Senin, 19 April 2021

MENIKMATI MAKANAN YANG DISEDIAKAN ALLAH

yoh 6:22-29

Dalam sebuah kelas pendampingan iman yang anggotanya merupakan para remaja, saya pernah menyuruh mereka untuk secara pribadi menyampaikan salah satu tokoh idola dalam hidup mereka. Dengan sangat antusias masing-masing dari mereka mulai menyebutkan tokoh-tokoh itu. Ada tokoh dari dunia artis seperti Amanda Manopo dan Arya Saloka. Ada tokoh dari dunia olahraga seperti Christiano Ronaldo, Messi, dan sebagainya. Ada juga dari tokoh politik, misalnya Barrack Obama, Joko Widodo, Sri Mulyani, dan lain-lain.

 

Yang cukup mengagetkan ketika salah satu remaja menyampaikan bahwa tokoh idolanya ialah Yesus. Seisi kelas menjadi riuh dan bising karena mengganggap jawaban yang diberikan hanya dagelan atau sebagai bahan candaan semata. Namun saya melihat bahwa sang anak tersebut sangat serius dan tidak terpengaruh dengan cemoohan kawan-kawannya. Saya pun menanyakan mengapa dia memilih Yesus sebagai tokoh idolanya. Dengan diplomatis ia mengatakan bahwa Yesus adalah pedoman dan teladan dalam hidupnya. Ia bisa menjadi seorang anak yang baik karena sering membaca bacaan rohani, mendapat bimbingan dari guru agama dan mendengarkan kotbah pastor. Secara pribadi, saya tidak menyangka sang anak bisa memberikan jawaban seperti itu. Sebenarnya ada juga rasa ragu-ragu dalam hati saya. Tetapi melihat kesungguhannya memberikan jawaban, saya mulai menepis rasa keraguan dan percaya dengan apa yang disampaikan oleh anak itu.

 

Dalam bacaan hari ini (Yoh 6:22-29), Yesus sungguh telah menjadi tokoh idola bagi banyak orang. Kalau kita membawa teks-teks kitab suci sebelumnya, ada beberapa peristiwa penting yang sebenarnya sementara membentuk Yesus menjadi idola baru di tanah Israel. Peristiwa-peristiwa penting itu seperti dua kisah penyembuhan yang dialami oleh anak pegawai istana dan seorang lumpuh di kolam Betesda. Ada juga kisah penggandaan lima roti dan dua ekor ikan. Kisah-kisah mukjizat ini secara otomatis membuat sosok Yesus menjadi terkenal dan dikagumi oleh banyak orang. Yesus tidak hanya menjadi magnet tetapi juga menghipnotis semua orang. Kemana saja Yesus pergi, semua orang juga terus mengikuti-Nya. Walaupun secara rahasia Yesus berangkat ke suatu daerah, tetapi tetap saja dengan pelbagai upaya orang-orang terus mencari-Nya.

 

Yesus menyadari bahwa Diri-Nya sudah menjadi seorang selebriti atau figur publik. Serentak pula, Yesus menunjukkan kecemasan-Nya akan antusiasme artifisial (tidak mendalam) dari khalayak (banyak orang). “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti dan kamu kenyang” (Yoh 6:26). Yesus memberi peringatan sekaligus koreksi bahwa tidak ada tujuan atau niat yang mendalam dari orang-orang yang telah mengikuti-Nya tersebut. Mereka datang hanya karena telah melihat dan merasakan hal-hal lahiriah saja yang ditampilkan oleh Yesus. Mereka belum sampai kepada nilai atau spirit di balik segala hal yang dipebuat Yesus.

 

Ketika orang banyak bertanya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” (Yoh 6:28). Yesus menjawab: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (Yoh 6:29). Yesus mengharapkan agar orang-orang tidak mengikuti dan mencari-Nya karena dilatari oleh hal-hal fisik atau jasmaniah semata. Mereka harus punya kerinduan untuk menikmati makanan rohani. Bukan makanan jasmaniah yang telah membuat mereka menjadi kenyang. Makanan rohani itu adalah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dan melaksanakan apa yang telah disabdakan-Nya kepada mereka. Itulah makanan utama yang harus mereka cari di dalam Yesus. Kalau mereka belum sampai pada level itu, maka sia-sialah makanan jasmaniah yang telah mengenyangkan tetapi tidak sungguh membawa keselamatan kekal dalam hidup.

 

Yesus adalah makanan rohani yang tidak saja memberi kepuasan tetapi juga membawa keselamatan kekal dalam hidup iman kita. Banyak orang Kristen yang suka mengeluh mengapa doa-doa yang telah mereka panjatkan kepada Allah melalui Yesus terasa sia-sia karena susah sekalih dikabulkan. Padahal mereka sudah berdoa berulang kali dan tidak pernah menyerah. Mereka menginginkan tanda-tanda nyata yang meyakinkan mereka akan campur tangan Allah dalam hidup. Mereka tidak mau ditimpa kesusahan, kemalangan, sakit, dan penderitaan yang berkepanjangan. Bagi mereka, bebas dari pelbagai tantangan dan keterpurukan hidup adalah konsekuensi logis dari perhatian dan kasih Allah. Kalau penderitaan dan kesakitan itu masih tetap ada, benarkah masih ada Allah?

 

Ada seorang yang sudah saya anggap sebagai pembimbing spiritual pernah mengatakan bahwa jangan pernah berpikir bahwa Allah itu akan selalu membalas setiap hal yang kita inginkan atau kehendaki. Yang perlu kita lakukan adalah tetap percaya dan berserah diri kepada-Nya. Sebenarnya Allah sudah tahu apa yang kita inginkan. Sebelum kita memohon, Allah sudah tahu apa yang sudah mau kita sampaikan. Jadi jangan pernah takut, karena Allah sudah merancang segala hal terbaik dalam hidup kita. Jikalau Ia tidak mengabulkan doa atau permohonan kita, sebenarnya Allah sementara merancang hal terbaik yang tidak pernah kita bayangkan atau pikirkan. Jadi, tetaplah percaya dan jangan pernah ragu sedikit pun imanmu akan Dia.

 

Bagi saya, menikmati makanan rohani yang disediakan Allah (melalui Yesus), tentu tidak hanya percaya dan berserah diri kepada-Nya dalam sebuah sikap kontemplatif. Perlu ada aktualisasi atau perwujudan konkrit dalam setiap tindakan dan perbuatan kasih kepada orang lain. Kehadiran kita harus membawa spirit Yesus bagi siapa saja yang kita jumpai. Kini, kita telah memasuki pekan paskah yang ketiga. Dan Yesus yang bangkit telah menyajikan makanan yang memuaskan lahir dan batin. Mari kita nikmati makanan yang sudah disediakan oleh Allah dengan tidak pernah bosan memberi pelayanan, perhatian dan cinta agar kita sungguh-sungguh diperhitungkan dan diselamatkan dalam kemuliaan kerajaan-Nya yang jaya. Semoga semangat paskah Tuhan tetap bernyala dalam hati kita masing-masing. ***Atanasius KD Labaona***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar