Luk
10:1-9
Hari ini
kita merayakan pesta Santo Lukas, sang penulis Injil Lukas dan Kisah Para
Rasul. Santo Lukas berasal dari kota Antokhia. Antokhia modern dikenal dengan
nama Antakhya. Sebuah kota di negara Turki yang terletak di daerah perbatasan
antara negara Turki dan Suria. Di tempat inilah, untuk pertama kalinya para
pengikut Yesus dikenal dengan nama Kristen. Antokhia juga menjadi titik awal
penyebaran ajaran Kristus oleh sekelompok orang yang menamakan diri sebagai jemaat
Kristen. Gerakan kristenisasi yang terbuka dan massif di kota Antokhia ternyata
tidak sekedar mengundang simpati. Karena terbukti begitu banyak orang yang
menyatakan diri untuk bergabung menjadi jemaat Kristen (sebutan untuk para
pengikut Kristus). Salah satu di antara orang tersebut adalah Lukanoz, atau
lazim dikenal dengan Lukas.
Lukas
adalah seorang tabib yang terkenal di kota Antokhia. Setelah menjadi Kristen,
ia bergabung dengan Paulus. Lukas menjadi kawan seperjalanan Paulus untuk
bermisi ke daerah Makedonia, Yerusalem dan Roma. Di kota Yerusalem, Paulus
sempat ditahan oleh otoritas setempat selama dua tahun. Dan Lukas dengan setia
mengunjungi Paulus yang berada di dalam penjara. Tentu saja bukan sekedar
kunjungan biasa. Melainkan kunjungan yang melahirkan banyak inspirasi bagi
Lukas untuk menulis teks Injil dan Kisah Para Rasul. Lukas banyak mendengar
informasi, syering, pengetahuan, dan banyak kisah lainnya dari Paulus. Ia
dengan rajin dan teliti mengumpulkan banyak bahan sebagai rujukan yang sangat
penting untuk menulis dua kitabnya.
Lukas
adalah seorang intelektual yang cerdas. Hal ini terbukti dari caranya meramu
bahasa tulisan yang yang halus dan sangat menyentuh. Pandangannya sangat
dipengaruhi oleh ajaran Paulus. Sebagaimana Paulus, ia juga menekankan bahwa
keselamatan Allah ditujukan kepada semua bangsa. Tidak hanya kepada umat Israel
saja. ia menaruh perhatian khusus kepada orang-orang miskin dan hina dina. Ia
suka menunjukkan sikap belaskasih dan pengampunan dari Allah kepada manusia.
Injil Lukas disebut juga dengan Injil Kerahiman Allah atau Injil Cinta Allah.
Gelar itu disematkan dengan pendasaran bahwa fokus Injil Lukas ditujukan kepada
orang-orang miskin, kaum yang dimarginalisasi dalam masyarakat, serta para
pendosa. Penginjil Lukas dilambangkan dengan binatang lembu. Karena ia memulai
kisah Injilnya dengan menulis kisah tentang imam Zakharia yang membawa
persembahan dalam Bait Allah. Lukas meninggal dalam usia 84 tahun sebagai
seorang martir.
Lukas
merupakan satu-satunya penginjil yang menulis tentang kisah perutusan kedua
Yesus atas tujuh puluh murid. Misi ini merupakan misi lanjutan. Setelah misi
perutusan pertama yang dilakukan oleh dua belas murid. Sepertinya Lukas ingin
memberikan makna khusus atas kegiatan missioner Gereja sesudah kenaikan Yesus.
Menurut ajaran para rabi, ada tujuh puluh bangsa di dunia. Para murid harus
mendahului Dia (Yesus). Mereka tidak mewartakan diri atau ajaran mereka
sendiri, melainkan harus mempersiapkan jalan bagi Yesus. Ini adalah tugas
terus-menerus dari para pewarta Kristen. Para misionaris diutus berdua-berdua
supaya dapat memberikan kesaksian, yang dapat dianggap sebagai kesaksian resmi
mengenai Yesus dan Kerajaan Allah. Yesus mendesak untuk berdoa agar lebih
banyak pekerja dalam panenan. Tuhan panenan memperhatikan perkembangannya. Ia
telah menjawab kebutuhan yang sedikit tergantung pada keterlibatan aktif dari
mereka yang diutus dalam misi ini.
Yang
menarik dari kisah Injil Lukas hari ini adalah gambaran situasi sulit yang akan
dialami para murid. Dengan gambling, Yesus mengatakan bahwa para murid diutus
seperti anak domba yang datang ke tengah-tengah serigala. Para murid akan
mengalami hambatan dan tantangan yang tidak kecil. Kemungkinan mereka akan
ditolak, dihina, atau dicemooh. Bahkan bisa saja nyawa mereka menjadi taruhan.
Tantangan yang akan dihadapi oleh para murid di daerah misi seakan berlipat
ganda dengan adanya ultimatum dari Yesus. Yesus mengingatkan mereka agar tidak
membawa pundi-pundi, bekal, atau kasut. Mereka juga dilarang memberi salam
kepada orang yang ditemui dalam perjalanan. Ini sangat aneh dan tidak masuk
akal. Namun jika kita merefleksikannya lebih dalam, tentu ada makna atau pesan
di baliknya.
Yesus
menghendaki agar para murid tetap fokus pada misi mulia yang sementara diemban.
Mereka tidak boleh memikirkan dan menjadi terikat dengan segala kebutuhan,
fasilitas atau pun keperluan selama bermisi. Mereka hanya fokus mewartakan
kabar gembira. Selebihnya, Tuhan yang akan mengurusnya. Melalui kedermawanan
orang-orang yang mereka singgahi, Tuhan akan melakukan intervensi-Nya. Mereka
akan mendapatkan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan fasilitas lainnya, dari
kebaikan orang-orang yang percaya akan Yesus Kristus. Sekali lagi, poin penting
yang ditekankan Yesus adalah tetap fokus dalam jalan misi pewartaan kabar
gembira. Para murid tidak boleh merasa terbebani atau terikat dengan
barang-barang duniawi. Mereka juga tidak boleh takut dengan tantangan yang
mengancam keselamatan pribadi. Karena Tuhan pasti akan bekerja dengan cara-Nya
untuk melindungi mereka.
Situasi
sulit yang digambarkan oleh Yesus tidak saja dialami oleh para murid kala itu.
Sebenarnya kita juga sebagai para murid di zaman ini, sementara dihadapkan
dengan pelbagai tantangan dan hambatan. Entah itu hambatan atau tantangan dari
luar, maupun tantangan yang datang dari dalam diri kita sendiri. Hambatan dari
luar bisa saja ada tekanan, intimidasi atau pressure
untuk meninggalkan keyakinan iman. Bisa juga berupa tawaran ekonomi, pekerjaan,
kekayaan, kuasa dan jabatan. Hambatan dari dalam terkait dengan integritas
pribadi. Misalnya kita mulai bersikap tidak setia dan mementingkan ego pribadi.
Oleh karena itu, Yesus mengingatkan agar kita tetap fokus dan setia pada
jalan-Nya. Harta, kekayaan, jabatan, dan kuasa itu memang penting dalam situasi
riil kehidupan. Namun kita tidak boleh menjadikannya sebagai fokus dan tujuan
dalam kehidupan. Kita harus fokus dalam jalan Tuhan dengan tetap bersikap setia
kepada Diri-Nya. Setia tidak hanya dalam mempertahankan identitas keyakinan.
Atau berani melawan segala kesesatan dan kelaliman. Namun yang tidak kalah
penting adalah kita tetap mewartakan kabar gembira melalui panggilan tugas,
pekerjaan, kapasitas, kapabilitas dan karya kita di dunia. Semoga. ***AKD***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar