(Mat
8:23-27)
Setiap
peristiwa hidup, baik itu menyenangkan maupun menyedihkan selalu ada pesan iman
dibaliknya. Orang berjuang memaknai setiap pengalaman hidupnya secara positip
ke dalam rana iman. Sampai peristiwa kematian pun orang beriman masih sangat
yakin bahwa dibalik peristiwa kematian, Allah memiliki rencana indah bagi
manusia. Manusia tidak sanggup memikul beban penderitaannya sendiri, meskipun
ia telah berbagi dengan sesamanya, kemampuan manusia amat terbatas untuk
menghadapi ujian, cobaan, dan penderitaan. Tuhan menjadi tempat sandaran
terakhir, di sana manusia menyerahkan hidupnya pada kuasa Tuhan.
Dalam
bacaan pertama hari ini, sebelum kota Sodom dan Gemora dihancurkan oleh Yahwe
karena kedosaannya, dua orang malaikat
Tuhan diutus untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya. Ketika kedua Malaikat
Tuhan menginap di rumah Lot, orang-orang sodom datang mengepung rumahnya untuk
menganiaya kedua orang asing itu. Karena Lot sangat menghormati kedua tamunya,
ia ingin menyerahkan kedua putrinya yang belum pernah disentuh oleh laki-laki
manapun sebagai ganti kedua orang asing ini. Namun, orang-orang Sodom semakin
marah dan berkeinginan menganiaya Lot melebihi kedua tamunya. Disini kedua
Malaikat Tuhan menarik Lot ke dalam rumah dan membutakan mata semua orang Sodom
yang mengepung rumahnya. Kemudian kedua Malaikat Tuhan membimbing Lot keluar
dari kota itu sehingga luput dari bahaya kehancuran. Sayangnya, istri Lot tidak
patuh pada perintah malaikat sehingga dia mendapat malapetaka berubah menjadi
tiang garam. Di dalam Injil hari ini, Yesus meredakan gelombang tinggi yang
hampir menenggelamkan perahu murid sehingga mereka luput dari bahaya. Di dalam
kedua peristiwa itu, ada makna iman yang tersirat di dalamnya yakni Allah tampil sebagai penolong di saat manusia
diterpah cobaan dan tantangan hidup. Oleh karena kesetiaan Lot kepada Allah
maka ia dan keluarganya diselamatkan oleh Allah dari kehancuran Sodom,
sedangkan pengakuan para murid akan
kuasa Yesus, mereka diselamatkan dari badai gelombang dan angin ribut.
Ungkapan:
Tuhan, tolonglah, kita binasa, secara tidak langsung para murid menyadari
keterbatasan dan ketidakmampuan mereka menghadapai badai gelombang dan angin
sakal. Apabila mereka sanggup meredahkan angin dan badai gelombang, pasti
mereka tidak akan membangunkan Yesus dari tidurnya. Mereka pasti bisa mengatasi
kondisi alam yang menerpa perahu mereka, apalagi kebanyakan para murid memiliki
latar belakang kehidupan sebagai nelayan. Pengalaman dan kecakapan mereka dalam melaut tidak mampu
menolong mereka keluar dari kemelut badai dan angin ribut yang menerpa perahu
mereka. Mungkin saja gelombang besar dan angin ribut yang dahsyat menjadi
pengalaman pertama mereka dalam melaut. Kepanikan, ketakutan dan keputusasaan
menerpa perjalanan mereka, dalam benak para murid yang kemudian akan terjadi
adalah kehancuran dan kematian bila mereka terus mengandalkan kemampuan ,
pengalaman dan kecakapan mereka sebagai pelaut. Pilihan untuk bisa selamat
hanya ada pada diri Yesus, karena itu mereka membangunkan Yesus sambil berkata:
“Tuhan, tolonglah, kita binasa.”
Seruan
para murid itu menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak mampu mengatasi
kesulitannya sendiri, mereka merasa bahwa badai dan angin ribut di danau itu
berada di luar kemampuan mereka. Yesus dalam tidurnya mau memberikan kesempatan
kepada para murid-Nya untuk mengatasi sendiri kesulitan yang menghadang mereka.
Yesus tidak serta merta mengambil alih begitu saja situasi sulit yang tengah
dihadapi para murid-Nya. Ia ingin melihat sejauh mana iman dan kepercayaan para
murid kepada-Nya. Ternyata pengenalan para murid akan Yesus begitu dangkal dan
terbatas sehingga Yesus harus turun tangan mengatasi situasi sulit yang menerpa
perahu mereka. Sebelum Yesus menghardik angin dan danau yang kian mengamuk,
Yesus berkata kepada mereka, “Mengapa kalian takut, hai orang yang kurang
percaya!” Perkataan Yesus ini menjadi peringatan bagi para murid-Nya, karena
sebetulnya situasi seperti ini bisa diselesaikan dan diatasi oleh para murid
Yesus apabila mereka percaya dan memiliki iman yang kokoh kepada Allah. Untuk
menunjukkan kebesaran Tuhan atas manusia dan alam ciptaan, Yesus langsung
menghardik angin dan danau, maka angin dan danau pun menjadi teduh dan tenang.
Peristiwa ini membuat orang-orang yang mengikuti-Nya menjadi heran bahkan dalam
keheranan mereka berkata, “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun
taat kepada-Nya?”. Kuasa dan kebesaran Tuhan telah disingkapkan oleh Yesus, Ia
mau menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas manusia dan alam semesta. Tidak ada
kekuatan lain yang mengatasi atau menyerupai kuasa Allah, manusia pun tidak
bisa mengandalkan kekuatan dirinya, ia tetap manusia lemah dan terbatas
yang tidak bisa menyelamatkan dirinya
ketika diterpa badai cobaan dan penderitaan yang melampaui kemampuannya. Ia
harus jujur dengan dirinya bahwa ia adalah makhluk terbatas dan harus mengakui
kebesaran dan kemahakuasaan Allah sambil memohon: “Tuhan, tolonglah, jangan
sampai aku binasa”.
Keterbatasan
dan ketidakmampuan manusia hanya bisa diatasi dan disempurnakan oleh Tuhan
sendiri. Manusia pada dirinya adalah makhluk terbatas dan rapuh. Ia tidak bisa
mengandalkan kemampuan dirinya sendiri tanpa melibatkan dan memberi tempat bagi
Tuhan untuk berkarya. Keagungan Tuhan harus disingkapkan agar kasih-Nya menjadi
nyata bagi manusia sehingga dunia diubah dan diselamatkan. Ketidakmampuan para
murid Yesus dalam menghadapi situasi sulit menegaskan bahwa mereka belum bisa
mandiri karena mereka belum mengenal Yesus secara mendalam dan belum
sungguh-sungguh beriman kepada Yesus.
Hari
ini kita semua dipanggil dan diutus oleh Yesus menjadi saksi iman-Nya untuk
mewartakan kebesaran Tuhan karena Ia telah membebaskan kita dari cobaan dan
tantangan hidup. Ia mengharapkan agar kita tidak boleh takut menghadapi badai
dan gelombang penderitaan meskipun selalu datang silih berganti. Iman dan kepercayaan kepada Yesus menjadi
satu-satunya senjata yang kita miliki, dengan begitu, Yesus akan selalu hadir
dalam kehidupan kita karena kita selalu memberi-Nya tempat di dalam hati untuk
bersemayam. Tidak ada hal yang tidak mungkin tidak dapat dilakukan oleh Yesus,
Ia meminta kita untuk percaya dan menyerahkan segalanya kepada Dia. Dalam dan
melalui Dia segala kecemasan dan
penderitaan dapat diatasi, karena Allah yang kita imani bukanlah Allah yang
masah bodoh dan tidak turut merasakan kesulitan dan penderitaan hidup manusia.
Ketika kita mengalami badai kehidupan yang menggoncang iman dan kepercayaan
kita, Allah tidak pernah meninggalkan kita sendirian, Ia hadir mengubah dan
mengangkat kita keluar dari situasi sulit dan Ia hadir membawa kedamaian,
sukacita dan kesejahteraan. Karena itu, berpalinglah kepada Yesus, pasrahkan
segalanya pada-Nya, maka kita tidak akan binasa, karena Allah selalu tampil
sebagai penolong, Ia selalu datang pada saat yang tepat, ketika kita sedang
putus asa dan kehilangan harapan.
Semua
peristiwa hidup yang kita alami setiap hari harus dimaknai dalam kaca mata iman
Kristiani bahwa Allah sedang menguji kesetiaan dan iman kita kepada-Nya, apakah
kita sungguh-sungguh berserah dan memohon kekuatan dari-Nya atau kita cukup
merasa puas bahkan merasa hebat dengan kemampuan diri kita sendiri. Sebagai
murid-murid Kristus, kita percaya bahwa Tuhan selalu ada dan tinggal bersama
kita, meskipun terkadang kita tidak menyadari kehadiran pribadi dan kuasa-Nya,
lantas kita mencari perlindungan ke tempat yang lain. Sekali lagi, Sabda Tuhan
hari ini menghinspirasi, mengingatkan dan mengundang kita untuk senantiasa mengandalkan pertolongan dan
kekuatan dari Tuhan dalam seluruh ziarah hidup kita hari ini dan
selama-lamanya. Tuhan memberkati....***Bernad Wadan***