YOH
21:15-19
Menjadi murid Yesus tidak sekedar
lambang untuk memperpanjang daftar keanggotaan dalam komunitas murid Yesus,
tetapi ada satu tuntutan kualitas iman yang harus dipenuhi yakni mencintai dan
mengasihi Yesus Sang Gembala Agung. Yesus tidak meminta harta atau kemegahan
dunia lainnya, Ia hanya meminta totalitas kasih kita kepada-Nya tanpa syarat.
Masa lalu yang kelam bukanlah alasan untuk mengurung niat kita mengasihi Yesus,
justru pengalaman kejatuhan itu membantu kita untuk menemukan kebenaran dalam
diri Yesus yang lebih dahulu mengasihi kita tanpa jasa apa pun dari pihak
manusia. Pengalaman ketidaksetiaan Petrus yang menyangkal Yesus sebanyak tiga
kali justru membuatnya menyesal dan bangkit kembali membangun kesetiaan
mengikuti Yesus sampai akhir yang tragis disalibkan seperti Yesus.
Betapa pentingnya peranan Petrus bagi
keberlangsungan Gereja sesudah masa hidup Yesus di dunia. Yesus hanya menunjuk
satu orang dari antara 12 Rasul. Yesus memiliki alasan kuat, supaya di antara
para rasul tidak terjadi klaim-mengklaim siapa yang lebih tinggi di antara
mereka. Kita masih ingat baik peristiwa ibu Yakobus dan Yohanes datang
menghadap Yesus meminta supaya kedua anaknya ditempatkan di sebelah kanan dan
kiri Yesus pada kerajaan sorga. Ternyata di antara para murid juga ada semacam
ambisi dan misi terselubung menjadi yang terbesar dan paling dihormati. Untuk
menghindari akses negatif itu, Yesus secara terbuka dan terang-terangan menunjuk
Petrus sebagai gembala bagi domba-domba-Nya. Sebelum melantik Petrus menjadi gembala atas domba-domba, Yesus memberi
kesempatan kepada Petrus untuk membenahi dirinya setelah tiga kali menyangkal
Yesus dengan menyatakan cintanya kepada Yesus. Ini adalah sebuah rekonsiliasi
pribadi Petrus dengan Tuhan. Mandat yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus
sebanyak tiga kali yakni “Gembalakanlah domba-dombaKu” menunjukkan
dimensi misionaris Gereja dan kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya. Figur
gembala dalam dunia kuno sebanding dengan kuasa rajawi. Dalam Kitab Suci
Perjanjian Lama, Tuhan sendiri menjadi gembala bagi umat Israel. Kuasa ini juga
ada dalam diri Yesus yang mengatakan diriNya sebagai Gembala yang baik bagi
domba-domba yang dipercayakan Bapa kepadaNya. Sekarang giliran Yesus mempercayakan
tongkat kegembalaan dan domba-dombaNya kepada Petrus.
Pertanyaan yang diajukan Yesus
sampai 3 kali kepada Petrus "apakah engkau mencintai aku lebih dari mereka
ini?" merupakan penanda bahwa pemberian tugas dan jabatan penting bagi
Petrus bukanlah tanpa syarat. Yesus ingin mendengar secara langsung (verbal)
dari mulut Petrus syarat yang dituntut dari seorang gembala, yakni CINTA akan
Yesus (Yoh 21:15-19). Tiga kali Yesus menanyakan hal yang sama dan tiga kali
pula dijawab Petrus dengan jawaban yang sama: Aku mencintai Engkau. Bahkan pada
jawaban ketiga ia sampai manangis. Bukan tanpa alasan mengapa Yesus perlu
menekankan pertanyaan yang sama itu. Seorang pemimpin yang dipilihNya sendiri
dari antara para rasul haruslah orang yang sungguh-sungguh mencintai-Nya. Yesus
bukan mengabaikan cinta rasul yang lain. Malahan Yohanes sendiri yang disebut
murid yang paling dikasihiNya tidak mendapatkan pertanyaan yang sama, begitu
juga murid yang lain. Hanya kepada Petrus yang kepadanya Ia telah menyerahkan
kunci kerajaan sorga, dan yang di atasnya Ia membangun Gereja-Nya.
Petrus memiliki peran penting dalam memimpin komunitas dengan tugas sebagai
pemimpin bagi para domba (ayat 15-17). Sebelum mempercayakan tugas kegembalaan
Gereja kepada Petrus, Ia memintanya untuk mengakui atau mengkirarkan kasihnya.
Ini adalah syarat mutlak bagi siapa saja yang mau bertugas sebagai pembimbing
rohani. Setelah tiga kali mengikrakan kasihnya kepada Kristus maka dia juga
diundang untuk mengikuti Kristus dalam jalan salib dan pemberian diri. Misi
Gereja dan setiap umat secara pribadi hendaknya selaras dengan Kristus sendiri
karena Dia adalah satu-satunya penyelamat kita.
Dialog Yesus dan Petrus dalam Injil hari ini ini menekankan tiga elemen
penting yakni misi, kemartiran dan totalitas mengikuti Kristus.
Pertama: Misi: Yesus bertanya kepada Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku lebih
dari mereka ini”. Pertanyaan ini merupakan sebuah pertanyaan tentang kasih
kepada Pribadi Kristus. Jawaban Petrus merupakan sebuah penegasan terhadap tugas
pastoralnya di dalam Gereja (ayat 15,16,17). Perikop ini juga merupakan perikop
yang mau menguatkan Petrus karena sebelumnya Ia telah menyangkal Yesus.
Penguatan Petrus menjadi gembala agung di dalam Gereja, terlepas dar pribadi
Petrus yang penuh dengan kelemahan, bukan semata-mata berdasarkan jasanya
melainkan pada pilihan dan kasih Yesus yang tak terbatas. Yesus menuntut dari
Petrus kasih yang lebih besar dari para rasul lainnya. Terhadap pertanyaan
Yesus yang pertama, Petrus berusaha menjawab pertanyaan Yesus namun dia juga
berusaha supaya tidak menyinggung perasaan para rasul lainnya. Petrus dengan
rendah hati dan penuh kesederhanaan mau membuktikan dirinya bahwa dia berubah
dan mau membaharui kasihnya terhadap Yesus. Dia menjawab: “Ya, benar
Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau!” Lalu Yesus berkata
kepadanya: “Gembalakanlah domba-dombaku!”. Penguatan kepada
Petrus untuk menggembalakan domba-domba yakni yang paling kecil membuat
Petrus menyadari bahwa tugas pastoralnya adalah diperuntukan bagi orang-orang
kecil, kaum miskin, orang berdosa, mereka yang jauh dari Tuhan. Karya dan
pelayanan Petrus adalah bukti kasihnya yang mendalam kepada Kristus dan juga
kepada semua mereka yang dilayani oleh Petrus dalam misinya.
Selanjutnya Tuhan Yesus bertanya
lagi kepada Petrus untuk kedua kalinya. Jawaban Petrus seperti
sebelumnya: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”.
Di sini Petrus menerima tugas bukan saja bagi orang-orang kecil tetapi bagi
seluruh gereja universal. Petrus menjadi pembimbing dan gembala bagi seluruh
umat beriman. Yesus bertanya lagi untuk ketiga kalinya: “Simon anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”(ayat 17a). Petrus merasa hatinya
sedih atas pertanyaan Yesus. Biar bagaimana pun juga Petrus harus tetap teguh
dengan melupakan masa lalunya yang gelap karena menyangkal Yesus sampai tiga
kali. Pada saat ini dia tiga kali mengikrakan cintanya kepada Yesus. Yang
penting di sini adalah adanya sinkronisasi akan apa yang dikatakan dan yang
dilakukan. Jawaban Petrus membuatnya semakin kuat: “Tuhan, Engkau tahu
segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau” (ayat 17b).
Tuntutan dan dorongan Yesus tentang kasih memapukan Petrus untuk menjalin
hubungan kasih sebagai seorang anak dengan Tuhan sendiri. Kepemimpinan Petrus
bisa berhasil kalau dia memulainya dengan kasih kepada Tuhan.
Yesus mengenal Petrus secara
mendalam, karena itu, Ia berani memberikan kepercayaan besar kepadanya untuk
menjadi gembala bagi domba-dombaNya. Yesus memberi kepada Petrus sifat
kegembalaanNya sendiri. Seperti Yesus, Petrus pun harus mengenal domba-domba
dengan namanya sendiri sehingga domba-domba juga mengenal suaranya. Sebagai
gembala, ia akan berjalan mendahului atau mendampingi domba-dombanya ke padang
rumput yang hijau bahkan ia sendiri mengurbankan dirinya untuk domba-dombanya.
Kedua, Kemartiran. Setelah Yesus menguatkan Petrus untuk melakukan tugas sebagai gembala, Ia
juga membuka pikiran Petrus untuk memahami tujuan akhir dari pelayanan
kegembalaannya yaitu kemartiran. Petrus juga bersaksi dengan menumpahkan
darahnya karena iman dan kasihnya pada Yesus. Cinta kasih menjadi sempurna
ketika seorang rela “menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.
Petrus juga harus memiliki kasih yang dimiliki Yesus Kristus sendiri
yakni menyerahkan diri kepada Allah secara total meskipun harus memanggul salib
penderitaan. Yesus sendiri menegaskan
masa depan Petrus dengan mengatakan: “Sesungguhnya ketika engkau masih muda
engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja
kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan
tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang
tidak kaukehendaki.” (ayat 18). Seorang gembala yang benar adalah dia yang
siap untuk menyerahkan nyawanya bagi sesama. Menyerahkan hidup bagi
sahabat-sahabat merupakan bagian dari misi seorang gembala di dalam Gereja. Tentang
tugas sebagai seorang gembala, kita ingat apa yang dikatakan Yesus dalam Sabda
Bahagia: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena
Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian
juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:10-12). Ketiga:
Ikutlah Aku, berarti mengikuti jejak Kristus. Petrus mengikuti Yesus sang
Maestro tanpa bersungut-sungut dan dengan kemurahan hati. Selanjutnya Petrus
menjadi martir, Ia juga disalibkan seperti Yesus.
Pengalaman
Petrus membantu kita memahami rencana Yesus bagi GerejaNya. Ia mengenal
masing-masing pribadi, memilih dan menentukan mereka menjadi pemimpin
GerejaNya. Dari sebelas rasul, Ia memilih Petrus dengan segala kelebihan dan
kekurangannya untuk menjadi gembala bagi domba-dombaNya. Orang yang menyangkal
Yesus sebanyak tiga kali telah dibantu Yesus untuk mengenal dirinya dan berubah
total dengan menyatakan kasihnya kepada Yesus. Ia bahkan mengikuti Yesus dan
mengasihiNya sampai tuntas. Perikop yang kita renungkan hari ini memiliki
dampak tersendiri bagi kita terutama dengan para pemimpin di dalam Gereja:
Paus, Uskup dan Imam. Para pilihan Allah ini adalah Petrus yang lain! Mereka
juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Mereka juga berkali-kali menyangkal
Yesus, bukan hanya tiga kali seperti Petrus tetapi Tuhan menguduskan mereka
menjadi gembala di dalam Gereja. Pilihan hidup dan panggilan seperti ini
tidaklah muda. Ibarat harta terpendam dalam bejana tanah liat. Mereka telah
memilih untuk mengasihi Yesus lebih dari yang lain dengan menghayati
nasihat-nasihat injili dan juga tahbisan suci, itulah kemartiran mereka. Oleh
karena itu kita diajak untuk mendukung mereka dalam doa, memberikan fraternal correction/koreksi
persaudaran, memperhatikan kesejahteran hidup mereka karena hidup mereka dibaktikan
untuk kita sebagai Gereja Umat Allah. Perikop ini juga mengundang kita untuk
berefleksi sebagai murid-murid Yesus karena imamat umum yang kita terima lewat
pembaptisan. Kita juga dipanggil sebagai gembala bagi saudara-saudari di dalam
keluarga, komunitas dan tempat tugas kita masing-masing. Pertanyaan reflektif
bagi kita masing-masing: Apakah anda sudah mengasihi Yesus secara total dalam
diri sesama baik kepada mereka yang miskin papa, sakit dan yang sedang ditimpah
musibah lainnya? Mari kita berbenah diri untuk menemukan kasih sejati dalam
diri Yesus agar kita total berdedikasi dan melayani sesama dengan tulus hati. ***bw***