Kamis, 20 Mei 2021

YESUS MENUNTUT KASIH YANG TOTAL

 

YOH 21:15-19

            Menjadi murid Yesus tidak sekedar lambang untuk memperpanjang daftar keanggotaan dalam komunitas murid Yesus, tetapi ada satu tuntutan kualitas iman yang harus dipenuhi yakni mencintai dan mengasihi Yesus Sang Gembala Agung. Yesus tidak meminta harta atau kemegahan dunia lainnya, Ia hanya meminta totalitas kasih kita kepada-Nya tanpa syarat. Masa lalu yang kelam bukanlah alasan untuk mengurung niat kita mengasihi Yesus, justru pengalaman kejatuhan itu membantu kita untuk menemukan kebenaran dalam diri Yesus yang lebih dahulu mengasihi kita tanpa jasa apa pun dari pihak manusia. Pengalaman ketidaksetiaan Petrus yang menyangkal Yesus sebanyak tiga kali justru membuatnya menyesal dan bangkit kembali membangun kesetiaan mengikuti Yesus sampai akhir yang tragis disalibkan seperti Yesus.

           

Betapa pentingnya peranan Petrus bagi keberlangsungan Gereja sesudah masa hidup Yesus di dunia. Yesus hanya menunjuk satu orang dari antara 12 Rasul. Yesus memiliki alasan kuat, supaya di antara para rasul tidak terjadi klaim-mengklaim siapa yang lebih tinggi di antara mereka. Kita masih ingat baik peristiwa ibu Yakobus dan Yohanes datang menghadap Yesus meminta supaya kedua anaknya ditempatkan di sebelah kanan dan kiri Yesus pada kerajaan sorga. Ternyata di antara para murid juga ada semacam ambisi dan misi terselubung menjadi yang terbesar dan paling dihormati. Untuk menghindari akses negatif itu, Yesus secara terbuka dan terang-terangan menunjuk Petrus sebagai gembala bagi domba-domba-Nya. Sebelum melantik Petrus menjadi gembala atas domba-domba, Yesus memberi kesempatan kepada Petrus untuk membenahi dirinya setelah tiga kali menyangkal Yesus dengan menyatakan cintanya kepada Yesus. Ini adalah sebuah rekonsiliasi pribadi Petrus dengan Tuhan. Mandat yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus sebanyak tiga kali yakni “Gembalakanlah domba-dombaKu”  menunjukkan dimensi misionaris Gereja dan kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya. Figur gembala dalam dunia kuno sebanding dengan kuasa rajawi. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Tuhan sendiri menjadi gembala bagi umat Israel. Kuasa ini juga ada dalam diri Yesus yang mengatakan diriNya sebagai Gembala yang baik bagi domba-domba yang dipercayakan Bapa kepadaNya. Sekarang giliran Yesus mempercayakan tongkat kegembalaan dan domba-dombaNya kepada Petrus.

 

            Pertanyaan yang diajukan Yesus sampai 3 kali kepada Petrus "apakah engkau mencintai aku lebih dari mereka ini?" merupakan penanda bahwa pemberian tugas dan jabatan penting bagi Petrus bukanlah tanpa syarat. Yesus ingin mendengar secara langsung (verbal) dari mulut Petrus syarat yang dituntut dari seorang gembala, yakni CINTA akan Yesus (Yoh 21:15-19). Tiga kali Yesus menanyakan hal yang sama dan tiga kali pula dijawab Petrus dengan jawaban yang sama: Aku mencintai Engkau. Bahkan pada jawaban ketiga ia sampai manangis. Bukan tanpa alasan mengapa Yesus perlu menekankan pertanyaan yang sama itu. Seorang pemimpin yang dipilihNya sendiri dari antara para rasul haruslah orang yang sungguh-sungguh mencintai-Nya. Yesus bukan mengabaikan cinta rasul yang lain. Malahan Yohanes sendiri yang disebut murid yang paling dikasihiNya tidak mendapatkan pertanyaan yang sama, begitu juga murid yang lain. Hanya kepada Petrus yang kepadanya Ia telah menyerahkan kunci kerajaan sorga, dan yang di atasnya Ia membangun Gereja-Nya.

 

            Petrus memiliki peran penting dalam memimpin komunitas dengan tugas sebagai pemimpin bagi para domba (ayat 15-17). Sebelum mempercayakan tugas kegembalaan Gereja kepada Petrus, Ia memintanya untuk mengakui atau mengkirarkan kasihnya. Ini adalah syarat mutlak bagi siapa saja yang mau bertugas sebagai pembimbing rohani. Setelah tiga kali mengikrakan kasihnya kepada Kristus maka dia juga diundang untuk mengikuti Kristus dalam jalan salib dan pemberian diri. Misi Gereja dan setiap umat secara pribadi hendaknya selaras dengan Kristus sendiri karena Dia adalah satu-satunya penyelamat kita.

Dialog Yesus dan Petrus dalam Injil hari ini ini menekankan tiga elemen penting yakni misi, kemartiran dan totalitas mengikuti Kristus.

 

            Pertama: Misi: Yesus bertanya kepada Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini”. Pertanyaan ini merupakan sebuah pertanyaan tentang kasih kepada Pribadi Kristus. Jawaban Petrus merupakan sebuah penegasan terhadap tugas pastoralnya di dalam Gereja (ayat 15,16,17). Perikop ini juga merupakan perikop yang mau menguatkan Petrus karena sebelumnya Ia telah menyangkal Yesus. Penguatan Petrus menjadi gembala agung di dalam Gereja, terlepas dar pribadi Petrus yang penuh dengan kelemahan, bukan semata-mata berdasarkan jasanya melainkan pada pilihan dan kasih Yesus yang tak terbatas. Yesus menuntut dari Petrus kasih yang lebih besar dari para rasul lainnya. Terhadap pertanyaan Yesus yang pertama, Petrus berusaha menjawab pertanyaan Yesus namun dia juga berusaha supaya tidak menyinggung perasaan para rasul lainnya. Petrus dengan rendah hati dan penuh kesederhanaan mau membuktikan dirinya bahwa dia berubah dan mau membaharui kasihnya terhadap Yesus. Dia menjawab: “Ya, benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau!”  Lalu Yesus berkata kepadanya: “Gembalakanlah domba-dombaku!”. Penguatan kepada Petrus  untuk menggembalakan domba-domba yakni yang paling kecil membuat Petrus menyadari bahwa tugas pastoralnya adalah diperuntukan bagi orang-orang kecil, kaum miskin, orang berdosa, mereka yang jauh dari Tuhan. Karya dan pelayanan Petrus adalah bukti kasihnya yang mendalam kepada Kristus dan juga kepada semua mereka yang dilayani oleh Petrus dalam misinya.

 

            Selanjutnya Tuhan Yesus bertanya lagi kepada Petrus untuk kedua kalinya. Jawaban Petrus seperti sebelumnya: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”. Di sini Petrus menerima tugas bukan saja bagi orang-orang kecil tetapi bagi seluruh gereja universal. Petrus menjadi pembimbing dan gembala bagi seluruh umat beriman. Yesus bertanya lagi untuk ketiga kalinya: “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”(ayat 17a). Petrus merasa hatinya sedih atas pertanyaan Yesus. Biar bagaimana pun juga Petrus harus tetap teguh dengan melupakan masa lalunya yang gelap karena menyangkal Yesus sampai tiga kali. Pada saat ini dia tiga kali mengikrakan cintanya kepada Yesus. Yang penting di sini adalah adanya sinkronisasi akan apa yang dikatakan dan yang dilakukan. Jawaban Petrus membuatnya semakin kuat: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau” (ayat 17b). Tuntutan dan dorongan Yesus tentang kasih memapukan Petrus untuk menjalin hubungan kasih sebagai seorang anak dengan Tuhan sendiri. Kepemimpinan Petrus bisa berhasil kalau dia memulainya dengan kasih kepada Tuhan.

 

            Yesus mengenal Petrus secara mendalam, karena itu, Ia berani memberikan kepercayaan besar kepadanya untuk menjadi gembala bagi domba-dombaNya. Yesus memberi kepada Petrus sifat kegembalaanNya sendiri. Seperti Yesus, Petrus pun harus mengenal domba-domba dengan namanya sendiri sehingga domba-domba juga mengenal suaranya. Sebagai gembala, ia akan berjalan mendahului atau mendampingi domba-dombanya ke padang rumput yang hijau bahkan ia sendiri mengurbankan dirinya untuk domba-dombanya.

 

            Kedua, Kemartiran. Setelah Yesus menguatkan Petrus untuk melakukan tugas sebagai gembala, Ia juga membuka pikiran Petrus untuk memahami tujuan akhir dari pelayanan kegembalaannya yaitu kemartiran. Petrus juga bersaksi dengan menumpahkan darahnya karena iman dan kasihnya pada Yesus. Cinta kasih menjadi sempurna ketika seorang rela “menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”. Petrus juga harus memiliki kasih yang dimiliki Yesus Kristus  sendiri yakni menyerahkan diri kepada Allah secara total meskipun harus memanggul salib penderitaan.  Yesus sendiri menegaskan masa depan Petrus dengan mengatakan: “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” (ayat 18). Seorang gembala yang benar adalah dia yang siap untuk menyerahkan nyawanya bagi sesama. Menyerahkan hidup bagi sahabat-sahabat merupakan bagian dari misi seorang gembala di dalam Gereja. Tentang tugas sebagai seorang gembala, kita ingat apa yang dikatakan Yesus dalam Sabda Bahagia: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:10-12). Ketiga: Ikutlah Aku, berarti mengikuti jejak Kristus. Petrus mengikuti Yesus sang Maestro tanpa bersungut-sungut dan dengan kemurahan hati. Selanjutnya Petrus menjadi martir, Ia juga disalibkan seperti Yesus.

 

            Pengalaman Petrus membantu kita memahami rencana Yesus bagi GerejaNya.  Ia mengenal masing-masing pribadi, memilih dan menentukan mereka menjadi pemimpin GerejaNya. Dari sebelas rasul, Ia memilih Petrus dengan segala kelebihan dan kekurangannya untuk menjadi gembala bagi domba-dombaNya. Orang yang menyangkal Yesus sebanyak tiga kali telah dibantu Yesus untuk mengenal dirinya dan berubah total dengan menyatakan kasihnya kepada Yesus. Ia bahkan mengikuti Yesus dan mengasihiNya sampai tuntas. Perikop yang kita renungkan hari ini memiliki dampak tersendiri bagi kita terutama dengan para pemimpin di dalam Gereja: Paus, Uskup dan Imam. Para pilihan Allah ini adalah Petrus yang lain! Mereka juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Mereka juga berkali-kali menyangkal Yesus, bukan hanya tiga kali seperti Petrus tetapi Tuhan menguduskan mereka menjadi gembala di dalam Gereja. Pilihan hidup dan panggilan seperti ini tidaklah muda. Ibarat harta terpendam dalam bejana tanah liat. Mereka telah memilih untuk mengasihi Yesus lebih dari yang lain dengan menghayati nasihat-nasihat injili dan juga tahbisan suci, itulah kemartiran mereka. Oleh karena  itu kita diajak untuk mendukung mereka dalam doa, memberikan fraternal correction/koreksi persaudaran, memperhatikan kesejahteran hidup mereka karena hidup mereka dibaktikan untuk kita sebagai Gereja Umat Allah. Perikop ini juga mengundang kita untuk berefleksi sebagai murid-murid Yesus karena imamat umum yang kita terima lewat pembaptisan. Kita juga dipanggil sebagai gembala bagi saudara-saudari di dalam keluarga, komunitas dan tempat tugas kita masing-masing. Pertanyaan reflektif bagi kita masing-masing: Apakah anda sudah mengasihi Yesus secara total dalam diri sesama baik kepada mereka yang miskin papa, sakit dan yang sedang ditimpah musibah lainnya? Mari kita berbenah diri untuk menemukan kasih sejati dalam diri Yesus agar kita total berdedikasi dan melayani sesama dengan tulus hati. ***bw***  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar