Luk 6:6-11
Hari ini kita memperingati Santa Teresa dari
Kalkuta. Santa Teresa dari Kalkuta adalah seorang kudus di abad modern ini.
Selama lebih dari 45 tahun, ia berkarya di India, melayani mereka yang miskin,
sakit, yatim piatu, dan sekarat, sambil membimbing ekspansi Konggregasi
Misionaris Cinta Kasih dari India ke seluruh dunia. Konggerasi yang
didirikannya terus berkembang. Dan pada akhir hidupnya, Santa Teresa telah menjalankan
berbagai karya amal seperti panti jompo, rumah penampungan bagi para penderita
HIV/AIDS, lepra dan TBC, program konseling untuk anak dan keluarga, panti
asuhan, dan sekolah. Santa Teresa lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di Skopje,
Makedonia Utara dan meninggal pada tanggal 5 September 1997 d Kalkuta, India,
dalam usia 87 tahun.
Pada hari ini, penginjil Lukas
membentangkan sebuah kisah mukjizat yang dilakukan oleh Yesus di dalam rumah
ibadat. Mukjizat itu adalah penyembuhan seseorang yang mati sebelah tangannya.
Menarik karena aksi fenomenal demikian dilakukan pada hari sabat. Sebuah hari
suci yang melarang segala aktivitas atau pekerjaan manusia, termasuk
menyembuhkan orang sakit. Barangsiapa melanggarnya maka akan dicap sebagai
pendosa. Tentu juga ada konsekuensi hukum yang harus diterima bagi setiap
pelanggarnya.
Tetapi tidak bagi Yesus. Yesus
melihat aturan atau hukum yang berlaku pada hari sabat tidak mencerminkan
keberpihakan bagi orang yang sedang menderita sakit. Memang segala jenis aturan
atau hukum yang berlaku penting dalam menata kehidupan manusia. Termasuk juga
hakikat aturan agama sebagai pedoman atau kompas untuk menumbuhkembangkan iman
umat. Namun mendewakan aturan atau hukum agama sembari mengabaikan keselamatan
bagi jiwa dan raga manusia, tentu menjadi hal yang sangat naif. Tidak bisa
diterima oleh logika atau akal sehat. Bagi Yesus, aturan atau hukum agama pada
hari sabat yang membredel atau menghalangi keselamatan bagi manusia sangat
bertentangan dengan spirit dari hukum agama itu sendiri.
Spirit dari hukum Taurat
sesungguhnya adalah spirit kasih. Namun para pemimpin agama memperlakukan
aturan atau hukum agama tidak sesuai dengan spirit kasih yang dikumandangkan
oleh Allah. Aturan atau hukum agama hanya dilihat sebatas seperangkat aturan
legal formal. Tidak lebih dari itu. Bahkan lebih fatal lagi, aturan dan hukum
agama dipakai untuk mencari keuntungan ekonomi dan sosial bagi elit agama.
Secara khusus aturan atau hukum yang berlaku pada hari Sabat, dipandang oleh
Yesus bertentangan dengan spirit kasih yang dibawa-Nya. Oleh karena itu, dengan
sikap tegas dan lugas, Yesus menyembuhkan seseorang yang mati sebelah tangannya
pada hari Sabat. Apa yang dilakukan oleh Yesus menjadi tanda bahwa spirit kasih
Allah melampaui segala aturan atau hukum yang dibuat oleh manusia.
Yesus tidak peduli dengan reaksi
negatif dari para pemimpin agama. Bagi-Nya, yang terpenting adalah memberi
pemahaman bagi public tentang spirit kasih yang terdapat dalam setiap aturan
atau hukum agama. Dan tidak sekedar bicara. Yesus memberi bukti spirit kasih Allah
dengan tindakan yang membawa kesembuhan dan keselamatan bagi semua orang. Aksi
Yesus memang di satu sisi membawa dampak yang negatif dalam kehidupan-Nya.
Karena Ia sementara menabuh genderang perang dengan orang-orang yang tidak
menyukai-Nya. Namun di sisi lain, aksi Yesus berhasil memikat sebagian orang
untuk percaya dan menjadi pengikut-Nya.
Aksi mukjizat penyembuhan oleh Yesus
yang melampaui aturan hari Sabat memberi inspirasi atau pembelajaran yang
penting dalam kehidupan iman kita. Bahwa dalam menjalani panggilan hidup kita
sebagai orang beriman di dalam keragaman tugas, fungsi dan karya, hendaknya
tidak dibatasi oleh sekat-sekat atau penghalang. Kita tidak dibatasi oleh rasa
ego, gengsi, status, identitas keagamaan atau suku. Kita harus melepaskan diri
dari aneka penghalang untuk berani memberi diri, mewartakan spirit kasih Tuhan
kepada setiap orang yang kita layani. Harus kita akui bahwa pasti ada tantangan
yang menyertai jalan kebaikan yang diretas. Mungkin saja ada orang yang tidak
menyukai kemudian bersikap sentimen. Ada saja hal tidak baik yang dilakukan
untuk menjegal atau menghalangi niat dan komitmen baik yang kita lakukan.
Seperti Yesus, kita tidak perlu takut. Kita berada di pihak yang benar dan
dibenarkan oleh Tuhan. Kita memiliki Tuhan sehingga kita tidak perlu takut.
Santa
Teresa dari Kalkuta adalah seorang abdi Allah yang setia. Banyak orang yang
memusuhinya, termasuk para rekan sejawatnya, karena melihat pelbagai aksi
kemanusiaan yang ditunjukkannya. Apa yang dilakukan oleh Santa Teresa jauh
melampaui sekat-sekat yang menjadi penghalang. Spirit kasihnya melampaui sekat agama, suku dan ras. Ia
meninggalkan rasa ego dan gengsinya demi melayani orang-orang kecil, sakit, dan
miskin di negara India. Kita mungkin tidak bisa melakukan hal-hal besar seperti
Santa Teresa dari Kalkuta. Akan tetapi, ada banyak hal kecil dan sederhana yang
bisa kita tunjukkan untuk mewartakan spirit kasih Tuhan dalam hidup. Sekecil
apa pun hal yang kita lakukan, tentu sangat bermanfaat bagi orang lain yang merasakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar