Yes 1: 11-17 dan Mat 10: 34-11:1
Salah satu intensi doa yang saya bawakan dalam apel bersama (lingkup
Kementerian Agama Kab. Lembata) hari ini (Senin/13/7/2020) adalah mendoakan
rekan-rekan kerja yang menerima SK (Surat Keputusan) Kenaikan Pangkat. Saya
memberi afirmasi dalam doa itu bahwa dengan peristiwa berahmat tersebut tidak
membuat mereka berjumawa (membanggakan diri) tetapi semakin memompa energi
positif dalam diri mereka untuk tetap berkarya membawa wajah Allah ke
tengah-tengah orang yang mereka layani. Salah satu energi positif yang merasuki
diri mereka adalah sikap totalitas dalam bekerja. Mereka mampu bekerja dengan
seluruh jiwa. Tidak ada kepentingan untuk mengambil keuntungan pribadi atau
kelompok. Atau sikap berpura-pura memenuhi dokumen yang bersifat administratif
belaka. Kelihatan sungguh bekerja tetapi sebenarnya tidak bekerja dengan
sungguh-sungguh. Sikap total dalam bekerja menuntut kebersihan hati untuk
menjauhi sikap destruktif. Sikap yang membuat manusia untuk tidak bekerja
dengan total.
Seringkali orang yang sungguh menjunjung sikap total dalam filosofi
hidupnya, menghadapi tantangan yang
tidak sedikit. Entah itu tantangan dari luar atau pun tantangan yang datang
dari dalam diri sendiri. Tantangan dari luar bisa berupa adanya ketidaksukaan
dan sikap iri hati dari orang lain. Dan tantangan dari dalam bisa muncul dengan
adanya virus-virus mematikan seperti sikap masa bodoh, sikap mencari gampang
(instan), sikap mencari prestise dan motif memperkaya diri secara ekonomi.
Sikap-sikap destruktif yang mengancam totalitas dalam berkarya ini sebenarnya
sudah menjadi sebuah kisah sejarah yang secara tidak sadar terus diwariskan
dari generasi ke generasi. Termasuk dalam era Yesus. Ada banyak orang Israel
pada saat itu yang tidak menunjukkan hidup sosial-keagamaan yang baik. Mereka
memang orang beragama tetapi tidak total dalam menjalankan hidup keagamaan.
Hidup mereka diliputi oleh kepura-puraan dan kemunafikan. Ketika melihat
keadaan dunia yang sudah tercemar dengan sikap-sikap manusia yang telah
menyimpang dari kehendak Allah, Yesus mengatakan: “Jangan kamu menyangka bahwa
Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa
damai, melainkan pedang” (Mat 10:38). Yesus sudah membayangkan bahwa
kehadiran-Nya di muka bumi pasti tidak disukai oleh banyak orang. Sikap kritis
dan keberaniannya dalam mendobrak sistem kehidupan sosial yang telah mapan
membawa banyak pertentangan dan konflik. Tetapi itulah komitmen hidup yang
ingin dan telah ditunjukkan oleh Yesus. Ia sungguh total menjalankan misi-Nya
untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah; membawa banyak orang menjadi warga
Kerajaan Sorgawi.
Selain memberi pernyataan yang menohok, Yesus juga memberi ultimatum yang
keras kepada orang banyak. Termasuk juga kepada para murid-Nya. “Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Yesus men-dressure orang-orang yang mendengarkan
sabda-Nya bahwa mereka juga harus menunjukkan sikap seperti yang telah Ia
tunjukkan. Mereka harus berani menunjukkan konsekuensi hidup yang nyata apabila
mau mengikuti Dia. Memikul salib tidak hanya sebuah ungkapan untuk bertahan
dalam setiap kesulitan dan penderitaan. Lebih dari itu, orang Israel harus
menunjukkan sikap total dalam melanjutkan misi perutusan yang telah ditanam
oleh Yesus sendiri. Orang-orang yang mau mengikuti Yesus adalah orang-orang
yang sungguh-sungguh mau bekerja dengan kesungguhan hati. Mereka harus
menunjukkan sikap total dan tulus, tidak ada kepentingan instan yang bermain di
dalamnya. Mereka tidak boleh memanfaatkan identitas pribadi sebagai murid Yesus
untuk mencari pelbagai keuntungan. Baik itu kepentingan ekonomi atau demi
mendongkrak publisitas diri. Sikap total menunjuk pada sikap jiwa besar dari
seorang manusia untuk melepaskan diri dari segala keterikatan duniawi. Suatu
bentuk keterikatan yang menghambat gerak maju mereka sebagai laskar Kristus
yang sejati. Sebagai murid Yesus mereka hanya punya keterikatan yang bertumpu
pada misi Kerajaan Allah.
Sebagai seorang murid Yesus di masa ini, kita juga mau diarahkan untuk
bersikap total dalam seluruh tugas dan karya kita. Dalam bidang panggilan kita
masing-masing, secara otomatis terejawantah karya panggilan Allah. Kita bisa
saja tergoda untuk memanfaatkan jabatan atau peluang tertentu untuk memperkaya
diri atau meningkatkan prestise diri. Ini yang menurut Yesus, kita tidak
sungguh-sungguh memikul salib dalam hidup kita. Dan sebenarnya kita tidak layak
untuk menjadi pengikut-Nya. Untuk mengikuti Yesus dengan Total, kita harus
meninggalkan segala keterikatan kita dengan duniawi. Pengabdian kita harus
betul-betul total, dengan seluruh jiwa. Dengan demikian, kita sementara
mewujudkan Injil Kristus dalam seluruh tugas dan pengabdian kita. “Jangan lagi
membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan
bagi-Ku” (Yes 1:10). Tuhan tidak mementingkan segala persembahan dan sikap
sembah yang palsu. Yang dibutuhkan Tuhan adalah sikap total dalam mengabarkan
kasih-Nya di tengah dunia. Mari kita menjadi pengikuti-Nya dengan sikap penuh
total dalam bekerja. ***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar