Rabu, 27 Mei 2020

CERITA TENTANG KEBERANIAN


Kis 22:30; 23:6-11 & Yoh 17:20-26
Paulus adalah seorang pemberani. Ia dididik menjadi orang yang berjiwa pemberani dan militan. Keberaniannya terbukti ketika ia tampil sebagai tokoh penting dalam pengejaran, penganiayaan dan pembunuhan para pengikut  Yesus yang dipandang sebagai sekte baru dalam Yudaisme. Setelah pertobatannya oleh peristiwa penampakan Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik untuk mengejar orang-orang Nasrani (netzarim-Ibr), Paulus dialihkan oleh Yesus menjadi rasul bangsa-bangsa.

Semangat dan keberaniannya dikobarkan oleh Kristus untuk menjadi saksi-Nya. Keberaniannya untuk membunuh dialihkan untuk menyelamatkan dengan mewartakan Injil Kristus kepada semua bangsa. Ancaman permusuhan, penganiayaan dan pembunuhan tidak pernah menyurutkan keberaniaanya untuk tetap mewartakan Injil. Ke mana saja ia pergi untuk mewartakan Injil, ia mendirikan jemaat di situ  sekalipun dengan mencucurkan air mata.

Semakin ditantang dan diancam, Paulus bertambah dalam semangat dan keberanian. Sebab Yesus yang telah menariknya, terus menyertai dan meneguhkan dia dengan Roh-Nya. Ia ada selalu dalam persekutuan dengan Tuhan yang hadir bagi dirinya. Dengan jelas Yesus hadir dan menguatkannya, misalnya ketika Yesus hendak memilih dan mengutusnya ke Roma: "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma" (Kis 23:11).
Sama seperti Paulus, demikian juga para murid Yesus. Keberanian mereka tanpa tunduk kepada penderitaan, penganiayaan dan ancaman pembunuhan melahirkan Gereja dan membuatnya terus kokoh berdiri dalam peredaran waktu meski juga tidak sedikit mengalami situasi kelam. Penderitaan dan apapun situasi kelam itu dihadapi dengan keberanian di dalam Tuhan. Itulah kekuatan Gereja. Itulah kekuatan murid-murid  Tuhan dan semua orang yang percaya dan bersekutu di bawah Dia sebagai Gembala.

Dalam Injil hari ini, Yesus memandang penting kesatuan itu. Sebagaiman kehadiran-Nya membentuk suatu persekutuan antara Dia dengan murid-murid-Nya membangkitkan semangat dan keberanian mereka, demikian juga kesatuan itu dikehendaki di antara para murid dan semua orang yang percaya kepada-Nya.

Itulah sebabnya Yesus tidak hanya berdoa untuk murid-murid-Nya saja, melainkan juga mendoakan semua orang yang percaya kepada-Nya agar menjadi satu. Kita semua didoakan agar menjadi satu di dalam Dia. Dan dalam Dia kita menjadi satu juga dengan Bapa yang hadir di dalam Dia. Ada kesatuan insani dan ilahi. Dan itulah kekuatan dasar kita sebagai Gereja.

Kesatuan ini solid dan kokoh karena ia menceritakan tentang kita dan Tuhan. Kita adalah kesatuan itu. Maka kesatuan itu menjadi sumber inspirasi, semangat, kekuatan, keberanian juga segala energi positif yang dibutuhkan dalam menjalankan kehidupan kita sebagai umat beriman. Segala persoalan apapun yang kita hadapi dapat kita selesaikan; kita pun berani menceritakan kebenaran, keadilan dan solidaritas tanpa merasa takut.

Di tengah situasi perjuangan bangsa ini menghadapi situasi kelam akibat covid-19, “cerita kita” menggerakkan kita untuk berani keluar dari “kandang kita” untuk membangun dan menggalakan solidaritas kemanusiaan. Kita tidak takut distigamtisasi atau diberi label apapun itu karena cerita kita adalah cerita kebaikan, cerita tentang hidup dan keselamatan.

Ada tantangan, kesulitan, penolakan, dan mungkin disertai dengan kekerasan,  namun cerita kita meneguhkan hati dan memantapkan langkah kita. Cerita tentang kita membuat kita kuat. Kita menjadi berani. Sebab Dia yang memanggil kita ke dalam persekutuan itu akan selalu hadir dan meneguhkan kita: “Kuatkanlah hatimu”! Dia ada dan satu dengan kita.

Dari kisah hidup Paulus kita belajar suatu kebenaran bahwa tidak ada yang bernilai diperoleh dengan gampang semudah kita membalikan telapak tangan. Paulus mendirikan jemaat dengan cucuran air mata. Dia berhasil karena Tuhan ada dan satu dengan dia. Demikian juga dengan situasi kita sekarang. Ketika kita kuat oleh karena kesatuan kita dengan Dia, maka apapun dan betapapun sulitnya membawa suatu kebaikan, juga kebaikan untuk bangsa ini, pada akhirnya dapat terwujud dengan baik.

Marilah kita bersatu karena oleh kesatuan itu kita menjadi kuat. Kita mampu menghadapi situasi sulit kita dengan gagah berani. Apapun yang bernilai yang kita perjuangkan akan terwujud karena kita berani dalam kesatuan dengan Dia yang mengutus kita. ***Apol Wuwur***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar