Jumat, 08 Mei 2020

ALLAH MENJUMPAI KITA DALAM PENGALAMAN HIDUP


Yoh 14:7-14

Filipus meminta Yesus menunjukkan Bapa kepada mereka untuk menanggapi apa yang dikatakan Yesus bahwa siapa yang mengenal-Nya, pasti juga mengenal Bapa-Nya. Filipus memang sungguh penasaran. Ia ingin agar Bapa disebut Yesus dapat dilihat dan dikenal.

Dalam hal tertentu mungkin Filipus benar  sebab Allah Ishak, Allah Yakub, Allah Abraham  yang disebut “Allahku, Allah kita, Allah Kami”  dan yang disapa Yesus sebagai Bapa itu, sejak awal mula tidak pernah menampakkan diri secara langsung. Ia berbicara kepada umat-Nya melalui orang-orang yang ditentukan secara khusus, tetapi Ia tidak pernah menunjukkan diri-Nya. Filipus mau melihat Bapa secara jelas sebagaimana ia melihat Yesus, Anak-Nya.

Akan tetapi Filipus ditegur Tuhan. Bukan saja karena Yesus telah mengakatan, siapa yang mengenal-Nya, pasti mengenal Bapa-Nya pula dan Filipus tidak memahaminya, melainkan juga kenyataan bahwa sekalipun  Filipus itu selalu ada bersama dengan Yesus, akan tetapi Ia belum mampu melihat Bapa yang hadir dan bekerja dalam diri Yesus.

Berbeda dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang meminta penjelasan tentang kebenaran Allah untuk kepentingan “menjerat Yesus” dan karena itu tidak diladeni, maka Filipus oleh kepolosannya membuka jendela pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran yang diajarkan Yesus, namun masih samar-samar untuknya. Dan sekiranya bukan untuk dirinya saja, melainkan juga untuk murid-murid yang lain bahwa akibat “kedunguan” Filipus mereka pun memahami dengan  jelas relasi  antara Yesus dengan Bapa dan bagaimana Bapa bekerja di dalam Anak-Nya.

Karena itu maka dalam penjelasan-Nya  untuk menanggapi tanggapan Filipus, Yesus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Yesus menunjukkan bahwa Ia dan Bapa-Nya adalah satu (Yoh 10:13) atau yang diungkapkan dengan cara lain dalam bahasa Injil hari ini: “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:10). Dialah Imanuel, Allah yang ada bersama-sama mereka. Dialah Anak dari Bapa yang mengutus-Nya. Di dalam diri-Nya berdiam kepenuhan Allah Bapa. Kata-kata-Nya dan pekerjaan-Nya adalah tindakan Allah Bapa sendiri.  Demikianlah Yesus berkata: “Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (Yoh 14:10).

Dengan ini Yesus menunjukkan dengan terang dan jelas bahwa barangsiapa yang melihat dan mengenal Dia, maka sesungguhnya ia telah melihat dan mengenal Bapa. Dialah yang hadir dan menyertai umat manusia sepanjang hidupnya. Dia tidak hanya berbicara dan hanya didengar suara-Nya,  melainkan Dia yang menampakkan diri secara nyata dalam diri Pribadi yang dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya dapat dialami dan dirasakan pengaruhnya.

Kepada kita umat beriman, Yesus juga memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dasariah dalam hidup kita meskipun seperti Filipus kita juga dikritik Yesus atas kelambanan kita dalam mengerti kebenaran yang diajarkan-Nya kepada kita melalui Gereja-Nya yang kudus. 

Dan wajar bahwa kita mesti menjadi Filipus yang penasaran, dan bukannya sudah merasa sempurna,  agar kita bisa melihat diri bahwa kita belumah apa-apa dalam beriman dan karena itu membutuhkan bantuan untuk semakin bertumbuh dalam iman. Adalah lebih baik dicap “dungu” agar kita bisa diubah daripada berdiman diri dan memandang diri kita sudah sempurna dan kita tidak bertumbuh apa-apa.

Kritikan Yesus terhadap kita membuat kita menjadi terbuka dan memahami bahwa hidup kita adalah medan Allah menyatakan diri-Nya secara personal. Seperti pada masa para murid, Allah dapat dialami kehadiran-Nya secara nyata dalam pengalaman hidup mereka baik sebelum maupun sesudah paskah, demikian pula Dia yang satu dan sama itu tetap menghadirkan diri-Nya di dalam hidup dan pengalaman kita umat manusia dewasa ini.

Ia hadir di dalam Gereja melalui sakramen-sakramen yang dirayakan, melalui doa-doa komunitas dan pribadi, melalui karya-karya amal dan kebaikan, melalui pengalaman-pengalaman hidup yang biasa namun unik jika direfleksikan dan melalui setiap orang yang dengan kehendak baik ingin memberikan yang baik kepada kita.

Bahkan secara radikal Dia yang personal itu hadir dalam pengalaman-pengalaman tapal batas untuk membuat kita semakin mengenal Dia dan merasakan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang nyata dalam hidup kita dan membuat kita bertumbuh kokoh dalam kepercayaan.

Di akhir Injil hari ini Yesus berkata: “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya” (Yoh 14:14). Yesus mau mengajak kita sekalian bahwa apapun  kesulitan kita termasuk kesulitan dalam memahami Dia dengan benar, jika kita  minta dalam nama-Nya, maka Ia akan melakukannya juga. Marilah kita memberi diri kita untuk diubah agar kita sungguh mengalami Dia secara personal dalam pengalaman hidup kita sekalian.*** Apol Wuwur***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar