Mrk 1:14-20
Seorang bapak yang saya kenal cukup baik mensyeringkan pengalaman hidup
rohaninya. Pada masa-masa awal membina hubungan rumah tangga bersama istrinya,
kehidupan rohaninya sangat memprihatinkan. Ia tidak pernah berdoa secara
pribadi atau pun secara bersama-sama dengan anggota keluarga. Mengikuti
perayaan ekaristi di gereja apalagi. Bahkan dengan logikanya, ia sempat
meragukan dan mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia. Situasi
hidupnya berbanding terbalik dengan kehidupan istrinya yang sangat religius.
Istrinya sering mengingatkan dirinya untuk aktif dalam kehidupan rohani dan
jangan melupakan Tuhan. Namun, sang bapak ini sering menanggapinya dengan sikap
apatis. Kadang-kadang dengan perasaan emosional sehingga berujung terjadinya
konflik antara suami dan istri.
Situasi mulai berubah pada waktu sang bapak dan istrinya dikaruniai seorang
anak perempuan. Tiba-tiba saja, sang bapak mulai aktif mengikuti misa di
gereja. Dengan kesadaran pribadi ia mulai berdoa. Tanpa paksaan dari sang istri
tercinta. Sang bapak merasa heran dengan perubahan radikal yang terjadi dalam
hidupnya. Tetapi dengan penuh keyakinan ia berkata bahwa perubahan yang terjadi
dalam hidupnya berkat doa yang begitu tulus dari sang istri. Tuhan menjadikan
istrinya sebagai alat untuk menobatkan dirinya.
Yesus mulai sungguh-sungguh tampil di muka publik ketika Yohanes ditangkap
dan dimasukkan ke dalam penjara oleh raja Herodes (Mrk 1:14). Yesus menyadari
bahwa sudah saatnya Ia harus muncul untuk memperkenalkan Diri dan karya
keselamatan-Nya kepada segenap makhluk. Yohanes telah membuka jalan dan
mempersiapkan kedatangan-Nya dengan menyerukan pertobatan kepada seluruh umat
Israel. Dengan segera Yesus mempresentasikan kehadiran-Nya, sembari menguatkan
kembali kata pertobatan yang telah lebih dahulu diserukan oleh Yohanes
Pembaptis. “Waktunya sudah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan
percayalah kepada Inji.” (Mrk 1:15)
Ada dua pernyataan menarik yang diucapkan oleh Yesus. Pertama, Kerajaan
Allah sudah dekat. Kedua, bertobatlah dan percayalah kepada Injil. Kerajaan
Allah sudah dekat merujuk pada kekuasaan Allah yang segera merajai hidup umat
manusia. Melalui Yesus, Kerajaan Allah sungguh ditampilkan untuk membawa
pertobatan dan keselamatan dalam hidup manusia. Pertobatan berasal dari kata
dasar tobat. Tobat memiliki makna perubahan dalam pikiran dan sikap. Perubahan
dari suatu situasi atau keadaan yang negatif/jahat menuju kepada situasi atau
keadaan yang positif/baik. Pertobatan dalam diri manusia diartikan sebagai
sebuah perubahan yang menghantar manusia keluar dari cengkeraman dosa menuju
kepada kebebasan sebagai anak-anak terang. Terminologi anak-anak terang adalah
anak-anak yang mengkuti kehendak Allah dengan sikap percaya kepada Injil.
Inilah inti pewartaan yang didengungkan oleh Yesus agar umat Israel dapat
memenuhi kualifikasi untuk masuk dalam kerajaan Allah. Jika tidak, maka orang
tetap terkungkung dalam dosanya. Dan selamanya tidak akan mendapat keselamatan
dalam kerajaan ilahi.
Wujud konkrit dari kampanye pertobatan ditunjukkan oleh Yesus ketika
memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Ia memanggil dua bersaudara Simon dan
Andreas. Kemudian Ia juga mengajak dua bersaudara lainnya yakni anak-anak
Zebedeus; Yakobus dan Yohanes. Hal yang sungguh berkesan bagi saya adalah keempat
orang ini tanpa banyak berbicara langsung berdiri dan pergi mengikuti Yesus.
Mereka pergi meninggalkan keluarga dan kemapanan hidup yang telah mereka raih.
Tidak ada rasa keragu-raguan atau pun penyelesalan yang terselip dalam diri
mereka. Secara pribadi, Yesus tampak sebagai orang asing bagi keempat orang
ini. Namun sepertinya profil Yesus telah menyentak dan menarik mereka untuk
lebih dekat lagi dengan diri-Nya. Mungkin sebelumnya mereka telah memiliki
referensi tentang sosok Yesus yang luar biasa. Mengenai perkataan dan
perbuatan-Nya yang prestisius. Sehingga tanpa ragu-ragu, mereka menjatuhkan
pilihan untuk mengikuti Dia. Menjadi penjala ikan itu sudah biasa. Tetapi yang
menantang bagi mereka adalah menjadi penjala manusia. “Mari, ikutlah Aku dan kamu
akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk 1:17). Penjala ikan merupakan suatu
pekerjaan yang baru dan sangat asing. Hal ini juga menjadi salah satu alasan
mengapa mereka mau mengikuti ajakan Yesus.
Ungkapan substansi pertobatan yang termanifestasi dalam panggilan para
murid pertama mengetengahkan dua aspek.
Pertama, undangan Tuhan. Undangan Tuhan kepada empat orang nelayan untuk
mengikuti Yesus bersifat sukarela. Tidak wajib. Mereka diberi pilihan bebas
untuk mengatakan ya atau tidak. Kedua, jawaban para murid. Pilihan ya tanpa
kompromi mengandung pesan bahwa para murid dengan bebas, sukarela, dan tulus
mau mengikuti ajakan Yesus untuk meninggalkan pekerjaan “penjala ikan”, menjadi
“penjala manusia”. Menjala ikan adalah pekerjaan duniawi yang acapkali membelenggu
pribadi manusia untuk menjadi pribadi yang bebas. Pribadi yang mampu
mengaktualisasi dirinya untuk melaksanakan kehendak Allah dalam diri sesama.
Dan untuk menjadi pribadi yang bebas para nelayan yang dipanggil harus
bertransformasi menjadi penjala-penjala manusia yang handal. Empat nelayan yang
dipanggil Yesus, secara tidak langsung telah menyatakan dirinya untuk bertobat
dan kemudian mengikuti Yesus sebagai murid-Nya. Mereka tidak cukup bertahan
pada tataran menjadi penjala ikan. Ada pekerjaan lebih penting dan besar yang
sudah disiapkan oleh Yesus bagi mereka untuk “menjala manusia”’, membawa banyak
orang kembali ke dalam persekutuan dengan Allah Bapa di sorga.
Seperti kepada para murid, undangan Tuhan kepada kita juga bersifat terbuka
dan bebas. Sejatinya kita sudah dilahirkan dan ditakdirkan untuk menjadi murid
Yesus. Kemudian jati diri itu semakin dipertegas oleh sakramen pembaptisan yang
semakin mengukuhkan kita sebagai seorang murid Yesus. Namun meterai suci itu
seringkali ternoda oleh sikap atau perilaku yang menancapkan diri kita ke
jurang dosa. Hari ini, kita semua dipanggil oleh Yesus untuk bertobat dan
semakin percaya kepada Injil-Nya. Hanya dengan demikian kita semua dapat
mengalami dan merasakan nuansa Kerajaan Allah di muka dunia. Yesus secara fisik
telah tiada sejak 2000-an tahun yang lalu. Dengan percaya kepada Injil-Nya,
kita mampu menghidupkan kembali spirit Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari.
Mari kita mengambil pilihan yang bebas untuk bertobat, percaya kepada Injil
Tuhan, dan menjadi penjala manusia dalam tugas dan karya kita di tengah dunia.
Semoga. ***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar