Mat 8:28-34
Badai pandemi
Covid-19 ternyata belum beranjak dari hadapan kita. Sudah kurang lebih satu
tahun tiga bulan, virus ini mengakrabi hidup kita, sejak pertama kali diumumkan
oleh pemerintah Indonesia pada awal bulan Maret tahun 2020. Akhir-akhir ini,
malahan kita semakin dibuat lebih cemas dan takut dengan adanya penemuan virus
varian baru dari Covid- 19. Menurut para ahli kesehatan, virus hasil mutasi
Covid-19, yang dikenal dengan virus Delta, lebih cepat menular dan berbahaya.
Banyak dimensi kehidupan manusia mengalami gangguan, sebagai Imbas dari
serangan virus ini. Tidak sedikit manusia yang menjadi korban. Banyak yang
sakit dan banyak pula yang harus meninggal dunia. Bahkan, korban yang terpapar
dan meninggal dunia terus mengalami peningkatan kasus yang signifikan. Dikutip
dari laman Merdeka.com, berdasarkan data terakhir pada hari Selasa, 29 Juni
2021, kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah 20.467 menjadi 2.156.465
kasus. Pasien sembuh bertambah 9.645 menjadi 1.869.606 orang. Pasien meninggal
bertambah 463 menjadi 58.024 orang. Kepincangan hidup bukan saja dari sisi
kesehatan. Dalam dunia pendidikan, bidang sosial, bidang usaha mikro dan makro,
bidang agama, semuanya mengalami disrupsi (gangguan).
Menurut saya,
virus Covid-19 ini bukan sekedar wabah penyakit. Kalau diteropong dari sisi
iman, ia bisa dikategorikan sejenis setan yang sementara menghantui dan
menyerang manusia tanpa mengenal sekat wilayah, suku, agama, status, jabatan
atau pun golongan. Transformasi setan dalam wujud virus ini mencoba menggiring
manusia untuk semakin melupakan jati dirinya sebagai makhluk spiritual. Makhluk
yang senantiasa berkiblat atau mengarahkan hidupnya pada kehendak Tuhan.
Sungguh dasyat serangan virus ini sehingga membuat manusia harus melakukan
banyak pembatasan dalam hidupnya. Termasuk dalam menjalankan ibadah dan
interaksi sosial dengan sesamanya. Di bawah ancaman mautnya, manusia seakan
dipaksa untuk bersikap ego dan apatis dengan realitas yang ada. Di beberapa
tempat yang masuk zona merah, larangan kegiatan ibadah secara berjemaah mulai
diaktifkan lagi. Kecuali ibadah secara pribadi di rumah masing-masing. Yang
paling umum diberlakukan di semua tempat adalah larangan untuk bersalaman
dengan sentuhan fisik, mobilitas ke suatu tempat dan berkumpul bersama-sama
dengan sanak keluarga, para sahabat, kenalan dan handai tolan.
Setan covid-19
memang sungguh menantang iman kristiani kita. Bagi orang yang tidak memiliki
iman yang tangguh, dapat dipastikan bahwa ia akan keluar dari jalur hidup
sebagai orang Kristen. Ia tidak memiliki gairah untuk berdoa lagi, ia tidak
memiliki rasa empati untuk menolong sesamanya, ia tidak memiliki keprihatinan
dengan situasi sosial yang ada di sekelilingnya karena memiliki alasan yang
logis dengan adanya pembatasan di masa pendemi ini. Hal yang tidak kalah
krusialnya yakni orang mengabaikan himbauan kesehatan untuk mematuhi protokol
kesehatan. Tidak menaati protokol kesehatan sama artinya orang tidak memiliki
iman yang benar dan tangguh kepada Tuhan. Situasi miris seperti ini terjadi
juga pada orang Gadara dalam bacaan Injil pada hari ini. Orang Gadara sejatinya
termasuk dalam wilayah orang Yahudi. Namun karena kebiasaan mereka yang
memelihara binatang babi, oleh sesamanya orang Yahudi di wilayah di luar
Gadara, mereka tetap dicap sebagai orang kafir. Potensi sikap permisif (tidak
mau tahu) dan apatis melekat dalam hidup dan pribadi mereka. Hal ini terbaca
dari sikap mereka terhadap dua orang saudara yang mengalami kerasukan setan. Kelihatan
mereka juga tidak merasa senang dan bersyukur terhadap saudara-saudara mereka
yang telah bebas dari sakitnya. Mereka malahan mendesak Yesus supaya pergi
meninggalkan daerah Gadara. Bisa saja mereka merasa kecewa dengan tindakan
Yesus yang menyebabkan babi-babi peliharaan mereka menjadi mati.
Pada hakekatnya,
orang Gerasa tidak memiliki ketangguhan iman yang kokoh sehingga mereka tidak
meyakini kuasa ilahi yang ada dalam diri Yesus. Peristiwa penyembuhan dua orang
Gerasa yang kerasukan setan mau menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan
manusia jatuh binasa. Dalam pengalaman paling sulit atau buruk sekali pun, ada
kuasa Tuhan yang senantiasa hadir dan menolong. Namun, orang Gerasa tidak mampu
menangkap kuasa ilahi karena hati mereka telah membatu. Mereka tidak memiliki
iman karena mereka memang tidak percaya dan tidak mau membuka diri kepada
Tuhan. Realitas ini yang jamak terjadi juga pada situasi kita sekarang di
tengah masa pandemi Covid-19. Kuasa Tuhan sebenarnya sudah menyata tetapi orang-orang
tidak mampu menangkap sinyal itu. Melalui himbauan untuk patuh pada protokol
kesehatan, sebenarnya Tuhan sementara melebarkan tangan-Nya untuk menyadarkan
dan menyelamatkan kita. Tuhan menghendaki agar kita beriman dengan akal yang
terang. Bukan beriman secara buta. Berdoa merupakan salah satu cara namun bukan
menjadi satu-satunya cara kita beriman secara benar. Beriman dengan akal
maksudnya kita percaya pada kuasa Tuhan yang datang lewat perkembangan ilmu
pengetahuan untuk membawa kebaikan dan keselamatan dalam hidup. Dan Mematuhi
protokol kesehatan adalah satu cara kita beriman dengan akal yang terang.
Keberadaan setan
Covid-19 dengan variannya sebenarnya sementara mendidik dan mendewasakan hidup
iman kita. Ia tidak hadir sebagai halangan yang bisa mendegradasi iman, tetapi
justru ia sementara menguatkan dan merekatkan kembali simpul-simpul hidup iman
kita yang mulai longgar atau terlepas. Dalam terpaan badai yang belum kunjung
usai ini, kita sementara mendapat pembelajaran penting untuk semakin mendekatkan
diri kepada Tuhan melalui percakapan secara personal dengan diri-Nya. Kita juga
dilatih untuk semakin peka terhadap mereka yang menjadi korban dari hantaman
badai ini. Banyak dari mereka yang tidak saja sakit secara fisik, tetapi juga
mengalami sakit secara mental dan sosial akibat kehilangan usaha dan pekerjaan.
Kita juga dididik untuk lebih beriman secara benar dengan mematuhi protokol
kesehatan yang telah ditetapkan. Tuhan menghendaki agar kita mampu membuka hati
dan menangkap kuasa ilahi-Nya dalam segala realitas kehidupan yang kita hadapi.
Mari kita beriman secara benar dengan akal yang terang. Amin. ***AKD***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar