Senin, 24 Agustus 2020

Jadilah Diri Sendiri

 

Mat 23:23-26


Ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi adalah orang-orang yang diberi wewenang untuk menafsir dan mengajarkan hukum Taurat karena memiliki kualifikasi pendidikan yang mumpuni. Mereka juga memiliki otoritas untuk mengkhawal dan membimbing kehidupan umat menurut hukum Taurat. Namun seperti yang dikemukakan dalam Injil, para pemimpin rohani umat Yahudi itu paling sering dikritik oleh Yesus.


Kemunafikan adalah hal utama yang dikritik Yesus. Dalam Injil Matius 23:23-26, terdapat dua hal tipikal para pemimpin Yahudi yang dikritik Yesus. Pertama, mereka memutarbalikkan skala nilai dan prioritas peraturan dalam hukum Taurat (ay 23-24). “Keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan” sebagai yang utama dalam hukum diabaikan. Mereka lebih mengutamakan aspek-aspek luar (periferial).


Kedua, mereka mengejar penampilan luar yang kasat mata untuk mendapatkan kehormatan dan nama baik, akan tetapi justru yang dikejar itu hanyalah upaya kompensasi untuk menyembunyikan kebusukan hati mereka (ay 25-26). Penampilan luar dari hidup mereka sangat memukau, akan tetapi hati mereka penuh rampasan dan kerakusan.


Yesus tidak hanya mengkritik kemunafikan para pemimpin rohani Yahudi. Ia juga memberikan jalan keluar sebagai upaya pembaruan diri atas kecenderungan kepada dosa seperti yang telah mereka lakukan.


Pada soal tentang pemutarbalikan skala nilai dan prioritas, Yesus berkata: “Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan”. Persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan pantas dibayar, tetapi itu dilakukan atas dasar keadilan, belas kasihan dan ketaatan yang dijaga dan dipelihara dalam hati. Prinsipnya, jika yang utama ini dihayati dengan sesungguhnya, maka terapannya akan berjalan dengan seadanya.


Pada kecenderungan menyembunyikan kebusukan hati dengan tampilan luaran yang memukau, Yesus meminta hal yang sangat sederhana, bersihkan bagian dalamnya terlebih dahulu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. Hati yang penuh dengan rampasan dan kerasukan harus dibersihkan dahulu agar penampilan luarnya benar-benar murni dan bersih.


Pada intinya Yesus menekankan pentingnya kualitas hati yang baik sebagai sumber kebajikan yang memprodusir otentisitas diri yang laik untuk dihargai dan dihormati. Hanya bila orang memiliki kualitas hati yang baik akan hidup apa adanya, jujur dengan diri sendiri dan jauh dari kepalsuan. Inilah ideal dari hidup orang beriman sesungguhnya.


Kritikan Yesus kepada para petinggi rohani Yahudi yang menggunakan kedok rohani untuk kepentingan diri mereka sendiri menjadi peringatan dan bahkan mungkin juga kritikan terhadap diri kita apabila kualitas hidup kita tidak jauh dari hidup para pemimpin itu. Kata celaka yang ditujukan untuk mereka dapat tertuju kepada kita bila kita tidak mendengarkan perintah-Nya memperbaiki hidup kita.


Maka baiklah kita menggunakan kesempatan sekarang untuk memperbaiki hidup kita dan membangun hidup kita yang mumpuni di hadapan Tuhan. Karena kehidupan yang otentik itu bersumber dari hati, maka seperti yang dikehendaki Tuhan, patutlah kita mengolah hati kita menjadi sumber kebajikan dan nilai yang menjiwai dan menggerakkan kita untuk hidup secara otentik. Bersihkan cawan hati kita maka bagian luarnya juga akan menjadi bersih.


Hati yang bersih akan membuat kita menjadi diri kita sendiri, jujur dan apa adanya. Kita tidak berkedok. Mungkin saja kita akan tidak disukai karena kualitas hidup kita yang baru seperti ini, akan tetapi lebih baik kita menanggung kesukaran ini demi kebaikan dan keselamatan kita. Akan menjadi lebih baik bila kita disukai Tuhan karena kemurnian hidup kita daripada berusaha menggunakan kedok demi menyukakan hati orang namun pada akhirnya kita menjadi celaka. ***Apol Wuwur***

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar