Selasa, 15 Desember 2020

SEMAKIN MEMAHAMI RAHASIA TUHAN

Luk 7: 19-23

Saya sungguh terkesan dengan model hidup yang ditampilkan oleh seorang ibu di dalam komunitas tempat saya tinggal. Ia seorang yang sangat religius. Tidak hanya aktif dalam menjalankan berbagai ritus agama, beliau juga sangat peka dalam kehidupan sosial. Dengan keramahan dan kemurahan hatinya, ia membantu banyak orang yang berkekurangan atau pun mengalami keterpurukan dalam hidup. Sang ibu ini tidak hanya beriman teguh kepada Tuhan. Ia sungguh menghidupi imannya itu dalam kehidupan praksis di tengah umat. Dalam satu kesaksian pribadi, ia mengatakan bahwa percaya dan mengikuti Tuhan bukan berarti bebas dari tantangan dan hambatan. Malahan semakin mendapat banyak cobaan dan tantangan. Tidak sedikit kesulitan dan keterpurukan yang sungguh menantang imannya kepada Tuhan. Tetapi tidak menyurutkan sikap imannya untuk tetap percaya pada kehendak Tuhan. Ia berkeyakinan bahwa Tuhan sementara menunjukkan kemuliaan-Nya dalam kegagalan dan penderitaan hidup yang dialaminya. Karena di balik semua itu, ada desain khusus yang sementara disiapkan oleh Tuhan dalam hidupnya.

 

Tantangan dan hambatan dalam hidup iman juga dialami oleh Yohanes Pembaptis yang sementara berada di dalam penjara. Ketika mendengar segala hal tentang Yesus, ia menyuruh dua orang muridnya untuk pergi mengkorfirmasi secara langsung kepada Yesus. “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain? (Luk 7:19)” Yohanes merasa ragu-ragu dan sepertinya tidak percaya dengan Yesus. Apakah benar Yesus itu Mesias yang sementara dinantikan atau bukan. Yohanes mengalami mispersepsi tentang eksistensi Mesias. Yang ada dalam benaknya, Mesias yang datang itu seperti raja Daud, memiliki kekuasaan duniawi, mempunyai bala tentara yang mumpuni untuk mengalahkan musuh. Tujuan kedatangan Mesias untuk menegakkan kerajaan duniawi. Ini cara pandang Yohanes akan Yesus yang mengalami disorientasi.

 

Keraguan-raguan Yohanes akan Yesus inilah yang menjadi tantangan atau hambatan bagi dirinya untuk percaya bahwa Yesus itu Mesias yang sementara dinanti-nantikan umat Israel. Kehadiran Yesus yang mewartakan kemurahan hati, semangat kasih dan pengampunan kepada dunia menjadi ciri khas perwujudan kerajaan ilahi. Jauh berbeda dengan perwujudan kerajaan duniawi sebagaimana dimengerti oleh Yohanes Pembaptis. Yesus datang menjunjung revolusi akhlak agar umat manusia bisa terbebas dari ikatan dosa dan menggapai keselamatan surgawi.

 

Merespon rasa penasaran dan keragu-raguan Yohanes, Yesus memberi jawaban kepada para murid Yohanes: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar; orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk 7:22). Pernyataan Yesus itu sesuai dengan nubuat yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu! Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka (Yes 35:4-5). Dengan kesaksian akan diri-Nya yang dibeberkan secara terang benderang, Yesus ingin membuka pikiran dan hati Yohanes Pembaptis untuk dapat memahami Diri dan kehendak-Nya dengan benar. Bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias, Anak Allah yang hidup. Tidak ada keraguan sedikit pun dengan apa yang sementara dilakukan oleh Yesus untuk menegakkan Kerajaan Allah di muka bumi.

 

Acapkali kita seperti Yohanes Pembaptis yang meragukan bahkan tidak percaya dengan kehendak Yesus yang telah menyata dalam hidup kita. Di satu sisi, kita begitu bergembira dan bahagia manakala ada kesuksesan dan keberhasilan yang menghampiri hidup. Kita tidak ragu mengucap syukur dan berdoa kepada Tuhan atas anugerah yang kita terima. Di lain sisi, kita gampang merasa tidak berdaya dan cepat putus asa ketika dibenturkan dengan pengalaman kegagalan dan keterpurukan dalam hidup. Seringkali kita juga mempertanyakan eksistensi Tuhan. Benarkah Tuhan sungguh hadir dalam hidup kita. Atau tidak sama sekalih. Kalau Tuhan ada mengapa saya mengalami kegagalan dan keterpurukan. Kita gampang menggiring Tuhan seturut pikiran dan kehendak kita sendiri. Kita tidak mau, bahkan melakukan protes keras tatkala kita mengalami Tuhan yang tidak selaras dengan kemauan, keinginan, kebutuhan dan kehendak kita. Imbasnya, kita mengalami kekeringan rohani karena meragukan eksistensi Tuhan.

 

Hari ini kita sungguh-sungguh diteguhkan untuk tidak ragu-ragu lagi dengan Tuhan dan segala kehendak-Nya yang terjadi dalam hidup kita. Tuhan sudah merancang hidup kita dengan baik. Kebaikan Tuhan tidak hanya terdeskripsi dengan segala hal yang baik dan positif, tetapi di dalamnya ada juga dimensi kegelapan dan kekelaman yang menyelimuti. Keberhasilan dan kesuksesan yang kita alami dalam hidup membuktikan bahwa Tuhan itu mahamurah yang rela membagi-bagikan aneka kebaikan dan kenikmatan hidup untuk kita. Tuhan sebenarnya mengintervensi juga segala kegagalan, kepahitan dan keterpurukan yang kita alami. Justru dalam hal demikian, kita sementara didewasakan dan dimatangkan dalam iman agar kita tetap teguh dan percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, jangan pernah cemas ketika kita dirundung kegetiran dan kepahitan dalam hidup karena Tuhan sementara mematangkan hidup iman kita. Sehingga kita bisa menjadi pribadi tangguh dalam menghidupi iman kita di tengah dunia. Selain itu, Tuhan sementara merancang sesuatu yang lebih baik yang tidak pernah kita prediksi atau duga-duga.

 

Kini kita telah memasuki masa adven yang ketiga. Semoga kita semakin memahami rahasia Tuhan yang senantiasa berkarya dalam hidup agar kita tidak ragu-ragu untuk semakin percaya kepada-Nya. Mari kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan dengan membaca, meresapi dan melaksanakan Firman-Nya dalam hidup. Semoga. ***Atanasius KD Labaona***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar