Luk 7: 19-23
Saya sungguh terkesan dengan model hidup yang ditampilkan oleh seorang ibu
di dalam komunitas tempat saya tinggal. Ia seorang yang sangat religius. Tidak
hanya aktif dalam menjalankan berbagai ritus agama, beliau juga sangat peka
dalam kehidupan sosial. Dengan keramahan dan kemurahan hatinya, ia membantu
banyak orang yang berkekurangan atau pun mengalami keterpurukan dalam hidup.
Sang ibu ini tidak hanya beriman teguh kepada Tuhan. Ia sungguh menghidupi imannya
itu dalam kehidupan praksis di tengah umat. Dalam satu kesaksian pribadi, ia
mengatakan bahwa percaya dan mengikuti Tuhan bukan berarti bebas dari tantangan
dan hambatan. Malahan semakin mendapat banyak cobaan dan tantangan. Tidak
sedikit kesulitan dan keterpurukan yang sungguh menantang imannya kepada Tuhan.
Tetapi tidak menyurutkan sikap imannya untuk tetap percaya pada kehendak Tuhan.
Ia berkeyakinan bahwa Tuhan sementara menunjukkan kemuliaan-Nya dalam kegagalan
dan penderitaan hidup yang dialaminya. Karena di balik semua itu, ada desain
khusus yang sementara disiapkan oleh Tuhan dalam hidupnya.
Tantangan dan hambatan dalam hidup iman juga dialami oleh Yohanes Pembaptis
yang sementara berada di dalam penjara. Ketika mendengar segala hal tentang
Yesus, ia menyuruh dua orang muridnya untuk pergi mengkorfirmasi secara
langsung kepada Yesus. “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami
menantikan seorang lain? (Luk 7:19)” Yohanes merasa ragu-ragu dan sepertinya
tidak percaya dengan Yesus. Apakah benar Yesus itu Mesias yang sementara
dinantikan atau bukan. Yohanes mengalami mispersepsi tentang eksistensi Mesias.
Yang ada dalam benaknya, Mesias yang datang itu seperti raja Daud, memiliki
kekuasaan duniawi, mempunyai bala tentara yang mumpuni untuk mengalahkan musuh.
Tujuan kedatangan Mesias untuk menegakkan kerajaan duniawi. Ini cara pandang
Yohanes akan Yesus yang mengalami disorientasi.
Keraguan-raguan Yohanes akan Yesus inilah yang menjadi tantangan atau
hambatan bagi dirinya untuk percaya bahwa Yesus itu Mesias yang sementara
dinanti-nantikan umat Israel. Kehadiran Yesus yang mewartakan kemurahan hati,
semangat kasih dan pengampunan kepada dunia menjadi ciri khas perwujudan
kerajaan ilahi. Jauh berbeda dengan perwujudan kerajaan duniawi sebagaimana
dimengerti oleh Yohanes Pembaptis. Yesus datang menjunjung revolusi akhlak agar
umat manusia bisa terbebas dari ikatan dosa dan menggapai keselamatan surgawi.
Merespon rasa penasaran dan keragu-raguan Yohanes, Yesus memberi jawaban
kepada para murid Yohanes: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang
kamu lihat dan kamu dengar; orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang
kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada
orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk 7:22). Pernyataan Yesus itu sesuai
dengan nubuat yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Katakanlah kepada orang-orang
yang tawar hati: Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan
datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan
kamu! Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga
orang-orang tuli akan dibuka (Yes 35:4-5). Dengan kesaksian akan diri-Nya yang
dibeberkan secara terang benderang, Yesus ingin membuka pikiran dan hati
Yohanes Pembaptis untuk dapat memahami Diri dan kehendak-Nya dengan benar.
Bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias, Anak Allah yang hidup. Tidak ada
keraguan sedikit pun dengan apa yang sementara dilakukan oleh Yesus untuk
menegakkan Kerajaan Allah di muka bumi.
Acapkali kita seperti Yohanes Pembaptis yang meragukan bahkan tidak percaya
dengan kehendak Yesus yang telah menyata dalam hidup kita. Di satu sisi, kita
begitu bergembira dan bahagia manakala ada kesuksesan dan keberhasilan yang
menghampiri hidup. Kita tidak ragu mengucap syukur dan berdoa kepada Tuhan atas
anugerah yang kita terima. Di lain sisi, kita gampang merasa tidak berdaya dan
cepat putus asa ketika dibenturkan dengan pengalaman kegagalan dan keterpurukan
dalam hidup. Seringkali kita juga mempertanyakan eksistensi Tuhan. Benarkah
Tuhan sungguh hadir dalam hidup kita. Atau tidak sama sekalih. Kalau Tuhan ada
mengapa saya mengalami kegagalan dan keterpurukan. Kita gampang menggiring
Tuhan seturut pikiran dan kehendak kita sendiri. Kita tidak mau, bahkan melakukan
protes keras tatkala kita mengalami Tuhan yang tidak selaras dengan kemauan,
keinginan, kebutuhan dan kehendak kita. Imbasnya, kita mengalami kekeringan
rohani karena meragukan eksistensi Tuhan.
Hari ini kita sungguh-sungguh diteguhkan untuk tidak ragu-ragu lagi dengan
Tuhan dan segala kehendak-Nya yang terjadi dalam hidup kita. Tuhan sudah
merancang hidup kita dengan baik. Kebaikan Tuhan tidak hanya terdeskripsi
dengan segala hal yang baik dan positif, tetapi di dalamnya ada juga dimensi
kegelapan dan kekelaman yang menyelimuti. Keberhasilan dan kesuksesan yang kita
alami dalam hidup membuktikan bahwa Tuhan itu mahamurah yang rela
membagi-bagikan aneka kebaikan dan kenikmatan hidup untuk kita. Tuhan
sebenarnya mengintervensi juga segala kegagalan, kepahitan dan keterpurukan
yang kita alami. Justru dalam hal demikian, kita sementara didewasakan dan
dimatangkan dalam iman agar kita tetap teguh dan percaya kepada-Nya. Oleh
karena itu, jangan pernah cemas ketika kita dirundung kegetiran dan kepahitan
dalam hidup karena Tuhan sementara mematangkan hidup iman kita. Sehingga kita
bisa menjadi pribadi tangguh dalam menghidupi iman kita di tengah dunia. Selain
itu, Tuhan sementara merancang sesuatu yang lebih baik yang tidak pernah kita
prediksi atau duga-duga.
Kini kita telah memasuki masa adven yang ketiga. Semoga kita semakin
memahami rahasia Tuhan yang senantiasa berkarya dalam hidup agar kita tidak
ragu-ragu untuk semakin percaya kepada-Nya. Mari kita selalu mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan membaca, meresapi dan melaksanakan Firman-Nya dalam hidup.
Semoga. ***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar