Selasa, 28 Juli 2020

Terang dan Kegelapan


Mat 13:36-43

Hidup manusia dipengaruhi oleh dua kekuatan yang saling berlawanan. Ada kekuatan terang dan ada kekuatan kegelapan; ada kekuatan kebaikan dan ada juga kekuatan kejahatan.

Dua kekuatan itu bukanlah hal yang asing. Keduanya terus dialami manusia dalam hidup ini. Bahkan keduanya adalah unsur-unsur yang ada dan menyatu dengan manusia, seperti gandum dan lalang yang bertumbuh bersamaan dan tidak dapat dibedakan, kecuali hasilnya.

Setiap saat kekuatan terang dan kebaikan akan terus-menerus berperang melawan kekuatan kegelapan dan kejahatan. Dan itu terjadi dalam diri manusia, di dalam hati manusia, tempat di mana ditaburkan benih kebaikan oleh Tuhan dan benih kejahatan yang ditaburkan oleh Iblis.

Pilihan manusia menentukan mana kekuatan yang lebih kuat dan berpengaruh dalam kehidupannya. Memilih terang berarti menang atas kegelapan, yang berarti berkiblat kepada Tuhan. Memilih kegelapan berarti kalah atas terang, yang berarti berkiblat kepada Iblis.

Pilihan itu bisa bersifat konstan. Tetapi juga bisa berubah sejauh kekuatan-kekuatan itu berpengaruh dalam suatu peperangan merebut hati manusia. Orang bisa saja memilih terang daripada kegelapan, akan tetapi dalam keadaan tertentu orang yang lazim memilih terang ternyata juga bisa memilih kegelapan. Dan inilah yang sering mengejutkan banyak orang. “Orang dikenal baik”, akan tetapi ternyata bisa melakukan yang tidak baik.

Berbeda halnya orang yang terbiasa memilih kegelapan dan melakukan perbuatan jahat. Dalam keadaan tertentu orang jahat itu dapat melakukan perbuatan baik. Akan tetapi karena dikenal sebagai penjahat maka perbuatan baik itu tidak selalu disambut dengan gembira. Tetapi Tuhan dalam cara-Nya yang unik dapat membuat orang jahat bertobat dan berkiblat pada kebenaran-Nya dan hidup dalam terang.

Ini mengingatkan kita bahwa selalu ada kemungkinan setiap kita melakukan, baik yang baik maupun yang jahat. Peluang selalu terbuka untuk itu.

Meskipun demikian, sesuai kehendak Tuhan sendiri, setiap kita dipanggil kepada terang dan kebaikan. Panggilan ini tentu mengandung tantangan dan kesulitan tersendiri. Sebab kejahatan itu ada di dalam kehidupan kita seperti lalang di antara gandum. Kejahatan itu dibiarkan Tuhan hadir dalam hidup kita. Bukan bertujuan untuk menjerumuskan dan membinasakan, melainkan agar kita belajar untuk mengarahkan diri kita sepenuhnya pada Dia.

Iblis dapat menggunakan kebebasan kita menentukan pilihan sebagai kesempatan untuk memengaruhi hati kita dan membelokkan kiblat kita kepadanya. Akan tetapi pilihan kepada Tuhan dan kebenaran-Nya membuat kita tetap teguh berdiri dan menjauhi kejahatan. Bahkan dalam situasi kegelapan yang kita alami pun akan terbit terang bagi kita (bdk. Mzr 112:4). Tuhan membuat terang-Nya bercahaya dalam hati kita (bdk. 2 Kor 4:6) untuk mengenal dan mencintai kebenaran-Nya.

Pilihan yang menuntut perjuangan yang tidak mudah ini tentu tidaklah sia-sia. Dia yang telah memanggil kita kepada terang pada akhirnya membuat kita bercahaya seperti matahari (Mat 13:43). Genaplah yang dikatakan Amsal: “Terang orang benar bercahaya gemilang” (Am 13;9).

Hanya apabila kita salah membidik kebenaran maka Iblis akan menggunakan kesempatan itu dengan tipu muslihatnya untuk menjerumuskan kita. Ia membuat kita salah dalam mencintai. Hati kita diarahkan kepada hal-hal kegelapan. Dalam kegelapan, kita berpikir bahwa yang kita lakukan adalah benar dan kita tinggal dalam kegelapan seperti yang diinginkannya. Maka nasib kita akan sama seperti gandum yang dibuang ke dalam dapur api.

Sabda Tuhan tentang gandum dan lalang menyadarkan kita agar kita mengenal panggilan kita kepada kebenaran dan hidup dalam kebenaran yang Tuhan taburkan dalam hati kita. Iblis dapat memengaruhi kita untuk menuruti keinginannya dan membuat kita terjatuh, akan tetapi sebagai orang yang telah dibenarkan oleh Tuhan, hendaknya kita bangun kembali dari kejatuhan kita. Pengalaman kejatuhan menjadi kesempatan untuk membangun komitmen iman yang lebih kokoh pada kebenaran-Nya.

Kita diajak Tuhan untuk memberikan hati kita kepada Dia agar Ia menjadikan hati kita sebagai ladang untuk menanamkan kebenaran-Nya yang menuntun kita untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Hati yang diterangi kebenaran-Nya tidak akan salah dalam mencintai kebenaran dan itulah yang menentukan keselamatan kita. ***Apol Wuwur***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar