KASIH ALLAH MELAMPAUI HUKUM MANUSIA (Mrk 3: 1 – 6)
Ada satu
pengalaman nyata yang saya alami secara langsung ketika saya bersama keluarga
kecil masih berdomisili di Desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan. Istri saya
seorang perawat sehingga kami diperkenankan tinggal di dalam kompleks
puskesmas. Saking dekatnya rumah tempat kami tinggal dengan area puskesmas
sehingga menyebabkan lalu lintas atau pergerakan para pasien yang masuk dan
keluar area puskesmas Hadakewa dapat terpantau dengan baik. Pada suatu ketika,
suasana saat itu sudah masuk liburan Natal, walaupun baru hari pertama. Praktis
situasi pelayanan dalam kantor puskesmas tidak sibuk sebagaimana biasanya.
Hanya tersisa dua orang perawat jaga yang mendapat giliran untuk tetap stand by mengantisipasi pasien yang
datang untuk meminta pelayanan kesehatan. Banyak ruangan pelayanan yang lengang
karena kebanyakan petugas kesehatan sudah pulang berlibur di kampung halamannya
masing-masing. Saya bersama keluarga juga sementara bersiap-siap untuk pulang
kampung. Tiba-tiba, muncul satu mobil pick up yang membawa satu pasien dan
rombongan keluarganya. Mereka langsung menuju pelataran puskesmas dan memarkir
mobil di sana. Kami yang bersiap berlibur tidak kuatir karena ada petugas yang
sudah siap sedia menerima pasien yang datang. Tak disangka, ada beberapa orang
keluarga pasien mendatangi tempat kami sambil mengeluh karena tidak petugas
yang sedang berjaga.
Dalam situasi
demikian, kami mengalami perasaan yang campur aduk. Sang istri mulai
marah-marah kepada para petugas jaga yang kabur dan tidak bertanggung jawab
dengan tugas yang diberikan. Saya hanya diam, tetapi jujur isi pikiran dan hati
saya sudah ada di tempat liburan. Pikiran kami sangat dilematis. Mau jalan saja
tanpa peduli, tetapi kasihan dengan keluarga pasien yang sedang menunggu. Mau
tinggal untuk melayani tetapi semua persiapan untuk berangkat sudah 100 %.
Akhirnya setelah berunding sejenak, kami pun memutuskan untuk tidak berangkat
hari itu. sang istri pun harus berjiwa besar untuk pergi ke puskesmas melayani
para pasien, walaupun bukan merupakan tugasnya saat itu. Pengalaman kecil ini
yang sampai dengan detik ini masih terpatri erat dalam jiwa saya. Pengalaman
ini sungguh telah memberi pembelajaran penuh makna bahwa nilai kasih yang
membawa keselamatan manusia itu lebih penting dari segala aturan, hukum atau
batasan-batasan yang dibuat oleh manusia di muka bumi ini.
Bacaan
hari ini sebenarnya masih berhubungan dengan bacaan sebelumnya yang berkisah
tentang murid-murid yang memetik gandum pada hari sabat. Bacaan hari ini
berkisah tentang
Yesus yang menyembuhkan orang pada hari Sabat. Esensi kedua
bacaan ini sama yakni melakukan pekerjaan pada hari Sabat, yang sebenarnya
sangat dilarang menurut hukum agama Yahudi. Kaum Farisi, sebagai satu kelompok
penjaga aturan dan tradisi agama Yahudi terus mengikuti Yesus dan para
murid-Nya. Mereka terus mengamat-amati dan mencari kesalahan apa yang dibuat
Yesus pada hari Sabat. Dalam bacaan hari ini, Yesus masuk ke dalam rumah ibadat
dan mendapati salah seorang yang mati sebelah tangannya. Yesus rupanya sudah
tahu kalau ia sementara diikuti oleh para lawan-Nya. Ia tidak langsung
menyembuhkan si sakit. Ia menyuruhnya untuk berdiri di tengah. Sebenarnya Yesus
sedang memperlihatkan kepada semua orang yang hadir dalam rumah ibadat itu,
termasuk kaum Farisi, bahwa ada orang sakit yang sangat membutuhkan
pertolongan. Yesus mau semua orang melihat si sakit itu. Bahwa si sakit itu
benar-benar mati sebelah tangannya. Yesus mengharapkan mereka tidak hanya
melihat dengan mata tetapi harus juga merasakan dengan hati. Yesus mau semua orang
tergugah dan tergerak mata batinnya untuk menolong orang yang sedang sakit itu.
Kemudian
Yesus mengatakan: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik
atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Orang-orang
yang ada dalam rumah ibadat itu tidak merespon pertanyaan yang diajukan oleh
Yesus. Sikap diam yang mereka tunjukkan menggambarkan kedegilan hati mereka.
Kedegilan itu sama dengan sikap bandel, keras hati, tidak mau mendengarkan
orang lain. Hati mereka sudah menjadi degil sehingga mereka tidak bisa memahami
apa yang dikatakan oleh Yesus. Sekedar memahami pernyataan Yesus saja tidak
bisa apalagi tergerak untuk melaksanakannya. Pada akhirnya, Yesus menyembuhkan
orang yang mati sebelah tangannya itu. Orang-orang Farisi semakin mendapat
banyak bukti untuk menjerat Yesus. Mereka kemudian keluar dan bersekongkol
dengan orang-orang Herodian. Orang-orang Herodian ini adalah kelompok para
loyalis atau orang-orang Yahudi yang sangat setia kepada dinasti Herodes dan
keluarganya.
Perbuatan
Yesus yang menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya mau menekankan nilai
keselamatan manusia lebih penting dari segala aturan atau hukum Taurat. Yesus
tidak sementara menegasikan atau menghilangkan hukum taurat yang melarang orang
bekerja pada hari Sabat. Yesus sungguh mengakui aturan dan adat istiadat yang
berlaku dalam agamanya. Buktinya ia selalu pergi ke rumah ibadat untuk berdoa.
Tetapi untuk keselamatan manusia, bagi Yesus tidak ada tawar menawar. Hukum
kasih kepada sesama manusia jauh lebih penting dan utama di atas segala jenis
hukum dan aturan yang dibuat manusia.
Refleksi bacaan hari ini sungguh
menggugah saya secara pribadi dan semoga menggugah juga kita semua yang ada di
tempat ini. Semoga kita tidak hanya digugah tetapi juga digugat. Kita semua
digugat dengan memutar kembali rekaman jejak pengamalan hidup kita. Apakah kita
semua selalu ada waktu untuk berbuat kasih kepada orang lain. Atau apakah kita
masih sering dibatasi oleh aturan-aturan atau sengaja membatasi diri dengan
pelbagai alasan untuk menghindari perbuatan kasih kepada orang lain. Semoga
kita semakin digugah bahwa kasih Allah kepada sesama manusia jauh lebih penting
dari segala aturan dan hukum yang dibuat oleh manusia. Kasih kita kepada
keselamatan manusia adalah prioritas pertama. Semoga kita mampu melaksanakannya
dalam hidup kita sehari-hari. Tuhan memberkati. Amin.
MATERI PENYIARAN DI RUMAH SAKIT BUKIT LEWOLEBA
Lewoleba, Rabu, 22 Januari 2020
Oleh Atanasius KD Labaona