Mat 13:36-43
Hidup manusia dipengaruhi oleh dua kekuatan yang saling berlawanan. Ada kekuatan terang dan ada kekuatan kegelapan; ada kekuatan kebaikan dan ada juga kekuatan kejahatan.
Dua kekuatan itu bukanlah hal yang
asing. Keduanya terus dialami manusia dalam hidup ini. Bahkan keduanya adalah
unsur-unsur yang ada dan menyatu dengan manusia, seperti gandum dan lalang yang
bertumbuh bersamaan dan tidak dapat dibedakan, kecuali hasilnya.
Setiap saat kekuatan terang dan
kebaikan akan terus-menerus berperang melawan kekuatan kegelapan dan kejahatan.
Dan itu terjadi dalam diri manusia, di dalam hati manusia, tempat di mana
ditaburkan benih kebaikan oleh Tuhan dan benih kejahatan yang ditaburkan oleh
Iblis.
Pilihan manusia menentukan mana
kekuatan yang lebih kuat dan berpengaruh dalam kehidupannya. Memilih terang
berarti menang atas kegelapan, yang berarti berkiblat kepada Tuhan. Memilih
kegelapan berarti kalah atas terang, yang berarti berkiblat kepada Iblis.
Pilihan itu bisa bersifat konstan.
Tetapi juga bisa berubah sejauh kekuatan-kekuatan itu berpengaruh dalam suatu
peperangan merebut hati manusia. Orang bisa saja memilih terang daripada
kegelapan, akan tetapi dalam keadaan tertentu orang yang lazim memilih terang
ternyata juga bisa memilih kegelapan. Dan inilah yang sering mengejutkan banyak
orang. “Orang dikenal baik”, akan tetapi ternyata bisa melakukan yang tidak
baik.
Berbeda halnya orang yang terbiasa
memilih kegelapan dan melakukan perbuatan jahat. Dalam keadaan tertentu orang
jahat itu dapat melakukan perbuatan baik. Akan tetapi karena dikenal sebagai
penjahat maka perbuatan baik itu tidak selalu disambut dengan gembira. Tetapi
Tuhan dalam cara-Nya yang unik dapat membuat orang jahat bertobat dan berkiblat
pada kebenaran-Nya dan hidup dalam terang.
Ini mengingatkan kita bahwa selalu
ada kemungkinan setiap kita melakukan, baik yang baik maupun yang jahat.
Peluang selalu terbuka untuk itu.
Meskipun demikian, sesuai kehendak
Tuhan sendiri, setiap kita dipanggil kepada terang dan kebaikan. Panggilan ini
tentu mengandung tantangan dan kesulitan tersendiri. Sebab kejahatan itu ada di
dalam kehidupan kita seperti lalang di antara gandum. Kejahatan itu dibiarkan
Tuhan hadir dalam hidup kita. Bukan bertujuan untuk menjerumuskan dan
membinasakan, melainkan agar kita belajar untuk mengarahkan diri kita
sepenuhnya pada Dia.
Iblis dapat menggunakan kebebasan
kita menentukan pilihan sebagai kesempatan untuk memengaruhi hati kita dan membelokkan
kiblat kita kepadanya. Akan tetapi pilihan kepada Tuhan dan kebenaran-Nya
membuat kita tetap teguh berdiri dan menjauhi kejahatan. Bahkan dalam situasi
kegelapan yang kita alami pun akan terbit terang bagi kita (bdk. Mzr 112:4).
Tuhan membuat terang-Nya bercahaya dalam hati kita (bdk. 2 Kor 4:6) untuk
mengenal dan mencintai kebenaran-Nya.
Pilihan yang menuntut perjuangan
yang tidak mudah ini tentu tidaklah sia-sia. Dia yang telah memanggil kita
kepada terang pada akhirnya membuat kita bercahaya seperti matahari (Mat
13:43). Genaplah yang dikatakan Amsal: “Terang orang benar bercahaya gemilang”
(Am 13;9).
Hanya apabila kita salah membidik
kebenaran maka Iblis akan menggunakan kesempatan itu dengan tipu muslihatnya
untuk menjerumuskan kita. Ia membuat kita salah dalam mencintai. Hati kita
diarahkan kepada hal-hal kegelapan. Dalam kegelapan, kita berpikir bahwa yang
kita lakukan adalah benar dan kita tinggal dalam kegelapan seperti yang
diinginkannya. Maka nasib kita akan sama seperti gandum yang dibuang ke dalam
dapur api.
Sabda Tuhan tentang gandum dan
lalang menyadarkan kita agar kita mengenal panggilan kita kepada kebenaran dan
hidup dalam kebenaran yang Tuhan taburkan dalam hati kita. Iblis dapat
memengaruhi kita untuk menuruti keinginannya dan membuat kita terjatuh, akan
tetapi sebagai orang yang telah dibenarkan oleh Tuhan, hendaknya kita bangun
kembali dari kejatuhan kita. Pengalaman kejatuhan menjadi kesempatan untuk
membangun komitmen iman yang lebih kokoh pada kebenaran-Nya.
Kita diajak Tuhan untuk memberikan
hati kita kepada Dia agar Ia menjadikan hati kita sebagai ladang untuk
menanamkan kebenaran-Nya yang menuntun kita untuk hidup sesuai kehendak-Nya.
Hati yang diterangi kebenaran-Nya tidak akan salah dalam mencintai kebenaran
dan itulah yang menentukan keselamatan kita. ***Apol Wuwur***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar