(Mat 20: 1 – 16a)
Kata adil menunjuk pada arti sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak kepada yang benar, atau berpegang kepada kebenaran (KBBI).
Sejatinya dalam setiap dimensi kehidupan, kata adil menjadi sarat makna, yang
semestinya diperjuangkan untuk memberi kesejahteraan lahir dan batin bagi
setiap warga/masyarakat (bonum commune). Kata adil menjadi selaras apabila
disandingkan dengan kata kewajiban. Tanpa kewajiban, prinsip keadilan menjadi
kehilangan maknanya. Pada dasarnya setiap warga/masyarakat harus melaksanakan
kewajibannya terlebih dahulu. Baru setelah itu, orang bisa menerima atau
menuntut haknya. Hak yang diterima seseorang akan memenuhi prinsip adil kalau
sesuai dengan takaran kewajiban yang telah dilaksanakannya. Oleh karena itu,
adil tidak berarti sama rata dan sama banyak. Kalau demikian yang terjadi maka
tidak akan disebut sebagai sebuah keadilan. Inilah prinsip dari sebuah kata
adil yang dihidupi oleh orang-orang di muka bumi. Lalu bagaimana makna adil
yang ditawarkan Tuhan kepada umat manusia?
Dalam bacaan Injil (Mat 20:1-16a) hari ini (Rabu, 19/8/2020), Yesus
mengetengahkan prinsip adil dengan
ilustrasi kisah mengenai orang-orang upahan di kebun anggur. Adalah seorang
tuan rumah yang sementara mencari para pekerja yang akan bekerja di kebun
anggurnya. Para pekerja yang ditemukan dan dipanggil itu datang dalam waktu
yang berbeda-beda. Ada yang datang pagi-pagi, dan ada yang datang agak siang
sekitar pukul sembilan. Kemudian ada pekerja yang baru ditemukan dan dipanggil
pada siang hari dan sore hari yakni pukul dua belas dan pukul tiga. Bahkan ada
pekerja yang baru datang pada pukul lima sore. Praktis, mereka hanya memiliki
durasi waktu satu jam untuk bekerja di kebun anggur. Keanehan mulai terjadi saat
mereka menerima upah. Semua pekerja mendapat upah yang sama yakni sebesar satu
dinar. Tentu para pekerja yang datang lebih dahulu dan bekerja lebih lama
melakukan protes. Mereka merasa tidak adil karena mendapat upah yang sama
dengan para pekerja yang datang paling akhir. Namun tuan rumah tetap memegang
komitmen dari hasil kesepakatan bahwa mereka diupah sebesar satu dinar sehari.
Tidak ada poin tambahan yang memberi keterangan tentang durasi waktu bekerja
yang berbeda-beda dari setiap pekerja.
Dari cerita Injil ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sang tuan rumah
itu adalah Tuhan sendiri. Para pekerja adalah umat manusia. Sementara kebun
anggur adalah warta keselamatan yang ditawarkan Allah kepada manusia. Saat
malam orang menerima upah sebesar satu dinar adalah simbol dari puncak
keselamatan yang akan diperoleh umat manusia. Warta keselamatan itu akan
mencapai klimaks pada hari penghakiman. Semua umat manusia akan mendapat
anugerah keselamatan yang sama. Tidak ada pembedaan atau pengkotak-kotakan berdasarkan
lamanya waktu orang menerima warta keselamatan itu. Keadilan menurut Tuhan
sungguh berbeda dengan keadilan menurut cara pandang dunia. Keadilan menurut
Tuhan adalah saat dimana semua manusia tanpa memandang status masuk ke dalam
singgasana kerajaan yang telah disiapkan oleh Bapa di sorga. Dari pagi hingga petang, Tuhan selalu aktif
mencari dan menemukan para hamba-Nya yang telah hilang. Tidak peduli apakah
manusia menerima atau tidak, warta keselamatan itu tetap selalu diwartakan dan
ditawarkan kepada umat manusia.
Tuhan sebagai sang pemilik anggur telah menunjukkan belas kasih-Nya yang
sungguh agung kepada manusia. Karena sesungguhnya Ia adalah Allah yang maha
belas kasih. Ini ditunjukkan dengan sikap proaktif dari-Nya yang selalu mencari
manusia untuk datang ke dalam kebun anggur keselamatan yang telah disiapkan.
Sikap belas kasih Tuhan tidak pernah dipengaruhi oleh baik tidaknya tindakan
manusia. Tuhan tidak bisa disogok untuk menjadi baik dengan tindakan manusia
yang baik. Begitu pun juga, kejahatan manusia sekali pun tidak akan menurunkan
kadar belas kasih yang dimiliki-Nya. Ia telah menjadi awal dan akhir dari
sebuah kehidupan manusia. Belas kasih Tuhan kepada manusia tetap terjadi
sepanjang masa. Ketika manusia menjadi sadar dan mau hidup menjadi pelayan-Nya
yang setia, sesungguhnya manusia itu sendiri yang telah menyadari eksistensi
dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang selalu mengarahkan hidupnya kepada
Tuhan. Dan jaminan itu ada pada keselamatan kekal yang akan diterima pada saat
hari penghakiman ketika manusia telah mati. Tuhan juga tidak pernah memaksa
seorang manusia untuk menerima tawaran untuk bekerja di ladang anggur-Nya.
Dengan kehendak bebas yang dimiliki, manusia berhak untuk menolak setiap
tindakan keselamatan dari Tuhan. Namun setiap pilihan tentu ada konsekuensi
yang harus diterima. Manusia harus siap menerima apabila singgana keselamatan
itu tidak akan menjadi miliknya sebagai akibat dari sikap penolakan terhadap
Tuhan.
Tuhan sebagai empunya kebun anggur adalah Allah yang maha belaskasih.
Apakah kita secara pribadi dalam saat-saat hening telah merenungkan jati diri
Tuhan sebagai Allah yang maha belaskasih? Apakah kita juga mau terbuka untuk
mendengarkan seruan di kedalaman hati kita yang paling dalam tentang siapa diri
kita yang sebenarnya? Tuhan memang telah menyalurkan segala belaskasih-Nya
kepada kita, khususnya kita yang berada dalam satu atap Rumah Sakit Bukit
Lewoleba. Entah sebagai seorang pekerja yang mengabdi di tempat ini atau
sebagai seorang pasien yang sementara merindukan belaskasih Allah. Hari ini
Tuhan datang dan menegaskan bahwa belaskasih-Nya telah dilimpahkan kepada kita.
Tuhan menanti keterbukaan diri kita untuk menerima kehadiran-Nya dalam diri
kita. Dengan-Nya, kita akan mampu melihat segala realitas hidup kita dalam
cahaya terang kasih-Nya. Kita secara pribadi dan secara kolektif dalam satu
keluarga besar Rumah Sakit Bukit Lewoleba semakin dikuatkan dan diteguhkan
bahwa kita tidak pernah berjalan sendiri. Seringan atau seberat apa pun jalan
hidup yang kita tempuh, Tuhan telah mengatur dengan segala keadilan-Nya.
Keadilan Tuhan itu ada dalam belaskasih yang telah dilimpahkan dalam segala
hidup kita. Semoga kita mampu menyadari belaskasih Allah dengan terus memberi
kasih kepada setiap orang yang ada di sekitar kita. Amin. Tuhan memberkati.
***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar