Yoh 6:30-35
Orang-orang Yahudi menganggap Musa sebagai
tokoh besar dan sangat penting karena ia memainkan peranan kunci di dalam
pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Ia juga yang membentuk
identitas bangsa Israel dengan memimpin pengembaraan selama empat puluh tahun
di padang gurun dimana Musa telah memberi roti/manna pada saat perjalanan
bangsa Yahudi keluar dari tanah Mesir. Mentalitas mereka ini masih melekat
ketika berhadapan dengan Yesus. Mereka yang telah makan roti pemberian Yesus
dan menjadi kenyang menganggap Yesus sama seperti Musa, maka Dia diminta untuk
memberikan roti seperti itu terus. Namun, Yesus mencoba mengarahkan mereka
lewat tanda “Roti” pada pemikiran baru,
yaitu roti kehidupan kekal, yang dianugerahkan Allah dalam diri Yesus
Putera-Nya untuk memberikan kepenuhan hidup pada dunia. Dan disini orang Yahudi
bersungut-sungut, mencibir dan mengejek Dia. Sedang terjadi pertentangan dan
perselisihan paham sehingga mereka seakan berada di persimpangan jalan. Mereka
tidak mendapat yang mereka cari yaitu : roti dunia dan malahan mereka ditawari
roti surga oleh Yesus.
Dalam Injil hari ini Yesus digambarkan sebagai Roti hidup.
Gambaran tentang Roti hidup ini untuk mengungkapkan kekayaan Pribadi Yesus yg
telah mereka alami. Yesus ingin membuat mereka itu tetap hidup, berkembang dan
bersukacita. Jika dahulu di padang gurun ada roti manna yg diberikan kepada
orang-orang Israel karena kehausan dan kelaparan, sekarang ada Roti Hidup yg
berasal dari Bapa di sorga dan roti itu memberi hidup kepada dunia. Siapa yg
datang kepadaNya tidak akan lapar lagi dan siapa yg percaya kepadaNya tidak
akan haus lagi. Roti hidup yg mengungkapkan kekayaan Pribadi Yesus ini juga
menjadi istilah untuk menyebut “Ekaristi”. Sebab di dalam Ekaristi, Kristus
dihadirkan, dipersembahkan dan disantap dan melaluinya kita hidup dan
berkembang. Apakah Ekaristi makin membuat aku dihidupi dan disukacitakan oleh
hidup, ajaran dan kasih Yesus yg amat kaya itu
Orang banyak di Kapernaum
meminta tanda dari Yesus agar mereka bisa percaya kepada-Nya. Mereka
menceritakan bagaimana Musa memberi nenek moyang mereka makan manna di
padang gurun yang diafirmasi sebagai pemenuhan janji bahwa mereka diberi makan
roti dari surga. Yesus mengatakan bahwa yang memberi roti dari surga bukan Musa
melainkan BapaNya karena roti yang turun dari surga memberi hidup kepada
dunia. Lalu mereka berkata “Tuhan berikanlah kami roti itu senantiasa” dan Yesus
menjawab ”Akulah roti hidup! Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar
lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”.
Peristiwa
turunnya manna dari langit adalah sebuah antisipasi lambang dari turunnya Yesus
sebagai Roti Hidup dari surga. Manna itu untuk bertahan hidup dan memperpanjang
usia sesaat saja serta bersifat fana pada nenek moyang mereka, namun Yesus
Sang Roti Hidup itu memberi hidup sejati dan kekal bagi semua. Mukjizat
pemberian manna di padang gurun menjadi model utama sebagai acuan mereka
dan mereka menggunakan frase “mereka diberiNya makan roti dari sorga. Dalam kisah injil hari
ini penekanan utamanya pada Roti sejati yang hanya diberikan oleh Allah, yang
memberikan hidup kepada seluruh dunia, tidak hanya kepada umat Israel. Manna di
padang gurun bahkan tidak dapat menyamai hal ini (ayat 32-33), sebab bersifat
sementara dan tidak tahan lama.
Sementara
itu, orang banyak memahami Yesus secara harfiah dan badani saja, seperti
perempuan Samaria dalam kisah yang ada dalam Yoh 4:15 tentang air hidup itu,
sehingga mereka meminta Yesus untuk senantiasa memberikan roti itu (ay.35),
sama seperti perempuan Samaria juga mengatakan “berikanlah kami senantiasa air itu”. Yesus mengatakan bahwa
Dialah roti hidup itu yang menyediakan makanan dan minuman yang tidak akan
pernah membuat orang lapar dan haus lagi. Yesus sadar bahwa beberapa orang
tidak percaya atau memiliki iman yang tidak utuh (ay. 36). Namun sifat
universal mengenai pemberian hidup oleh Allah ditekankan dalam kalimat Yesus
tadi “Akulah roti hidup!
Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya
kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”. Jadi jelas di sini mau
dikatakan bahwa kehendak Allah adalah bahwa semua orang yang percaya kepada
Yesus menerima hidup kekal dan akan dibangkitkan pada akhir zaman.
Hari
ini penginjil Yohanes ingin mengajak kita semua agar kita tetap berpusat kepada
Yesus sebagai Sumber Hidup dan Roti Hidup. Yesus mengecam orang banyak yang
hanya mengikuti Dia untuk melihat mukjizat yang dibuat-Nya bahkan sebagian
besar dari mereka yang mengikuti Dia hanya untuk mendapatkan makan. Banyak
orang pada saat itu ingin percaya kepada Yesus bila Ia membuat tanda-tanda yang
dilakukan seperti yang Musa lakukan ketika bangsa Israel di padang gurun dengan
memberikan manna.
Akan tetapi, mereka hanya melihat hal-hal lahiriah saja yang dapat terindra, padahal
Yesus mengatakan bahwa apa yang menurut mereka, dilakukan oleh Musa itu adalah
cinta dan kemurahan hati dari Allah sendiri. Ketika mereka mendengar apa yang
dikatakan Yesus, mereka tetap tidak melihat Yesus sebagai Roti Hidup melainkan
menghambahkan diri pada hal-hal lahiriah yang bersifat sementara.
Sebagai
orang beriman yang mengimani Yesus Putra Allah, kita seringkali tidak
memusatkan diri kita kepada Sang Roti Hidup. Seringkali kita mengurusi hal-hal
lahiriah dan jasmani kita yang justru menjauhkan diri kita dari Yesus. Hari ini
Yesus mengajak kita untuk kembali menjadikan-Nya sebagai pusat dengan
mengurangi perhatian berlebihan pada hal-hal yang bersifat materiil semata.
Itulah yang ingin Yesus sampaikan kepada kita hari ini bahwa Dialah Roti Hidup
yang memberikan diri kepada kita. Dialah roti hidup, apabila kita datang
kepada-Nya maka kita akan beroleh hidup kekal. Maka tepat sabda Yesus yang
berbunyi, “Barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia tidak akan haus lagi,” . Perkataan Yesus ini ingin mengajak
kita untuk melihat hal-hal yang lebih rohani dan spiritual ketimbang hal-hal
sementara yang memuaskan kedagingan kita. Ini adalah suatu ajakan bagi kita
semua dan juga suatu tantangan bagi kita, terutama pada masa pandemi covid
19 ini. Kita tentu harus terus berusaha
memfokuskan diri kita kepada hal-hal rohani walaupun saat ini segalanya sungguh
terbatas.
Kita
sebagai murid-murid Kristus yang
percaya dan menerima Yesus sebagai Roti Hidup yang turun dari surga membawa keselamatan
yang sama, melalui Ekaristi yang kita rayakan dan kita sambut. Meski masa
pandemi covid 19 ini membatasi kita untuk menyambutNya secara sakramental,
namun kehadiranNya juga nyata dalam hidup kita. Kita perlu selalu
mendisiplinkan hidup rohani kita, keinginan, tindakan dan perilaku kita serta
kebijaksanaan kita. Mendisiplinkan
hidup rohani dengan berdoa, membaca sabdaNya, serta menghidupinya.
Mendisplinkan keinginan, ambisi, dan nafsu kita dengan mengendalikan diri,
melatih pertimbangan nalar dan tindakan kita. Mendisplinkan perilaku kita
bagaimana berelasi dengan orang lain secara berimbang, bukan hanya berlaku
sebagai parasit saja. Semua hal itu penting, karena Yesus menjanjikan keselamatan
kepada kita sebagai orang beriman, maka kitapun harus membawa orang lain kepada
keselamatan yang sama. Kita ingin keselamatan itu menjadi nyata dan hadir
di antara kita. Semoga Kerajaan hatiNya terwujud nyata dalam hidup dan
pelayanan kita kepada sesama sehingga semua orang dapat menyambut Roti Hidup
kekal sebagai jaminan keselamatan kita kelak. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar