Senin, 13 Juli 2020

SIKAP TOTAL


Yes 1: 11-17 dan Mat 10: 34-11:1
Salah satu intensi doa yang saya bawakan dalam apel bersama (lingkup Kementerian Agama Kab. Lembata) hari ini (Senin/13/7/2020) adalah mendoakan rekan-rekan kerja yang menerima SK (Surat Keputusan) Kenaikan Pangkat. Saya memberi afirmasi dalam doa itu bahwa dengan peristiwa berahmat tersebut tidak membuat mereka berjumawa (membanggakan diri) tetapi semakin memompa energi positif dalam diri mereka untuk tetap berkarya membawa wajah Allah ke tengah-tengah orang yang mereka layani. Salah satu energi positif yang merasuki diri mereka adalah sikap totalitas dalam bekerja. Mereka mampu bekerja dengan seluruh jiwa. Tidak ada kepentingan untuk mengambil keuntungan pribadi atau kelompok. Atau sikap berpura-pura memenuhi dokumen yang bersifat administratif belaka. Kelihatan sungguh bekerja tetapi sebenarnya tidak bekerja dengan sungguh-sungguh. Sikap total dalam bekerja menuntut kebersihan hati untuk menjauhi sikap destruktif. Sikap yang membuat manusia untuk tidak bekerja dengan total.

Seringkali orang yang sungguh menjunjung sikap total dalam filosofi hidupnya, menghadapi  tantangan yang tidak sedikit. Entah itu tantangan dari luar atau pun tantangan yang datang dari dalam diri sendiri. Tantangan dari luar bisa berupa adanya ketidaksukaan dan sikap iri hati dari orang lain. Dan tantangan dari dalam bisa muncul dengan adanya virus-virus mematikan seperti sikap masa bodoh, sikap mencari gampang (instan), sikap mencari prestise dan motif memperkaya diri secara ekonomi. Sikap-sikap destruktif yang mengancam totalitas dalam berkarya ini sebenarnya sudah menjadi sebuah kisah sejarah yang secara tidak sadar terus diwariskan dari generasi ke generasi. Termasuk dalam era Yesus. Ada banyak orang Israel pada saat itu yang tidak menunjukkan hidup sosial-keagamaan yang baik. Mereka memang orang beragama tetapi tidak total dalam menjalankan hidup keagamaan. Hidup mereka diliputi oleh kepura-puraan dan kemunafikan. Ketika melihat keadaan dunia yang sudah tercemar dengan sikap-sikap manusia yang telah menyimpang dari kehendak Allah, Yesus mengatakan: “Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (Mat 10:38). Yesus sudah membayangkan bahwa kehadiran-Nya di muka bumi pasti tidak disukai oleh banyak orang. Sikap kritis dan keberaniannya dalam mendobrak sistem kehidupan sosial yang telah mapan membawa banyak pertentangan dan konflik. Tetapi itulah komitmen hidup yang ingin dan telah ditunjukkan oleh Yesus. Ia sungguh total menjalankan misi-Nya untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah; membawa banyak orang menjadi warga Kerajaan Sorgawi.

Selain memberi pernyataan yang menohok, Yesus juga memberi ultimatum yang keras kepada orang banyak. Termasuk juga kepada para murid-Nya. “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Yesus men-dressure orang-orang yang mendengarkan sabda-Nya bahwa mereka juga harus menunjukkan sikap seperti yang telah Ia tunjukkan. Mereka harus berani menunjukkan konsekuensi hidup yang nyata apabila mau mengikuti Dia. Memikul salib tidak hanya sebuah ungkapan untuk bertahan dalam setiap kesulitan dan penderitaan. Lebih dari itu, orang Israel harus menunjukkan sikap total dalam melanjutkan misi perutusan yang telah ditanam oleh Yesus sendiri. Orang-orang yang mau mengikuti Yesus adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mau bekerja dengan kesungguhan hati. Mereka harus menunjukkan sikap total dan tulus, tidak ada kepentingan instan yang bermain di dalamnya. Mereka tidak boleh memanfaatkan identitas pribadi sebagai murid Yesus untuk mencari pelbagai keuntungan. Baik itu kepentingan ekonomi atau demi mendongkrak publisitas diri. Sikap total menunjuk pada sikap jiwa besar dari seorang manusia untuk melepaskan diri dari segala keterikatan duniawi. Suatu bentuk keterikatan yang menghambat gerak maju mereka sebagai laskar Kristus yang sejati. Sebagai murid Yesus mereka hanya punya keterikatan yang bertumpu pada misi Kerajaan Allah.

Sebagai seorang murid Yesus di masa ini, kita juga mau diarahkan untuk bersikap total dalam seluruh tugas dan karya kita. Dalam bidang panggilan kita masing-masing, secara otomatis terejawantah karya panggilan Allah. Kita bisa saja tergoda untuk memanfaatkan jabatan atau peluang tertentu untuk memperkaya diri atau meningkatkan prestise diri. Ini yang menurut Yesus, kita tidak sungguh-sungguh memikul salib dalam hidup kita. Dan sebenarnya kita tidak layak untuk menjadi pengikut-Nya. Untuk mengikuti Yesus dengan Total, kita harus meninggalkan segala keterikatan kita dengan duniawi. Pengabdian kita harus betul-betul total, dengan seluruh jiwa. Dengan demikian, kita sementara mewujudkan Injil Kristus dalam seluruh tugas dan pengabdian kita. “Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku” (Yes 1:10). Tuhan tidak mementingkan segala persembahan dan sikap sembah yang palsu. Yang dibutuhkan Tuhan adalah sikap total dalam mengabarkan kasih-Nya di tengah dunia. Mari kita menjadi pengikuti-Nya dengan sikap penuh total dalam bekerja. ***Atanasius KD Labaona***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar