Luk 15:29-37
Hari ini kita mengenang pesta Beato Dionisius dan
Beato Redemptus. Dua orang martir Kristus yang menumpahkan darah di tanah rencong Aceh. Beato Dionisius adalah
seorang imam berkebangsawan Perancis. Ia lahir pada tanggal 12 Desember 1600.
Sedangkan Beato Redemptus adala seorang bruder dari ordo Carmel, berkebangsawan
Portugal. Ia lahir pada tanggal15 Maret 1598. Menurut catatan sejarah, pada
tahun 1638, wakil raja Portugal di Goa, Pedro da Silva, bermaksud mengirim misi
diplomatik untuk menjalin persahabatan dengan sultan Aceh. Misi ini dipimpin
oleh seorang duta yang bernama Dom
Francisco Sousa de Castro. Para anggota misi terdiri dari Pater Dionisius,
Bruder Redemptus, dua orang biarawan Fransiskan, dan 60 awak kapal.
Namun perjalanan misi ini berakhir dengan kisah
tragis. Semua awak kapal, termasuk Pater Dionisius dan Bruder Redemptus
ditangkap dan dipenjara oleh penduduk setempat atas perintah Sultan Aceh. Para
awak kapal juga disiksa agar mereka dapat menyangkal imannya. Karena tidak
tahan dengan siksaan, beberapa awak kapal membeli kebebasan dengan menyangkal
iman mereka akan Yesus. Sedangkan Pater Dionisius dan Bruder Redemptus terus
menguatkan iman rekan-rekan seperjalanan yang lain agar mereka tetap teguh akan
iman kepada Yesus dan tidak takut menghadapi kematian. Akhirnya, sambil memohon
pengampunan kepada Tuhan melalui perantara Pater Dionisus, semua awak kapal
menyerahkan nyawa sebagai seorang martir Kristus yang sejati. Pater Dionisius
dan Bruder Redemptus akhirnya dibeatifikasi pada tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus
Leo XIII.
Dalam pekan pertama Adven ini, pikiran kita
diarahkan pada satu kata kunci yaitu harapan. Harapan adalah sebuah kebajikan
ilahi. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1817), mengajarkan bahwa harapan adalah
kebajikan ilahi yang olehnya kita merindukan Kerajaan Sorga dan kehidupan abadi
sebagai kebahagiaan kita, dengan berharap kepada janji-janji Kristus. Dan tidak
mengandalkan kekuatan kita, tetapi bantuan rahmat Roh Kudus. “Marilah kita
berpegang teguh kepada pengakuan tentang harapan kita, sebab Ia yang
menjanjikannya, setia” (Ibr 10:23). Allah telah melimpahkan Roh Kudsus kepada
kita melalui Yesus Kristus, Sang Juru Selamat, supaya kita sebagai orang-orang
yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima kehidupan abadi, sesuai
dengan pengharapan kita” (Titus 3:6-7).
Bacaan Injil hari ini mengarahkan diri kita agar
selalu memiliki harapan kepada Tuhan. Harapan itu terwujud dalam diri
orang-orang yang datang kepada Yesus. Mereka membawa orang lumpuh, orang
timpang, orang buta, dan pelbagai sakit lainnya. Mereka meletakkan orang-orang
sakit itu di hadapan Yesus dengan satu harapan agar dapat disembuhkan. Dan
Yesus memenuhi harapan orang banyak dengan menyembuhkan orang sakit yang di
bawa ke hadapan-Nya. Tidak hanya itu, Yesus juga membaca harapan lain yang
terbersit dari wajah orang-orang yang mengikuti-Nya. Ia mengenyangkan rasa
lapar mereka dengan menggandakan roti dan ikan yang tersedia. Banyak mukjizat
yang dilakukan oleh Yesus, mau menunjukkan bahwa Allah melalui Diri Yesus,
sangat mengasihi umat manusia. Dan bukti kasih itu telah dibuktikan oleh Yesus
sendiri dengan memenuhi segala harapan yang terpatri dalam diri manusia. Segala
penyakit manusia disembuhkan dan rasa lapar “diobati” dengan limpahan makanan.
Harapan akan kasih Allah yang tak terbatas tidak
semestinya terpenuhi secara terbatas pada hal-hal fisik seperti digambarkan di
atas. Sejatinya, Allah dalam diri Yesus juga datang untuk membawa keselamatan
secara total bagi hidup manusia. Ia datang untuk membebaskan kita dari pelbagai
luka dan sakit kemanusiaan. Yesus datang untuk mengampuni dosa-dosa dan
memampukan kita sebagai manusia biasa untuk hidup sebagai anak-anak terang.
Tuhan tidak mau kita jatuh dan terpuruk. Ia datang memberi harapan agar kita
mau bangkit lagi. Tuhan ingin kita dapat menjadi manusia baru. Manusia yang
bisa belajar dari kegagalan hidupnya. Dan kemudian dapat menatap hari esoknya
dengan lebih baik melalui perbuatan-perbuatan yang selalu terarah kepada
Kehendak Tuhan.
Saya dan anda memang tercipta sebagai manusia
biasa. Secara kodrati, napas kita ditiupkan oleh Tuhan. Namun kita memiliki
akal dan kehendak bebas yang menuntun dan menuntut kita untuk berpikir dan
berbuat sesuatu tanpa adanya intenversi ilahi. Dengan hal ini, kita cenderung
menggunakan akal dan kehendak bebas tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh Tuhan. Kita seringkali mencemari atau menodai “tubuh bait Allah kita”,
dengan pikiran dan perbuatan yang tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. Kita
keluar dari jalur yang benar dan mengambil jalur lain. Jalur yang tidak membawa
kepada keselamatan, Karena jalur itu begerak menuju kepada ketidakselamatan.
Kita lebih mempercayai kemampuan diri sendiri, daripada kemampuan Tuhan yang kita
imani. Kita acapkali terseret jauh dari jalan menuju keselamatan, oleh karena
sikap ego dan arogansi pribadi.
Harapan akan keselamatan itu tidak pernah hilang.
Kita tetap memiliki harapan akan keselamatan. Seperti wajah-wajah penuh
pengharapan dari orang-orang yang disembuhkan dari sakit sekaligus dikenyangkan
dari rasa lapar, kita juga memiliki pengharapan yang sama. Kita memiliki
pengharapan agar Tuhan menyembuhkan kecacatan pribadi yang kita miliki. Jikalau
mata kita masih buta untuk melihat sesama lain yang sedang sakit, kita memiliki
harapan agar mata kita kembali terbuka sehingga dapat menunjukkan kepedulian
kepada mereka. Jikalau tangan dan kaki kita masih lumpuh oleh karena sikap ego
dan gengsi, kita memiliki harapan agar disembuhkan. Sehingga kita lebih mudah
menaruh empati dan perhatian bagi sesama. Jikalau telinga kita masih tuli untuk
mendengar jeritan akan keprihatinan sosial. Kita memiliki harapan akan telinga
kita menjadi sembuh. Sehingga kita lebih bersikap terbuka dan peka untuk berpartisipasi
dalam pelbagai keprihatinan sosial.
Dan terutama pada masa Adven yang pertama ini, kita
memiliki harapan agar Tuhan sudi mengampuni segala dosa dan kesalahan. Sehingga
dengan hati yang layak dan pantas, kita dapat mempersiapkan kedatangan-Nya di
masa Natal. Ingatlah bahwa kedatangan Yesus pada hari Natal hanyalah awal dari
pemenuhan janji-Nya untuk menebus dan menyembuhkan manusia. Pemenuhan janji
yang total akan terjadi kelak, yaitu pada saat kedatangan-Nya kembali untuk
kedua kalinya, yakni akhir zaman, pada saat dimana kita akan berjumpa dengan
Yesus secara langsung (I Kor 13:12). Marilah kita selalu memiliki harapan akan
keselamatan di masa Adven. Amin. ***AKD***