Minggu, 02 Mei 2021

TUHAN SEBAGAI JALAN KEBENARAN DAN HIDUP

 

Yoh 14:6-14

 

Filipus merupakan salah seorang dari para rasul Yesus yang pertama. Dialah orang yang memperkenalkan dan membawa Natanael untuk bertemu dengan Yesus. Pada akhirnya Natanael menjadi murid Yesus. Filipus berasal dari kota Betsaida di Galilea sama seperti rasul Andreas dan rasul Petrus. Kemungkinan besar ia juga seorang nelayan. Filipus adalah pribadi yang polos hati dan lugu. Karena keluguannya, ia pernah secara spontan bertanya kepada Yesus: “Tuhan tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami” (Yoh 14:8). Dan atas pertanyaan itu, Filipus memperoleh teguran dari Yesus: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami?” (Yoh 14:9). Setelah Yesus bangkit, Filipus adalah salah satu murid yang karyanya paling banyak dicatat dalam Kitab Para Rasul, selain Petrus dan Paulus. Filipus pergi memberitakan Injil di Samaria. Di sana, ia membuat begitu banyak mukjizat sehingga penduduk kota dengan bulat hati menerima kabar gembira yang dibawanya. Menurut tradisi umat Kristen perdana, Filipus berkarya di Syria, Phrygia dan di sekitar Asia Kecil dimana kemudian ia wafat sebagai martir di Hierapolis Phrygia (sekarang wilayah Turki).

 

Yakobus adalah putera Alfeus dan saudara sepupu Yesus. Ia disebut juga “Yakobus Muda”, karena ia lebih muda dari seorang rasul lainnya yang juga bernama Yakobus. Setelah Yesus naik ke sorga, Yakobus ditunjuk sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem (Yakobus menjadi uskup pertama Yerusalem). Sementara para rasul lain mulai menyebar dan berkarya di tempat-tempat yang jauh, Yakobus tetap tinggal dan menggembalakan jemaat Kristen perdana di Yerusalem. Pada konsili pertama di Yerusalem (Kis 15), Yakobus mendukung Petrus, Paulus, dan Barnabas yang menghendaki agar orang bukan Yahudi yang bertobat tidak harus mematuhi semua hukum agama Yahudi. Yakobus adalah seorang pria yang jujur dan adil. Ia dikenal karena kehidupan doanya yang kudus. Ia juga lemah lembut dan pemaaf. Ia terus menerus memohon kepada Tuhan untuk mengampuni mereka yang menganiaya para pengikut Kristus. Bahkan ketika para penganiaya umat Kristen menjatuhkan hukuman mati kepadanya, Yakobus juga memohon ampun dari Tuhan kepada mereka. Menurut tradisi, St. Yakobus Rasul wafat sebagai martir pada tahun 62.

 

Di saat-saat terakhir bersama dengan para murid-Nya sebelum naik ke sorga, Yesus menanamkan sebuah keyakinan agar mereka (para murid) semakin merasa yakin dan tidak ragu-ragu lagi kepada Diri-Nya. Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6). Yesus menandaskan bahwa hanya melalui Dialah ada jalan kebenaran. Jalan yang menuntun agar orang-orang tidak tersesat. Jalan kebenaran sebagai kompas agar manusia tetap berpedoman pada segala ajaran dan nilai yang telah Ia wariskan. Manusia tidak boleh menyimpang sedikitpun dari jalan-Nya, karena jalan yang lain pasti bukan jalan kebenaran dan hidup. Melainkan jalan kesesatan yang membawa kepada ketidakselamatan. Berjalan bersama Yesus, pasti akan membawa manusia kepada keselamatan. Secara eksplisit Yesus menunjukkan rumah Bapa sebagai rumah yang akan memberikan keselamatan dalam akhir peziarahan manusia di muka bumi. Karena manusia sudah berjalan dalam kebenaran Yesus, maka manusia akan mendapat keselamatan sebagai konsekuensinya.

 

Hal menarik yang ditekankan oleh Yesus adalah soal relasi-Nya dengan Allah. Yesus tidak menyebut Bapa-Nya dengan kata Allah. Yesus memanggil secara khusus dengan kata Bapa. Kata Bapa ini yang menunjukkan kedekatan dan keintiman relasi yang diperoleh Yesus bersama dengan Bapa-Nya. Yesus mau mengatakan kepada para murid (dan kita semua) bahwa Dia dan Allah adalah satu. Tidak ada sekat atau perbedaan yang memisahkan di antara kedua-Nya. Siapa yang telah melihat Yesus, berarti telah melihat Allah. Siapa yang telah mendengarkan sabda dan menyaksikan aksi-Nya yang fenomenal menandakan bahwa Ia telah mendengar dan menyaksikan karya Allah secara langsung. Dan barangsiapa percaya kepada Yesus sebagai jalan kebenaran dan hidup, sama artinya dengan percaya kepada Allah dengan hakikat yang sama.

 

Para rasul sungguh merasa dikuatkan dan diteguhkan dengan kata-kata yang disampaikan oleh Yesus. Mereka tidak takut lagi, dan tentunya keberanian mereka semakin terlecut dengan kehadiran roh penghibur yang menemani karya pewartaan mereka selanjutnya. Rasul Filipus dan Yakobus yang perayaannya kita peringati hari ini adalah bukti nyata dua orang yang percaya akan Yesus sebagai jalan kebenaran dan hidup. Mereka juga percaya bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri. Dengan melihat Allah dalam diri Yesus, para murid (tidak hanya Filipus dan Yakobus), berani mempertaruhkan nyawanya demi mekarnya sabda Allah di tengah dunia. Karena mereka yakin telah berada di jalur kebenaran untuk sampai kepada keselamatan kekal di sorga.

 

Mungkin kadang-kadang kita masih menunjukkan jati diri sebagai rasul Filipus yang belum merasa percaya sepenuhnya kepada kata-kata Yesus. Kita masih dirong-rong oleh sikap keragu-raguan bahwa kita akan mendapatkan keselamatan jika berjalan dalam kebenaran nama Yesus. Kita masih ragu-ragu dan bahkan tidak percaya kepada Yesus, karena hidup kita sering diterpa oleh banyak tantangan, penderitaan, dan kesulitan hidup. Kita hanya mau percaya apabila Tuhan memberi tanda kesuksesan dan kebaikan dalam seluruh hidup. Kita mau yang enak-enak atau mulus saja. Kita tidak suka dengan pencobaan, kesulitan, kegagalan dan keterpurukan dalam hidup.

 

Hari ini pikiran dan hati kita semakin terbuka untuk memahami Yesus sebagai jalan dan kebenaran dan hidup. Bahwa dalam setiap pergumulan dan pergulatan hidup, Tuhan yang adalah Yesus dan Allah, senantiasa membimbing, mengarahkan, dan menuntun hidup kita kepada keselamatan. Tidak perlu takut dengan aneka tantangan dan hambatan. Di dalamnya, Tuhan sementara memoles, menggembleng dan menjadikan kita pribadi-pribadi yang matang dan tangguh dalam iman. Mari kita belajar dari rasul Yakobus dengan semakin membangun relasi yang intim bersama Tuhan melalui doa-doa kita. Kita juga mau menjadi pribadi yang lemah lembut dan ramah pada siapa saja terutama kepada orang-orang yang kita layani. Kita juga belajar dari Yakobus untuk bisa mengendalikan emosi. Kita tidak perlu cepat “naik darah” atau marah berlebihan di saat menemui hambatan atau tantangan, terkhusus ketika membangun sikap kerja sama dan koordinasi dalam tim kerja.

 

Dan terakhir, pastinya kita bisa menjadi pribadi yang pemaaf. Memang tugas mulia ini yang paling berat. Mudah untuk diucapkan tetapi sangat sulit dilaksanakan. Tetapi inilah ciri khas hidup kekristenan kita untuk berani memberi ampun atau maaf kepada siapa saja yang telah bersalah kepada kita. Sebaliknya, terhadap segala kekurangan, kesalahan dan kejahatan, kita juga harus bersikap terbuka dan jujur untuk mengakui dan menyampaikan permohonan maaf demi perbaikan, rasa solidaritas, dan keutuhan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kita tidak perlu memperlihatkan sikap gengsi dan arogansi demi ego dan status yang melekat dalam diri kita. Semoga di bulan Maria yang penuh rahmat ini, kita semakin diberkati oleh Tuhan untuk tetap berjalan dalam kebenaran-Nya dan mendapatkan segala berkat dalam setiap tugas, karya, dan panggilan di unit kerja kita masing-masing. Amin. ***Atanasius KD Labaona***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar