Minggu, 10 Januari 2021

PERTOBATAN: PILIHAN YANG MEMBEBASKAN

 

Mrk 1:14-20

Seorang bapak yang saya kenal cukup baik mensyeringkan pengalaman hidup rohaninya. Pada masa-masa awal membina hubungan rumah tangga bersama istrinya, kehidupan rohaninya sangat memprihatinkan. Ia tidak pernah berdoa secara pribadi atau pun secara bersama-sama dengan anggota keluarga. Mengikuti perayaan ekaristi di gereja apalagi. Bahkan dengan logikanya, ia sempat meragukan dan mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia. Situasi hidupnya berbanding terbalik dengan kehidupan istrinya yang sangat religius. Istrinya sering mengingatkan dirinya untuk aktif dalam kehidupan rohani dan jangan melupakan Tuhan. Namun, sang bapak ini sering menanggapinya dengan sikap apatis. Kadang-kadang dengan perasaan emosional sehingga berujung terjadinya konflik antara suami dan istri.

 

Situasi mulai berubah pada waktu sang bapak dan istrinya dikaruniai seorang anak perempuan. Tiba-tiba saja, sang bapak mulai aktif mengikuti misa di gereja. Dengan kesadaran pribadi ia mulai berdoa. Tanpa paksaan dari sang istri tercinta. Sang bapak merasa heran dengan perubahan radikal yang terjadi dalam hidupnya. Tetapi dengan penuh keyakinan ia berkata bahwa perubahan yang terjadi dalam hidupnya berkat doa yang begitu tulus dari sang istri. Tuhan menjadikan istrinya sebagai alat untuk menobatkan dirinya.

 

Yesus mulai sungguh-sungguh tampil di muka publik ketika Yohanes ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara oleh raja Herodes (Mrk 1:14). Yesus menyadari bahwa sudah saatnya Ia harus muncul untuk memperkenalkan Diri dan karya keselamatan-Nya kepada segenap makhluk. Yohanes telah membuka jalan dan mempersiapkan kedatangan-Nya dengan menyerukan pertobatan kepada seluruh umat Israel. Dengan segera Yesus mempresentasikan kehadiran-Nya, sembari menguatkan kembali kata pertobatan yang telah lebih dahulu diserukan oleh Yohanes Pembaptis. “Waktunya sudah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Inji.” (Mrk 1:15)

Ada dua pernyataan menarik yang diucapkan oleh Yesus. Pertama, Kerajaan Allah sudah dekat. Kedua, bertobatlah dan percayalah kepada Injil. Kerajaan Allah sudah dekat merujuk pada kekuasaan Allah yang segera merajai hidup umat manusia. Melalui Yesus, Kerajaan Allah sungguh ditampilkan untuk membawa pertobatan dan keselamatan dalam hidup manusia. Pertobatan berasal dari kata dasar tobat. Tobat memiliki makna perubahan dalam pikiran dan sikap. Perubahan dari suatu situasi atau keadaan yang negatif/jahat menuju kepada situasi atau keadaan yang positif/baik. Pertobatan dalam diri manusia diartikan sebagai sebuah perubahan yang menghantar manusia keluar dari cengkeraman dosa menuju kepada kebebasan sebagai anak-anak terang. Terminologi anak-anak terang adalah anak-anak yang mengkuti kehendak Allah dengan sikap percaya kepada Injil. Inilah inti pewartaan yang didengungkan oleh Yesus agar umat Israel dapat memenuhi kualifikasi untuk masuk dalam kerajaan Allah. Jika tidak, maka orang tetap terkungkung dalam dosanya. Dan selamanya tidak akan mendapat keselamatan dalam kerajaan ilahi.

 

Wujud konkrit dari kampanye pertobatan ditunjukkan oleh Yesus ketika memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Ia memanggil dua bersaudara Simon dan Andreas. Kemudian Ia juga mengajak dua bersaudara lainnya yakni anak-anak Zebedeus; Yakobus dan Yohanes. Hal yang sungguh berkesan bagi saya adalah keempat orang ini tanpa banyak berbicara langsung berdiri dan pergi mengikuti Yesus. Mereka pergi meninggalkan keluarga dan kemapanan hidup yang telah mereka raih. Tidak ada rasa keragu-raguan atau pun penyelesalan yang terselip dalam diri mereka. Secara pribadi, Yesus tampak sebagai orang asing bagi keempat orang ini. Namun sepertinya profil Yesus telah menyentak dan menarik mereka untuk lebih dekat lagi dengan diri-Nya. Mungkin sebelumnya mereka telah memiliki referensi tentang sosok Yesus yang luar biasa. Mengenai perkataan dan perbuatan-Nya yang prestisius. Sehingga tanpa ragu-ragu, mereka menjatuhkan pilihan untuk mengikuti Dia. Menjadi penjala ikan itu sudah biasa. Tetapi yang menantang bagi mereka adalah menjadi penjala manusia. “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk 1:17). Penjala ikan merupakan suatu pekerjaan yang baru dan sangat asing. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa mereka mau mengikuti ajakan Yesus.

Ungkapan substansi pertobatan yang termanifestasi dalam panggilan para murid  pertama mengetengahkan dua aspek. Pertama, undangan Tuhan. Undangan Tuhan kepada empat orang nelayan untuk mengikuti Yesus bersifat sukarela. Tidak wajib. Mereka diberi pilihan bebas untuk mengatakan ya atau tidak. Kedua, jawaban para murid. Pilihan ya tanpa kompromi mengandung pesan bahwa para murid dengan bebas, sukarela, dan tulus mau mengikuti ajakan Yesus untuk meninggalkan pekerjaan “penjala ikan”, menjadi “penjala manusia”. Menjala ikan adalah pekerjaan duniawi yang acapkali membelenggu pribadi manusia untuk menjadi pribadi yang bebas. Pribadi yang mampu mengaktualisasi dirinya untuk melaksanakan kehendak Allah dalam diri sesama. Dan untuk menjadi pribadi yang bebas para nelayan yang dipanggil harus bertransformasi menjadi penjala-penjala manusia yang handal. Empat nelayan yang dipanggil Yesus, secara tidak langsung telah menyatakan dirinya untuk bertobat dan kemudian mengikuti Yesus sebagai murid-Nya. Mereka tidak cukup bertahan pada tataran menjadi penjala ikan. Ada pekerjaan lebih penting dan besar yang sudah disiapkan oleh Yesus bagi mereka untuk “menjala manusia”’, membawa banyak orang kembali ke dalam persekutuan dengan Allah Bapa di sorga.

 

Seperti kepada para murid, undangan Tuhan kepada kita juga bersifat terbuka dan bebas. Sejatinya kita sudah dilahirkan dan ditakdirkan untuk menjadi murid Yesus. Kemudian jati diri itu semakin dipertegas oleh sakramen pembaptisan yang semakin mengukuhkan kita sebagai seorang murid Yesus. Namun meterai suci itu seringkali ternoda oleh sikap atau perilaku yang menancapkan diri kita ke jurang dosa. Hari ini, kita semua dipanggil oleh Yesus untuk bertobat dan semakin percaya kepada Injil-Nya. Hanya dengan demikian kita semua dapat mengalami dan merasakan nuansa Kerajaan Allah di muka dunia. Yesus secara fisik telah tiada sejak 2000-an tahun yang lalu. Dengan percaya kepada Injil-Nya, kita mampu menghidupkan kembali spirit Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita mengambil pilihan yang bebas untuk bertobat, percaya kepada Injil Tuhan, dan menjadi penjala manusia dalam tugas dan karya kita di tengah dunia. Semoga. ***Atanasius KD Labaona***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar