Kamis, 20 Januari 2022

Setia Dalam Jalan Tuhan

Luk 10:1-9

           

Hari ini kita merayakan pesta Santo Lukas, sang penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Santo Lukas berasal dari kota Antokhia. Antokhia modern dikenal dengan nama Antakhya. Sebuah kota di negara Turki yang terletak di daerah perbatasan antara negara Turki dan Suria. Di tempat inilah, untuk pertama kalinya para pengikut Yesus dikenal dengan nama Kristen. Antokhia juga menjadi titik awal penyebaran ajaran Kristus oleh sekelompok orang yang menamakan diri sebagai jemaat Kristen. Gerakan kristenisasi yang terbuka dan massif di kota Antokhia ternyata tidak sekedar mengundang simpati. Karena terbukti begitu banyak orang yang menyatakan diri untuk bergabung menjadi jemaat Kristen (sebutan untuk para pengikut Kristus). Salah satu di antara orang tersebut adalah Lukanoz, atau lazim dikenal dengan Lukas.

 

Lukas adalah seorang tabib yang terkenal di kota Antokhia. Setelah menjadi Kristen, ia bergabung dengan Paulus. Lukas menjadi kawan seperjalanan Paulus untuk bermisi ke daerah Makedonia, Yerusalem dan Roma. Di kota Yerusalem, Paulus sempat ditahan oleh otoritas setempat selama dua tahun. Dan Lukas dengan setia mengunjungi Paulus yang berada di dalam penjara. Tentu saja bukan sekedar kunjungan biasa. Melainkan kunjungan yang melahirkan banyak inspirasi bagi Lukas untuk menulis teks Injil dan Kisah Para Rasul. Lukas banyak mendengar informasi, syering, pengetahuan, dan banyak kisah lainnya dari Paulus. Ia dengan rajin dan teliti mengumpulkan banyak bahan sebagai rujukan yang sangat penting untuk menulis dua kitabnya.

 

Lukas adalah seorang intelektual yang cerdas. Hal ini terbukti dari caranya meramu bahasa tulisan yang yang halus dan sangat menyentuh. Pandangannya sangat dipengaruhi oleh ajaran Paulus. Sebagaimana Paulus, ia juga menekankan bahwa keselamatan Allah ditujukan kepada semua bangsa. Tidak hanya kepada umat Israel saja. ia menaruh perhatian khusus kepada orang-orang miskin dan hina dina. Ia suka menunjukkan sikap belaskasih dan pengampunan dari Allah kepada manusia. Injil Lukas disebut juga dengan Injil Kerahiman Allah atau Injil Cinta Allah. Gelar itu disematkan dengan pendasaran bahwa fokus Injil Lukas ditujukan kepada orang-orang miskin, kaum yang dimarginalisasi dalam masyarakat, serta para pendosa. Penginjil Lukas dilambangkan dengan binatang lembu. Karena ia memulai kisah Injilnya dengan menulis kisah tentang imam Zakharia yang membawa persembahan dalam Bait Allah. Lukas meninggal dalam usia 84 tahun sebagai seorang martir.

 

Lukas merupakan satu-satunya penginjil yang menulis tentang kisah perutusan kedua Yesus atas tujuh puluh murid. Misi ini merupakan misi lanjutan. Setelah misi perutusan pertama yang dilakukan oleh dua belas murid. Sepertinya Lukas ingin memberikan makna khusus atas kegiatan missioner Gereja sesudah kenaikan Yesus. Menurut ajaran para rabi, ada tujuh puluh bangsa di dunia. Para murid harus mendahului Dia (Yesus). Mereka tidak mewartakan diri atau ajaran mereka sendiri, melainkan harus mempersiapkan jalan bagi Yesus. Ini adalah tugas terus-menerus dari para pewarta Kristen. Para misionaris diutus berdua-berdua supaya dapat memberikan kesaksian, yang dapat dianggap sebagai kesaksian resmi mengenai Yesus dan Kerajaan Allah. Yesus mendesak untuk berdoa agar lebih banyak pekerja dalam panenan. Tuhan panenan memperhatikan perkembangannya. Ia telah menjawab kebutuhan yang sedikit tergantung pada keterlibatan aktif dari mereka yang diutus dalam misi ini.

 

Yang menarik dari kisah Injil Lukas hari ini adalah gambaran situasi sulit yang akan dialami para murid. Dengan gambling, Yesus mengatakan bahwa para murid diutus seperti anak domba yang datang ke tengah-tengah serigala. Para murid akan mengalami hambatan dan tantangan yang tidak kecil. Kemungkinan mereka akan ditolak, dihina, atau dicemooh. Bahkan bisa saja nyawa mereka menjadi taruhan. Tantangan yang akan dihadapi oleh para murid di daerah misi seakan berlipat ganda dengan adanya ultimatum dari Yesus. Yesus mengingatkan mereka agar tidak membawa pundi-pundi, bekal, atau kasut. Mereka juga dilarang memberi salam kepada orang yang ditemui dalam perjalanan. Ini sangat aneh dan tidak masuk akal. Namun jika kita merefleksikannya lebih dalam, tentu ada makna atau pesan di baliknya.

 

Yesus menghendaki agar para murid tetap fokus pada misi mulia yang sementara diemban. Mereka tidak boleh memikirkan dan menjadi terikat dengan segala kebutuhan, fasilitas atau pun keperluan selama bermisi. Mereka hanya fokus mewartakan kabar gembira. Selebihnya, Tuhan yang akan mengurusnya. Melalui kedermawanan orang-orang yang mereka singgahi, Tuhan akan melakukan intervensi-Nya. Mereka akan mendapatkan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan fasilitas lainnya, dari kebaikan orang-orang yang percaya akan Yesus Kristus. Sekali lagi, poin penting yang ditekankan Yesus adalah tetap fokus dalam jalan misi pewartaan kabar gembira. Para murid tidak boleh merasa terbebani atau terikat dengan barang-barang duniawi. Mereka juga tidak boleh takut dengan tantangan yang mengancam keselamatan pribadi. Karena Tuhan pasti akan bekerja dengan cara-Nya untuk melindungi mereka.

 

Situasi sulit yang digambarkan oleh Yesus tidak saja dialami oleh para murid kala itu. Sebenarnya kita juga sebagai para murid di zaman ini, sementara dihadapkan dengan pelbagai tantangan dan hambatan. Entah itu hambatan atau tantangan dari luar, maupun tantangan yang datang dari dalam diri kita sendiri. Hambatan dari luar bisa saja ada tekanan, intimidasi atau pressure untuk meninggalkan keyakinan iman. Bisa juga berupa tawaran ekonomi, pekerjaan, kekayaan, kuasa dan jabatan. Hambatan dari dalam terkait dengan integritas pribadi. Misalnya kita mulai bersikap tidak setia dan mementingkan ego pribadi. Oleh karena itu, Yesus mengingatkan agar kita tetap fokus dan setia pada jalan-Nya. Harta, kekayaan, jabatan, dan kuasa itu memang penting dalam situasi riil kehidupan. Namun kita tidak boleh menjadikannya sebagai fokus dan tujuan dalam kehidupan. Kita harus fokus dalam jalan Tuhan dengan tetap bersikap setia kepada Diri-Nya. Setia tidak hanya dalam mempertahankan identitas keyakinan. Atau berani melawan segala kesesatan dan kelaliman. Namun yang tidak kalah penting adalah kita tetap mewartakan kabar gembira melalui panggilan tugas, pekerjaan, kapasitas, kapabilitas dan karya kita di dunia. Semoga. ***AKD***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar