Selasa, 30 November 2021

HARAPAN AKAN KESELAMATAN

Luk 15:29-37

           

Hari ini kita mengenang pesta Beato Dionisius dan Beato Redemptus. Dua orang martir Kristus yang menumpahkan darah  di tanah rencong Aceh. Beato Dionisius adalah seorang imam berkebangsawan Perancis. Ia lahir pada tanggal 12 Desember 1600. Sedangkan Beato Redemptus adala seorang bruder dari ordo Carmel, berkebangsawan Portugal. Ia lahir pada tanggal15 Maret 1598. Menurut catatan sejarah, pada tahun 1638, wakil raja Portugal di Goa, Pedro da Silva, bermaksud mengirim misi diplomatik untuk menjalin persahabatan dengan sultan Aceh. Misi ini dipimpin oleh seorang duta yang bernama  Dom Francisco Sousa de Castro. Para anggota misi terdiri dari Pater Dionisius, Bruder Redemptus, dua orang biarawan Fransiskan, dan 60 awak kapal.

 

Namun perjalanan misi ini berakhir dengan kisah tragis. Semua awak kapal, termasuk Pater Dionisius dan Bruder Redemptus ditangkap dan dipenjara oleh penduduk setempat atas perintah Sultan Aceh. Para awak kapal juga disiksa agar mereka dapat menyangkal imannya. Karena tidak tahan dengan siksaan, beberapa awak kapal membeli kebebasan dengan menyangkal iman mereka akan Yesus. Sedangkan Pater Dionisius dan Bruder Redemptus terus menguatkan iman rekan-rekan seperjalanan yang lain agar mereka tetap teguh akan iman kepada Yesus dan tidak takut menghadapi kematian. Akhirnya, sambil memohon pengampunan kepada Tuhan melalui perantara Pater Dionisus, semua awak kapal menyerahkan nyawa sebagai seorang martir Kristus yang sejati. Pater Dionisius dan Bruder Redemptus akhirnya dibeatifikasi pada tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII.

 

Dalam pekan pertama Adven ini, pikiran kita diarahkan pada satu kata kunci yaitu harapan. Harapan adalah sebuah kebajikan ilahi. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1817), mengajarkan bahwa harapan adalah kebajikan ilahi yang olehnya kita merindukan Kerajaan Sorga dan kehidupan abadi sebagai kebahagiaan kita, dengan berharap kepada janji-janji Kristus. Dan tidak mengandalkan kekuatan kita, tetapi bantuan rahmat Roh Kudus. “Marilah kita berpegang teguh kepada pengakuan tentang harapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya, setia” (Ibr 10:23). Allah telah melimpahkan Roh Kudsus kepada kita melalui Yesus Kristus, Sang Juru Selamat, supaya kita sebagai orang-orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima kehidupan abadi, sesuai dengan pengharapan kita” (Titus 3:6-7).

 

Bacaan Injil hari ini mengarahkan diri kita agar selalu memiliki harapan kepada Tuhan. Harapan itu terwujud dalam diri orang-orang yang datang kepada Yesus. Mereka membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, dan pelbagai sakit lainnya. Mereka meletakkan orang-orang sakit itu di hadapan Yesus dengan satu harapan agar dapat disembuhkan. Dan Yesus memenuhi harapan orang banyak dengan menyembuhkan orang sakit yang di bawa ke hadapan-Nya. Tidak hanya itu, Yesus juga membaca harapan lain yang terbersit dari wajah orang-orang yang mengikuti-Nya. Ia mengenyangkan rasa lapar mereka dengan menggandakan roti dan ikan yang tersedia. Banyak mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, mau menunjukkan bahwa Allah melalui Diri Yesus, sangat mengasihi umat manusia. Dan bukti kasih itu telah dibuktikan oleh Yesus sendiri dengan memenuhi segala harapan yang terpatri dalam diri manusia. Segala penyakit manusia disembuhkan dan rasa lapar “diobati” dengan limpahan makanan.

 

Harapan akan kasih Allah yang tak terbatas tidak semestinya terpenuhi secara terbatas pada hal-hal fisik seperti digambarkan di atas. Sejatinya, Allah dalam diri Yesus juga datang untuk membawa keselamatan secara total bagi hidup manusia. Ia datang untuk membebaskan kita dari pelbagai luka dan sakit kemanusiaan. Yesus datang untuk mengampuni dosa-dosa dan memampukan kita sebagai manusia biasa untuk hidup sebagai anak-anak terang. Tuhan tidak mau kita jatuh dan terpuruk. Ia datang memberi harapan agar kita mau bangkit lagi. Tuhan ingin kita dapat menjadi manusia baru. Manusia yang bisa belajar dari kegagalan hidupnya. Dan kemudian dapat menatap hari esoknya dengan lebih baik melalui perbuatan-perbuatan yang selalu terarah kepada Kehendak Tuhan.

 

Saya dan anda memang tercipta sebagai manusia biasa. Secara kodrati, napas kita ditiupkan oleh Tuhan. Namun kita memiliki akal dan kehendak bebas yang menuntun dan menuntut kita untuk berpikir dan berbuat sesuatu tanpa adanya intenversi ilahi. Dengan hal ini, kita cenderung menggunakan akal dan kehendak bebas tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Tuhan. Kita seringkali mencemari atau menodai “tubuh bait Allah kita”, dengan pikiran dan perbuatan yang tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. Kita keluar dari jalur yang benar dan mengambil jalur lain. Jalur yang tidak membawa kepada keselamatan, Karena jalur itu begerak menuju kepada ketidakselamatan. Kita lebih mempercayai kemampuan diri sendiri, daripada kemampuan Tuhan yang kita imani. Kita acapkali terseret jauh dari jalan menuju keselamatan, oleh karena sikap ego dan arogansi pribadi.

 

Harapan akan keselamatan itu tidak pernah hilang. Kita tetap memiliki harapan akan keselamatan. Seperti wajah-wajah penuh pengharapan dari orang-orang yang disembuhkan dari sakit sekaligus dikenyangkan dari rasa lapar, kita juga memiliki pengharapan yang sama. Kita memiliki pengharapan agar Tuhan menyembuhkan kecacatan pribadi yang kita miliki. Jikalau mata kita masih buta untuk melihat sesama lain yang sedang sakit, kita memiliki harapan agar mata kita kembali terbuka sehingga dapat menunjukkan kepedulian kepada mereka. Jikalau tangan dan kaki kita masih lumpuh oleh karena sikap ego dan gengsi, kita memiliki harapan agar disembuhkan. Sehingga kita lebih mudah menaruh empati dan perhatian bagi sesama. Jikalau telinga kita masih tuli untuk mendengar jeritan akan keprihatinan sosial. Kita memiliki harapan akan telinga kita menjadi sembuh. Sehingga kita lebih bersikap terbuka dan peka untuk berpartisipasi dalam pelbagai keprihatinan sosial.

Dan terutama pada masa Adven yang pertama ini, kita memiliki harapan agar Tuhan sudi mengampuni segala dosa dan kesalahan. Sehingga dengan hati yang layak dan pantas, kita dapat mempersiapkan kedatangan-Nya di masa Natal. Ingatlah bahwa kedatangan Yesus pada hari Natal hanyalah awal dari pemenuhan janji-Nya untuk menebus dan menyembuhkan manusia. Pemenuhan janji yang total akan terjadi kelak, yaitu pada saat kedatangan-Nya kembali untuk kedua kalinya, yakni akhir zaman, pada saat dimana kita akan berjumpa dengan Yesus secara langsung (I Kor 13:12). Marilah kita selalu memiliki harapan akan keselamatan di masa Adven. Amin. ***AKD***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar