Senin, 17 Mei 2021

Damai Sejahtera Dalam Tuhan

Yoh 16:29-33

 

Beberapa hari yang lalu, ibu ketua lingkungan di tempat saya tinggal, memposting di grup WA lingkungan, sebuah foto kebersamaan penuh nuansa persaudaraan yang diambil sebelum badai pandemi Covid-19 terjadi. Foto itu memuat kegiatan pembinaan rohani dalam rangka hari ulang tahun pelindung lingkungan kami, yakni Santa Teresa dari Kalkuta. Kemudian ada caption (tulisan di bawah gambar) yang berbunyi, “Merindukan kenangan indah ini terulang kembali. Semoga spirit Bunda Teresa tetap abadi”. Saya merespon postingan itu dengan tulisan, “Spirit Bunda Teresa memang tidak mati di lingkungan kita, walaupun kita sementara mengalami pengalaman kematian karena terpapar badai Covid-19.”

 

Saya sengaja menulis demikian bukan tanpa sebab dan akibat. Harus kita akui bahwa terpaan badai covid-19 memang menghantam seluruh sendi kehidupan kita. Mulai dari lesunya ekonomi keluarga, merosotnya karakter pendidikan anak-anak kita, kesehatan kita yang terancam, kehidupan sosial yang dibatasi, sampai kepada kehidupan iman yang terasa garing (tidak bergairah). Situasi umum tersebut terjadi di mana-mana. Semua orang berteriak. Mengeluh. Masing-masing orang berusaha mempertahankan diri untuk tetap hidup dan selamat. Walaupun banyak juga saudara/i kita yang terhempas, terkena dampak cukup parah dari badai Covid-19.

 

Beruntungnya, dalam situasi gelap yang kita alami, nilai-nilai hidup seperti semangat kasih dan perhatian, sikap peduli dan tolong-menolong, sikap saling menghargai dan mendukung satu sama lain, belum atau sama sekalih tidak mati. Dukungan dan kontribusi berbagai pihak dalam aneka bentuk baik secara materi maupun non-materi tetap mengalir. Khususnya bagi mereka yang terkena dampak secara langsung dari badai covid-19 dan bencana alam yang terjadi di wilayah kita. Hal ini memberi bukti bahwa semangat iman kita belum mati. Kita tetap menghidupi nilai-nilai atau spirit iman tersebut di tengah kegentingan yang mengancam kehidupan kita sendiri.

 

Para murid Yesus pada hari ini merasa gembira karena mereka sudah mengetahui siapa sosok Yesus yang sebenarnya. Pernyataan tentang siapa Yesus, ternyata secara terbuka diungkapkan oleh Yesus. “Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa” (Yoh 16:28). Sebelumnya, para murid diliputi oleh kebingungan karena Yesus lebih banyak menyampaikan segala sesuatu tentang Diri-Nya dalam bahasa kiasan. Meskipun sudah tinggal sekian lama, mendengarkan sabda dan melihat segala perbuatan ajaib-ilahi-Nya, rasa keragu-raguan dan ketidakpastian mengenai sosok Yesus tetap timbul dalam diri para murid.

 

Dengan pernyataan Yesus yang tegas tentang siapa Diri-Nya, keyakinan para murid semakin tebal. Keragu-raguan dan kebimbangan mereka akan Yesus mulai pupus dan segera berganti dengan sikap percaya. “Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah” (Yoh 16:30). Kepercayaan dan keyakinan akan Yesus sebagai “orang yang datang dari Allah”, menjadi pemicu yang membakar semangat para murid untuk tetap konsisten berada dalam lingkaran hidup Yesus. Mereka tidak akan pergi meninggalkan Yesus karena mereka telah percaya akan ke-Allah-an Yesus.

 

Ke-Allah-an Yesus, ternyata memberi efek “pisau bermata ganda”. Di satu pihak, mereka bersukacita dan bergembira. Namun di pihak lain, mereka harus menerima kabar yang tidak mengenakan. Yesus akan segera pergi dari dunia dan para murid akan mengalami “pengalaman kegelapan” yang menantang iman mereka kepada-Nya. Gara-gara Yesus, para murid akan hidup dalam situasi yang pahit dan mengancam nyawa. Mereka akan dihina, difitnah, dikejar, dipenjara, dan dibunuh. Namun di sinilah letak kehormatan dan kemuliaan para murid Yesus. Apabila mereka tetap bertahan, maka mereka akan memperoleh hidup yang sesungguhnya bersama Yesus dan Allah Bapa di sorga. Yesus pun meneguhkan agar para rasul tidak boleh kecut hatinya. Mereka harus tetap kuat dan tegar menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan hidup. “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh 16:33).

 

Para murid akan mengalami damai sejahtera di tengah pelbagai kesulitan dan keterpurukan hidup sebagai seorang hamba Tuhan. Inilah paradoks seorang murid Tuhan. Bertahan dalam penderitaan dan kesusahan untuk memperoleh kehormatan dan kemuliaan. Kita sementara mengalami pengalaman kegelapan itu dalam situasi sekarang ini walaupun tidak seekstrim dengan keadaan yang dialami oleh para rasul. Ada bencana penyakit dan bencala alam yang sungguh menantang panggilan iman kita sebagai murid Yesus. Kita semacam diberi pilihan, mau menyelamatkan diri sendiri atau orang lain. Setiap pilihan tentu ada konsekuensinya. Tentu saja paling sederhana dan gampang adalah membuat pilihan untuk menyelamatkan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain.

 

Pilihan demikian memang sebuah pilihan yang logis dan masuk akal. Tetapi bukan sebuah pilihan yang kristiani. Sebagai seorang murid Tuhan, kita tidak boleh lari dan mencari keselamatan diri sendiri. Kita harus tetap selalu berada di tengah-tengah mereka yang sementara mengalami penderitaan, kesusahan, kesulitan, dan keterpurukan hidup. Kesusahan dan kesulitan pribadi sebenarnya tidak menghalangi kita untuk tetap membagi kasih dan perhatian bagi mereka yang paling merasakan dampak dari segala bencana kehidupan. Justru di dalamnya ada syering kehidupan yang saling menguatkan dan meneguhkan satu sama lain sebagai sesama citra Allah.

 

Hari ini Yesus sudah membeberkan secara jelas tentang Diri-Nya sebagai Allah yang telah hadir secara nyata di tengah dunia. Dan Ia memang telah tiada secara kasat mata. Namun, Roh penghibur yakni Roh Kudus tetap senantiasa hadir dan menemani perjalanan hidup kita. Dalam situasi yang tidak bersahabat, di tengah pandemic Covid-19 dan pengalaman traumatic bencana alam yang belum pudar, kita tidak akan pernah merasa takut memberi kesaksian tentang kasih Kristus kepada siapa saja karena damai sejahtera Tuhan akan senantiasa menyelimuti setiap perjalanan dan hidup kita. Amin. **AKDL**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar