Selasa, 29 Desember 2020

PEREMPUAN JANDA YANG INSPIRATIF

                                                                                 Luk 2:36-40

Ibuku adalah seorang perempuan yang menjadi kebanggaan dan inspirasi dalam keluarga. Ia sekarang berusia 62 tahun. Usia yang tidak lagi mudah. Ia telah lama menjanda sejak kepergian sang suami dan ayah kami tercinta 14 tahun yang lalu. Semenjak itu, otomatis ia menjadi seorang ibu sekaligus ayah bagi saya dan adik-adik. Dengan penuh kesabaran dan kesetiaan, ia membimbing dan menguatkan agar kami tidak putus asa dalam menggapai cita-cita. Tantangan dan kesulitan yang dialaminya sangat hebat. Tidak hanya berpikir keras tentang bagaimana mendapatkan uang untuk membiayai pendidikan kami, tetapi ia harus menghadapi berbagai cibiran, cemoohan, dan hinaan dari orang lain. Banyak orang yang tidak menyukai perjuangan dan pengorbanan ibu untuk tetap survive bersama anak-anaknya. Mereka mengganggap bahwa usaha ibu hanya sia-sia. Tidak akan mencapai kesuksesan. Ibu hanya tetap diam.

 

Dalam diam sebenarnya ia tidak diam. Kekuatan utamanya adalah menyerahkan segala beban hidup kepada Tuhan. Ia berkeyakinan bahwa Tuhan masih menguji perjalanan hidupnya. Suatu saat, ia akan mendapatkan berkat dari-Nya. Dan keyakinan ibu akhirnya mendapatkan hasil yang memuaskan. Keempat anaknya dapat menyelesaikan jenjang pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi. Sebuah pencapaian yang telah dilewati dengan usaha keras dan penuh perjuangan. Di samping itu, membangun kedekatan dengan Tuhan memegang peran penting. Karena tanpa bantuan Tuhan, segala usaha dan perjuangan sang ibu akan menjadi sia-sia.

 

Dalam bacaan Injil (Luk 2:36-40) pada hari ini, kita juga mengetahui ada seorang perempuan janda yang sangat inspiratif. Namanya Hana. Ia sudah sangat uzur yakni 84 tahun. Hal menarik yang digambarkan oleh Kitab Suci adalah mengenai waktu kebersamaannya dengan sang suami. Ia hanya hidup sekitar tujuh tahun bersama suaminya. Selebihnya, sampai berusia 84 tahun, ia memilih untuk tetap hidup sendiri. Tidak menikah lagi. Kita tidak mendapat informasi apakah ia mempunyai anak atau tidak. Menyandang status janda tentu bukan perkara yang mudah bagi Hana. Ia harus menghadapi banyak gosip, pelecehan, cemoohan dan hinaan. Pasti ada banyak juga godaan yang datang ketika menjanda dalam usia muda. Menginjak usia tua, hidupnya tidak luput dari berbagai pembicaraan miring dari orang lain. Namun ia tetap sabar dan setia untuk membaktikan seluruh hidupnya bagi Tuhan.

 

Penginjil Lukas menekankan sosok Hana sebagai seorang yang sangat religius. “Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa” (Luk 2:37). Inilah dimensi spiritual yang melekat dalam diri Hana. Doa dan berpuasa menjadi napas kehidupannya setiap hari. Ia rela menanggalkan kesenangan dan kenikmatan duniawi. Kemudian ia terus mengejar kenikmatan spiritual dengan membangun keintiman rohani bersama Tuhan. Bagi Hana, Tuhan adalah segalanya dalam hidupnya. Karena memiliki relasi yang akrab bersama Tuhan, Hana tumbuh menjadi sosok karismatik. Seseorang yang patut didengar oleh karena warta sabda dan sikap hidupnya yang selalu terarah kepada Tuhan. Ia juga bisa bernubuat, menggambarkan rencana keselamatan yang akan datang bagi umat Israel.

 

Tidak heran, Hana dikenal juga sebagai seorang nabi perempuan. Salah satu nubuatnya adalah ketika ia bertemu dengan bayi Yesus di dalam Bait Allah. Bagi orang awam, melihat bayi Yesus tentu tidak ada bedanya dengan bayi-bayi lain. Tetapi tidak bagi Hana yang memiliki karunia khusus sebagai seorang nabi. Ia mempunyai mata batin yang tajam untuk bisa meneropong bayi kudus yang bernama Yesus. Ia langsung mengucap syukur kepada Tuhan ketika bertemu dengan Yesus. Ia merasa senang, terharu dan diberkati oleh sebab masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melihat sang penyelamat manusia yang baru saja dilahirkan. Dengan mata batinnya pula, Hana mulai memberi kesaksian di tengah orang banyak tentang sosok bayi fenomenal yang telah dilihatnya. Hana dengan cermat membeberkan rencana keselamatan Allah yang mewujud dalam diri Yesus. Bayi Yesus adalah representasi Allah untuk menyelamarkan umat Israel. Berkat yang didapat oleh Hana bisa terjadi karena ia sungguh mengarahkan tujuan hidupnya bersama Tuhan. Hana menyerahkan dan mempertaruhkan raga dan jiwanya demi kemuliaan Tuhan.

 

Jamak terjadi di sekitar kita bahwa orang rela bekerja dengan giat, berjuang keras dan berkorban dengan total untuk mendapatkan harta duniawi. Hal ini terjadi karena parameter yang dipakai soal kebahagiaan terletak di dalam harta duniawi. Orang merasa atau berpandangan bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai apabila orang mau mencari dan menumpuk aneka harta duniawi yang dinginkan. Bahkan tidak jarang, orang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Misalnya dengan cara melakukan tindakan korupsi. Orang nekat mengambil uang yang bukan menjadi haknya. Lalu memanfaatkan uang tersebut untuk membeli barang-barang yang bisa menjamin kebahagiaannya. Atau orang mau memanfaatkan keluguan dan kebodohan sesamanya untuk mengeruk keuntungan pribadi dan keluarganya.

 

Realitas membuktikan bahwa kebahagiaan tidak bisa ditentukan oleh harta duniawi yang banyak dan mahal. Ada banyak pengalaman yang mengungkapkan kekosongan dalam hidup seseorang justru terjadi ketika ia memiliki banyak harta. Walaupun tidak sepenuhnya benar. Orang cenderung menjadi pribadi yang ego. Lebih mementingkan pribadinya daripada orang lain. Bahkan Tuhan tidak menjadi penting dan fokus dalam hidupnya. Ketika timbul sedikit tantangan, orang gampang mencari kambing hitam pada sesamanya. Orang mudah mengalami depresi, stress dan putus asa karena hanya mengandalkan dirinya. Padahal ia dikelilingi oleh harta yang begitu banyak.

 

Hari ini kita belajar dari Hana untuk lebih melihat dimensi lain yang lebih penting dalam hidup kita. Sebenarnya kita harus lebih fokus dan serius untuk menghidupi kehidupan spiritual dalam hidup kita. Kita harus menyiram kembali taman rohani kita yang telah menjadi kering akibat sikap ego, apatis dan arogansi pribadi. Kita harus mendayung perahu iman lebih ke dalam lagi untuk dapat bertemu Tuhan dalam kesendirian dan keheningan waktu. Sang Bayi mungil telah lahir di dalam hati kita masing-masing. Oleh karena itu, mari kita jaga kekudusan-Nya dengan tidak pernah bosan membangun sikap doa dan integritas pribadi yang baik dalam hidup kita sehari-hari. Pada akhirnya, dengan mata batin yang tajam kita akan mampu mellihat dan mengalami kehendak Tuhan yang menyata dalam hidup kita. Amin. ***Atanasius KD Labaona***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar