Yoh 14:6-14
Filipus
merupakan salah seorang dari para rasul Yesus yang pertama. Dialah orang yang
memperkenalkan dan membawa Natanael untuk bertemu dengan Yesus. Pada akhirnya
Natanael menjadi murid Yesus. Filipus berasal dari kota Betsaida di Galilea
sama seperti rasul Andreas dan rasul Petrus. Kemungkinan besar ia juga seorang
nelayan. Filipus adalah pribadi yang polos hati dan lugu. Karena keluguannya,
ia pernah secara spontan bertanya kepada Yesus: “Tuhan tunjukkanlah Bapa itu
kepada kami, itu sudah cukup bagi kami” (Yoh 14:8). Dan atas pertanyaan itu,
Filipus memperoleh teguran dari Yesus: “Telah sekian lama Aku bersama-sama
kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku,
ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada
kami?” (Yoh 14:9). Setelah Yesus bangkit, Filipus adalah salah satu murid yang
karyanya paling banyak dicatat dalam Kitab Para Rasul, selain Petrus dan
Paulus. Filipus pergi memberitakan Injil di Samaria. Di sana, ia membuat begitu
banyak mukjizat sehingga penduduk kota dengan bulat hati menerima kabar gembira
yang dibawanya. Menurut tradisi umat Kristen perdana, Filipus berkarya di
Syria, Phrygia dan di sekitar Asia Kecil dimana kemudian ia wafat sebagai
martir di Hierapolis Phrygia (sekarang wilayah Turki).
Yakobus
adalah putera Alfeus dan saudara sepupu Yesus. Ia disebut juga “Yakobus Muda”,
karena ia lebih muda dari seorang rasul lainnya yang juga bernama Yakobus.
Setelah Yesus naik ke sorga, Yakobus ditunjuk sebagai pemimpin jemaat di
Yerusalem (Yakobus menjadi uskup pertama Yerusalem). Sementara para rasul lain
mulai menyebar dan berkarya di tempat-tempat yang jauh, Yakobus tetap tinggal
dan menggembalakan jemaat Kristen perdana di Yerusalem. Pada konsili pertama di
Yerusalem (Kis 15), Yakobus mendukung Petrus, Paulus, dan Barnabas yang
menghendaki agar orang bukan Yahudi yang bertobat tidak harus mematuhi semua
hukum agama Yahudi. Yakobus adalah seorang pria yang jujur dan adil. Ia dikenal
karena kehidupan doanya yang kudus. Ia juga lemah lembut dan pemaaf. Ia terus
menerus memohon kepada Tuhan untuk mengampuni mereka yang menganiaya para
pengikut Kristus. Bahkan ketika para penganiaya umat Kristen menjatuhkan
hukuman mati kepadanya, Yakobus juga memohon ampun dari Tuhan kepada mereka.
Menurut tradisi, St. Yakobus Rasul wafat sebagai martir pada tahun 62.
Di
saat-saat terakhir bersama dengan para murid-Nya sebelum naik ke sorga, Yesus
menanamkan sebuah keyakinan agar mereka (para murid) semakin merasa yakin dan
tidak ragu-ragu lagi kepada Diri-Nya. Yesus berkata: “Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku” (Yoh 14:6). Yesus menandaskan bahwa hanya melalui Dialah ada jalan
kebenaran. Jalan yang menuntun agar orang-orang tidak tersesat. Jalan kebenaran
sebagai kompas agar manusia tetap berpedoman pada segala ajaran dan nilai yang
telah Ia wariskan. Manusia tidak boleh menyimpang sedikitpun dari jalan-Nya,
karena jalan yang lain pasti bukan jalan kebenaran dan hidup. Melainkan jalan
kesesatan yang membawa kepada ketidakselamatan. Berjalan bersama Yesus, pasti
akan membawa manusia kepada keselamatan. Secara eksplisit Yesus menunjukkan
rumah Bapa sebagai rumah yang akan memberikan keselamatan dalam akhir
peziarahan manusia di muka bumi. Karena manusia sudah berjalan dalam kebenaran
Yesus, maka manusia akan mendapat keselamatan sebagai konsekuensinya.
Hal
menarik yang ditekankan oleh Yesus adalah soal relasi-Nya dengan Allah. Yesus
tidak menyebut Bapa-Nya dengan kata Allah. Yesus memanggil secara khusus dengan
kata Bapa. Kata Bapa ini yang menunjukkan kedekatan dan keintiman relasi yang
diperoleh Yesus bersama dengan Bapa-Nya. Yesus mau mengatakan kepada para murid
(dan kita semua) bahwa Dia dan Allah adalah satu. Tidak ada sekat atau
perbedaan yang memisahkan di antara kedua-Nya. Siapa yang telah melihat Yesus,
berarti telah melihat Allah. Siapa yang telah mendengarkan sabda dan
menyaksikan aksi-Nya yang fenomenal menandakan bahwa Ia telah mendengar dan
menyaksikan karya Allah secara langsung. Dan barangsiapa percaya kepada Yesus
sebagai jalan kebenaran dan hidup, sama artinya dengan percaya kepada Allah
dengan hakikat yang sama.
Para rasul
sungguh merasa dikuatkan dan diteguhkan dengan kata-kata yang disampaikan oleh
Yesus. Mereka tidak takut lagi, dan tentunya keberanian mereka semakin terlecut
dengan kehadiran roh penghibur yang menemani karya pewartaan mereka
selanjutnya. Rasul Filipus dan Yakobus yang perayaannya kita peringati hari ini
adalah bukti nyata dua orang yang percaya akan Yesus sebagai jalan kebenaran
dan hidup. Mereka juga percaya bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri. Dengan
melihat Allah dalam diri Yesus, para murid (tidak hanya Filipus dan Yakobus),
berani mempertaruhkan nyawanya demi mekarnya sabda Allah di tengah dunia.
Karena mereka yakin telah berada di jalur kebenaran untuk sampai kepada
keselamatan kekal di sorga.
Mungkin
kadang-kadang kita masih menunjukkan jati diri sebagai rasul Filipus yang belum
merasa percaya sepenuhnya kepada kata-kata Yesus. Kita masih dirong-rong oleh
sikap keragu-raguan bahwa kita akan mendapatkan keselamatan jika berjalan dalam
kebenaran nama Yesus. Kita masih ragu-ragu dan bahkan tidak percaya kepada
Yesus, karena hidup kita sering diterpa oleh banyak tantangan, penderitaan, dan
kesulitan hidup. Kita hanya mau percaya apabila Tuhan memberi tanda kesuksesan
dan kebaikan dalam seluruh hidup. Kita mau yang enak-enak atau mulus saja. Kita
tidak suka dengan pencobaan, kesulitan, kegagalan dan keterpurukan dalam hidup.
Hari ini
pikiran dan hati kita semakin terbuka untuk memahami Yesus sebagai jalan dan
kebenaran dan hidup. Bahwa dalam setiap pergumulan dan pergulatan hidup, Tuhan
yang adalah Yesus dan Allah, senantiasa membimbing, mengarahkan, dan menuntun
hidup kita kepada keselamatan. Tidak perlu takut dengan aneka tantangan dan
hambatan. Di dalamnya, Tuhan sementara memoles, menggembleng dan menjadikan
kita pribadi-pribadi yang matang dan tangguh dalam iman. Mari kita belajar dari
rasul Yakobus dengan semakin membangun relasi yang intim bersama Tuhan melalui
doa-doa kita. Kita juga mau menjadi pribadi yang lemah lembut dan ramah pada
siapa saja terutama kepada orang-orang yang kita layani. Kita juga belajar dari
Yakobus untuk bisa mengendalikan emosi. Kita tidak perlu cepat “naik darah”
atau marah berlebihan di saat menemui hambatan atau tantangan, terkhusus ketika
membangun sikap kerja sama dan koordinasi dalam tim kerja.
Dan
terakhir, pastinya kita bisa menjadi pribadi yang pemaaf. Memang tugas mulia
ini yang paling berat. Mudah untuk diucapkan tetapi sangat sulit dilaksanakan.
Tetapi inilah ciri khas hidup kekristenan kita untuk berani memberi ampun atau
maaf kepada siapa saja yang telah bersalah kepada kita. Sebaliknya, terhadap segala
kekurangan, kesalahan dan kejahatan, kita juga harus bersikap terbuka dan jujur
untuk mengakui dan menyampaikan permohonan maaf demi perbaikan, rasa
solidaritas, dan keutuhan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kita tidak perlu
memperlihatkan sikap gengsi dan arogansi demi ego dan status yang melekat dalam
diri kita. Semoga di bulan Maria yang penuh rahmat ini, kita semakin diberkati
oleh Tuhan untuk tetap berjalan dalam kebenaran-Nya dan mendapatkan segala
berkat dalam setiap tugas, karya, dan panggilan di unit kerja kita
masing-masing. Amin. ***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar