Rabu, 26 Januari 2022

Jangan Takut Berbuat Baik dan Benar

Mrk 4:1-20

 

Suatu hari, ada anak seorang lelaki miskin, penjual asongan dari pintu ke pintu, tidak memiliki uang untuk membeli makanan dan minuman. Dia sangat lelah dan lapar. Akhirnya dia memutuskan untuk meminta makanan di rumah berikutnya. Akan tetapi, anak tersebut kehilangan keberanian. Pada saat yang hampir bersamaan, seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan. Dia hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat dan berpikir bahwa anak laki-laki itu pasti lapar. Oleh karena itu dia membawakan segelas susu. Dan anak lelaki tersebut meminumnya dengan perlahan. Kemudian dia bertanya: “Berapa aku harus membayar untuk segelas susu ini?” Wanita itu menjawab: “Kamu tidak perlu bayar apa pun. Agama saya mengajarkan untuk jangan menerima bayaran untuk sebuah kebaikan”. Kemudian anak laki-laki itu menghabiskan susunya. Ia berkata: “Terima kasih atas kebaikan ibu. Semoga Allah membalas kebaikan yang tulus ini dengan berlipat ganda”. “Sama-sama. Kita saling mendoakan. Kamu juga harus jadi orang sukses”, wanita itu menimpali.

Sekian tahun berlalu ternyata wanita baik tersebut mengalami sakit jantung yang serius. Para dokter ahli di kotanya sudah tidak sanggup menangani penyakitnya. Akhirnya, wanita itu dirujuk ke Jakarta untuk bisa ditangani oleh dokter ahli spesialis jantung yang lebih berpengalaman. Singkat cerita, sang dokter ahli spesialis jantung dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Ketika membaca profil wanita yang menjadi pasiennya, sontak dokter itu sedikit kaget. Rupanya wanita itu sekampung dengannya. Terbersit dalam pikirannya, bayangan seorang wanita mulia yang pernah menolongnya. Segera beliau bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit menuju kamar rawat wanita itu.Dengan berpakaian jubah kedokteran, dia menemui wanita itu. Akhirnya, sang dokter pun langsung mengenali wanita itu dengan sekali pandang. Sejak hari itu, dia selalu memberikan perhatian khusus untuk wanita tersebut. Setelah melalui proses perjuangan yang panjang, akhirnya penyakit wanita itu dapat diatasi. Wanita itu pun dinyatakan sembuh dari penyakitnya.

 

Kemudian, sang dokter ahli meminta bagian administrasi rumah sakit agar mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan wanita itu kepadanya. Dokter melihat biaya tagihan dan menulis sesuatu pada pojok di atas lembaran tagihan tersebut. Lalu dia mengirimkannya ke kamar pasien wanita itu. Saat menerima resep tagihan, sang wanita sangat gelisah. Ia kuatir tidak bisa membayar biaya yang tercantum di dalamnya, sekali pun harus dicicil seumur hidup. Namun dia memberanikan diri untuk membuka tagihan itu. Ternyata pada pojok atas lembar tagihan itu ada tertera tulisan “Telah Dibayar Lunas Dengan Segelas Susu. Tertanda Dokter Spesialis Jantung”. Air mata kebahagiaan menbanjiri mata wanita itu. Anda tahu siapa dokter spesialis jantung itu? Dia adalah anak penjual asongan yang pernah diberi segelas susu oleh sang wanita.

 

Bacaan Injil hari ini (Luk 10:1-9) membentangkan kisah penunjukkan 70 murid oleh Yesus. Mereka akan disebarkan ke daerah-daerah misi untuk mewartakan Sabda Tuhan. Hal yang menjadi perhatian adalah sebelum pergi untuk menjalani misi perutusan, mereka diberi semacam pembekalan atau penguatan khusus. Yesus mewanti-wanti para murid tentang situasi atau keadaan daerah misi.Yesus menggambarkan kehadiran mereka di daerah misi ibarat domba-domba yang dikirim ke tengah-tengah serigala. Para murid rupanya sementara ditantang oleh Yesus bahwa misi yang akan mereka jalani ini sangat berbahaya. Nyawa menjadi taruhan. Mereka harus siap dimangsa oleh serigala yang sedang siap menanti. Ada banyak tantangan, kesulitan, dan hambatan yang akan menerpa diri mereka. Mereka siap dihina, dicemooh, dikejar, dianiaya, dan dibunuh.

 

Para murid juga diingatkan oleh Yesus untuk tidak membawa pundi-pundi, bekal, atau kasut, dan jangan memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Ini yang aneh dan tidak masuk akal menurut kita. Sebenarnya, Yesus sedang menekankan pentingnya nilai kesehajaan atau kesederhanaan hidup. Para murid harus membebaskan diri dari keterikatan dengan hal-hal yang bersifat materi. Sehingga apa yang menjadi fokus dari misi mereka tetap terjaga. Mereka tidak boleh diganggu atau disibukkan dengan hal-hal materi yang pada gilirannya dapat menghilangkan konsentrasi akan tujuan perjalanan. Memang di satu sisi materi itu penting dalam kehidupan, namun tidak menjadi fokus dan lokus bagi seseorang yang mau mengikuti Yesus. Berkenaan dengan arahan untuk tidak memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan, kita semua tentu berkeberatan. Masa, saya tidak boleh menegur atau sekedar bercengkerama dengan orang yang saya temui. Bagaimana kalau nanti saya tersesat. Pasti saya membutuhkan orang-orang yang saya temui untuk bertanya kepada mereka. Saya kira, kita tidak boleh menafsir secara lurus apa yang dikatakan oleh Yesus dalam firman-Nya. Butuh kedalaman jiwa untuk menganalisa subtansi utama yang dimaksud oleh Yesus. Esensi menegur atau menyapa orang dalam perjalanan sebenarnya tidak hilang. Para murid tentu boleh bertegur sapa dengan siapa saja dalam perjalanan. Asalkan tidak mengganggu atau bahkan membelokkan misi utama yang menjadi tujuan. Bisa saja dalam percakapan, para murid dipengaruhi oleh orang lain untuk tidak boleh pergi bermisi. Apalagi kalau isi pengaruhnya ditambahkan juga dengan tawaran materi. Hal-hal sepele inilah yang diantisipasi oleh Yesus supaya para murid tidak terjebak dan terkubur di dalamnya.

 

Dari hal-hal yang digambarkan di atas, menjadi nyata kepada kita bahwa sebenarnya ada dua jenis tantangan yang seharusnya kita waspadai sebagai seorang murid Yesus. Pertama, tantangan yang datang dari luar diri. Misalnya kita mendapat bully, hinaan, ancaman, siksaan, atau bahkan nyawa menjadi taruhan ketika hendak memperjuangkan sebuah kebenaran atau kebaikan. Kedua, tantangan yang datang dari dalam diri sendiri. Ini lebih kepada soal integritas atau bagaimana menjaga ketahanan diri dari pelbagai situasi, godaan atau tawaran yang memberi kenyamanan dan kenikmatan. Saya berkeyakinan bahwa tantangan dari dalam diri ini, memiliki daya kejut yang lebih besar. Banyak dari kita yang acapkali terseret oleh arusnya. Dan banyak orang Katolik seringkali menggadaikan agama dan ajaran imannya demi memiliki kenyamanan, kekayaan, dan kenikmatan dalam hidupnya. Banyak umat Katolik tidak kuat menolak atau menerima dengan sukacita ketika diberi uang, barang, jabatan, kuasa, dan prestise diri. Imbasnya, mereka harus rela menanggalkan spirit kebenaran dan kebaikan yang mestinya diperjuangan dan terus dikobarkan dalam hidup.

 

Tuhan Yesus telah memberi pengajaran yang sangat bernilai pada hari ini. Kita senantiasa diingatkan oleh Yesus bahwa mengikuti Diri-Nya itu tidak gampang. Ada banyak tantangan, hambatan, dan kesulitan hidup yang harus kita lewati. Jatuh itu pengalaman yang biasa. Yang menjadi luar biasa adalah ketika kita bangkit untuk mulai memperbaiki diri dan menjadi lebih baik dan benar. Kita tidak perlu takut mewartakan kebaikan dan kebenaran dalam hidup. Karena kita selalu yakin, kebaikan dan kebenaran itu selalu membimbing dan menguatkan iman kita kepada Dia, Sang Tuhan, Pemberi kehidupan umat manusia. Amin. ***AKD***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar