Senin, 10 Agustus 2020

MELAYANI SEBAGAI PENGHAYATAN IMAN

Yoh 12:24-26

Hari ini gereja sejagat memperingati pesta St. Laurensius, seorang diakon di Roma dan ia wafat tahun 258. Ia selalu diinterogasi oleh pihak kekaisaran bahkan ia dipaksa untuk menyembah kaisar, namun karena ia tidak mau, akhirnya ia ditangkap dan disuruh menyerahkan seluruh harta gereja kepada kaisar. Sayang sekali, mereka mengirah harta gereja berupa emas dan perak yang bisa diboyong pulang ke istana, namun mereka terkejut karena yang ada padanya adalah orang-orang miskin. Itulah kekayaan yang dimiliki St. Laurensius. Akhirnya kaisar marah besar lalu menyuruh pasukannya membakar dia hidup-hidup. Ia kemudian rela mati karena kecintaannya yang besar kepada orang-orang miskin yang dianggap sebagai kekayaan hidup yang ia kumpulkan.

Pelayanan adalah bagian yang tak terpisahkan dari penghayatan iman Kristiani. Sepanjang sejarah banyak orang yang bersedia menyerahkan diri, hidup bahkan nyawanya demi pelayanan itu sendiri. St. Laurensius adalah salah satu contoh konkrit kita, ia terlibat langsung dalam banyak hal pelayanan duniawi, namun ia selalu berjuang mengimbanginya dengan iman teguh yang tetap dipraktekkannya hingga mahkota kemartiran menjemputnya. Semangat pelayanannya ini selaras dengan kata-kata Yesus dalam injil-Nya hari ini, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku.” Mengikuti Yesus di sini berarti berjalan bersama Dia di jalan salib penderitaan hidup, karena kemuliaan seorang murid Kristus ditakar dari sejauh mana kesetiaannya memikul salib penderitaan. Maka, peristiwa salib menyadarkan kita mengapa ada penderitaan. Dengan peristiwa salib yang kita pikul setiap hari, Allah mau menyatakan bahwa, dalam keadaan suka bahkan dalam penderitaan sekalipun Allah selalu hadir dan menyertai hidup kita. Kita jangan takut  kehilangan nyawa ketika kita sedang melakukan misi pelayanan di tengah kehidupan bersama karena kita akan bersukaria untuk hidup kekal di surga.

Ketaan Yesus kepada Bapa-Nya sampai wafat di kayu salib menjadi teladan ketaatan bagi kita untuk terus menghidupkan iman dan karya pelayanan di tengah-tengah mereka yang membutuhkan bantuan dan kehadiran kita. Yesus mau menyadarkan kita bahwa jalan salib adalah jalan yang harus ditempuh untuk mewujudkan keselamatan. Keberpihakan kita kepada mereka yang miskin dan yang terabaikan sebagaimana keberanian yang ditunjukkan St. Laurensius dihadapan kaisar, disamping ia menolak menyembah kaisar, dia dengan bangganya memperkenalkan kekayaannya yang ia kumpulkan bukan emas dan perak tetapi orang-orang miskin sebagai obyek pelayanannya. Ia sama sekali tidak takut bahkan tidak peduli dengan keselamatan nyawanya dihadapan pasukan kaisar, ia lebih memilih mati tragis ketimbang menyembah kaisar yang mabuk kekayaan duniawi. Ia bagaikan biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati lalu menghasilkan banyak buah keselamatan. Perintah Injil hari ini telah dipraktekkan dengan sangat radikal oleh St. Laurensius, ia sama sekali tidak mencintai nyawanya demi keselamatan dirinya di dunia, namun ia berani kehilangan nyawanya di dunia demi hidup kekal di surga. Orientasi dan pelayanannya ditujukan secara khusus kepada orang-orang miskin dan telantar, baginya, mereka harus mendapatkan perhatian khusus karena dalam diri mereka Allah sedang mewujudkan diri-Nya. Pelayanannya kepada orang-orang miskin didasarkan pada penghayatan imannya yang mendalam akan Yesus. Ia sungguh mengikuti teladan dan jejak Yesus dalam misi pewartaan-Nya ke dunia untuk mencari domba-domba yang hilang, putus harapan, miskin dan sederhana yang dianggap sampah masyarakat.

Panggilan untuk melayani sebagai penghayatan iman memungkinkan kita berani bersaksi, karena iman lebih merupakan daya manusiawi yang diteguhkan oleh Tuhan agar dalam situasi apa pun tidak membuat kita putus asa. Yesus menekankan pentingnya memiliki iman, karena dengan keyakinan iman yang kokoh, seseorang dapat meminta kepada Tuhan Roh kekuatan yang ia perlukan agar ia tidak takut menghadapi kekuasaan dunia ini untuk melaksanakan misi pelayanan dan advokasi kepada mereka yang miskin dan terlantar. Dalam Injil yang kita baca hari ini, Yesus menegaskan bahwa “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.” Secara singkat Yesus menegaskan kepada kita murid-muridNya untuk setia melayani-Nya dalam diri sesama kita. Kita harus terus mencontohi dan meneladani semangat pelayanan Yesus. Kita tidak boleh membanggakan diri atas sejumlah keberhasilan yang kita capai dalam misi pelayanan karena semuanya bersumber dari rahmat dan pertolongan Allah. Kita hendaknya merendah dan berserah kepada Tuhan karena kita telah dijadikan alatnya untuk menebarkan warta keselamatan kepada semua orang. Pelayanan dan pewartaan yang kita laksanakan hendaknya tulus tanpa harus membanggakan diri. Semua jenis pengorbanan yang kita lakukan di dunia ini akan dihormati oleh Allah Bapa di surga dengan menyediakan tempat yang layak bagi kita.

Pesan singkat yang bisa kita tarik dari pesta St. Laurensius  dan Injil hari ini adalah kesetiaan pada pelayanan Kristiani. Ada banyak bentuk pelayanan Kristiani yang bisa kita praktekkan, seperti giat mewartakan Sabda Tuhan dalam bentuk dan cara apa saja, ikut serta dalam membangun persekutuan hidup Kristiani, menolong sesama yang membutuhkan, bersama memuliakan Allah dan memberi diri bagi keagungan Tuhan dalam rupa kemartiran. Kemartiran tidak selalu  berarti menumpahkan darah tetapi ada kerelahan dan kerendahan hati menerima penghinaan dan penolakan demi kemuliaan Kristus. Karena itu, menjadi martir berarti menjadi saksi Kristus dan saksi iman. Menjadi martir tidak harus mati berdarah seperti St. Laurensius. Banyak cara kita bisa menjadi saksi Kristus yakni dengan hidup jujur, tidak korupsi, tidak menghalalkan segala cara untuk mendapat kedudukan terhormat, disiplin diri dan bertanggung jawab dalam tugas dan fungsi kita sebagai ANS. Negara yang kita cintai ini bahkan juga gereja sangat membutuhkan martir-martir non berdarah. Betapa permisifnya orang-orang modern zaman ini yang doyan KKN. Tanpa kita sadari, kadang kala  kita juga menjadi korban atas  sistem yang berlaku  sehingga dengan kesadaran penuh kita  ikut ambil bagian dalam kebiasaan buruk yang sedang trend. Karena itu, Yesus mengajak kita semua sebagai murid-murid-Nya berani menjadi saksi iman akan hidup yang benar dan bersih. Yesus juga mengajak kita semua menjadi pelayan yang berhati mulia bukan berhati bunglon yang ada maunya. Semoga semangat kemartiran St. Laurensius meneguhkan iman kita untuk terus melayani sama saudara-saudari kita yang diasingkan dan diabaikan oleh orang-orang zaman modern ini yang sibuk dan menyibukan diri dengan urusan duniawinya sendiri. Amin. ***Bernad Wadan***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar