang kelihatan mulai goyah dengan imannya. Mereka bahkan memvonis Tuhan berlaku tidak adil. Kenapa orang lain begitu diperhatikan hidupnya. Sementara mereka tidak mengalami perubahan. Hidup mereka tetap susah. Usaha tidak pernah berkembang. Penyakit yang mereka derita tidak sembuh. Dan masih banyak lagi litani keluhan yang mereka sampaikan. Saya hanya mengatakan demikian. Kalau Tuhan langsung menjawab doamu, ia sementara menambahkan imanmu. Apabila Tuhan membutuhkan waktu cukup lama untuk menjawab apa yang engkau minta, ia sementara menambahkan kesabaranmu. Dan ternyata jika Ia tidak mengabulkan sama sekali doamu, maka Ia sementara merencanakan sesuatu yang sungguh indah dalam hidupmu. Percayalah kepada Tuhan, dan jangan biarkan sikap ragu-ragu itu tetap mendekam dalam hatimu.

Hari ini kita sungguh belajar dari Thomas Rasul bahwa walaupun tidak melihat Tuhan secara kasat mata namun kita tetap percaya akan segala kemahakuasaan dan kedasyatan kasih-Nya kepada kita. Tuhan tetap ada dalam seluruh peristiwa hidup yang kita alami. Tidak hanya demikian. Ia juga turut melakukan intervensi dengan menggunakan akal dan kehendak kita sebagai seorang manusia biasa. Ia pasti merencanakan segala yang baik untuk kita. Mari kita selalu menaruh sikap percaya kepada-Nya. Semoga. Tuhan memberkati. ***Atanasius KD Labaona***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar