yoh 6:22-29
Dalam sebuah kelas pendampingan iman yang anggotanya merupakan para remaja,
saya pernah menyuruh mereka untuk secara pribadi menyampaikan salah satu tokoh
idola dalam hidup mereka. Dengan sangat antusias masing-masing dari mereka
mulai menyebutkan tokoh-tokoh itu. Ada tokoh dari dunia artis seperti Amanda
Manopo dan Arya Saloka. Ada tokoh dari dunia olahraga seperti Christiano
Ronaldo, Messi, dan sebagainya. Ada juga dari tokoh politik, misalnya Barrack
Obama, Joko Widodo, Sri Mulyani, dan lain-lain.
Yang cukup mengagetkan ketika salah satu remaja menyampaikan bahwa tokoh
idolanya ialah Yesus. Seisi kelas menjadi riuh dan bising karena mengganggap
jawaban yang diberikan hanya dagelan atau sebagai bahan candaan semata. Namun
saya melihat bahwa sang anak tersebut sangat serius dan tidak terpengaruh
dengan cemoohan kawan-kawannya. Saya pun menanyakan mengapa dia memilih Yesus
sebagai tokoh idolanya. Dengan diplomatis ia mengatakan bahwa Yesus adalah
pedoman dan teladan dalam hidupnya. Ia bisa menjadi seorang anak yang baik
karena sering membaca bacaan rohani, mendapat bimbingan dari guru agama dan
mendengarkan kotbah pastor. Secara pribadi, saya tidak menyangka sang anak bisa
memberikan jawaban seperti itu. Sebenarnya ada juga rasa ragu-ragu dalam hati
saya. Tetapi melihat kesungguhannya memberikan jawaban, saya mulai menepis rasa
keraguan dan percaya dengan apa yang disampaikan oleh anak itu.
Dalam bacaan hari ini (Yoh 6:22-29), Yesus sungguh telah menjadi tokoh
idola bagi banyak orang. Kalau kita membawa teks-teks kitab suci sebelumnya,
ada beberapa peristiwa penting yang sebenarnya sementara membentuk Yesus
menjadi idola baru di tanah Israel. Peristiwa-peristiwa penting itu seperti dua
kisah penyembuhan yang dialami oleh anak pegawai istana dan seorang lumpuh di
kolam Betesda. Ada juga kisah penggandaan lima roti dan dua ekor ikan.
Kisah-kisah mukjizat ini secara otomatis membuat sosok Yesus menjadi terkenal
dan dikagumi oleh banyak orang. Yesus tidak hanya menjadi magnet tetapi juga
menghipnotis semua orang. Kemana saja Yesus pergi, semua orang juga terus
mengikuti-Nya. Walaupun secara rahasia Yesus berangkat ke suatu daerah, tetapi
tetap saja dengan pelbagai upaya orang-orang terus mencari-Nya.
Yesus menyadari bahwa Diri-Nya sudah menjadi seorang selebriti atau figur
publik. Serentak pula, Yesus menunjukkan kecemasan-Nya akan antusiasme
artifisial (tidak mendalam) dari khalayak (banyak orang). “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat
tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti dan kamu kenyang” (Yoh
6:26). Yesus memberi peringatan sekaligus koreksi bahwa tidak ada tujuan atau
niat yang mendalam dari orang-orang yang telah mengikuti-Nya tersebut. Mereka
datang hanya karena telah melihat dan merasakan hal-hal lahiriah saja yang
ditampilkan oleh Yesus. Mereka belum sampai kepada nilai atau spirit di balik
segala hal yang dipebuat Yesus.
Ketika orang banyak bertanya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami
mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” (Yoh 6:28). Yesus menjawab:
“Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada
Dia yang telah diutus Allah” (Yoh 6:29). Yesus mengharapkan agar orang-orang
tidak mengikuti dan mencari-Nya karena dilatari oleh hal-hal fisik atau jasmaniah
semata. Mereka harus punya kerinduan untuk menikmati makanan rohani. Bukan
makanan jasmaniah yang telah membuat mereka menjadi kenyang. Makanan rohani itu
adalah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dan melaksanakan apa yang telah
disabdakan-Nya kepada mereka. Itulah makanan utama yang harus mereka cari di
dalam Yesus. Kalau mereka belum sampai pada level itu, maka sia-sialah makanan
jasmaniah yang telah mengenyangkan tetapi tidak sungguh membawa keselamatan
kekal dalam hidup.
Yesus adalah makanan rohani yang tidak saja memberi kepuasan tetapi juga
membawa keselamatan kekal dalam hidup iman kita. Banyak orang Kristen yang suka
mengeluh mengapa doa-doa yang telah mereka panjatkan kepada Allah melalui Yesus
terasa sia-sia karena susah sekalih dikabulkan. Padahal mereka sudah berdoa
berulang kali dan tidak pernah menyerah. Mereka menginginkan tanda-tanda nyata
yang meyakinkan mereka akan campur tangan Allah dalam hidup. Mereka tidak mau
ditimpa kesusahan, kemalangan, sakit, dan penderitaan yang berkepanjangan. Bagi
mereka, bebas dari pelbagai tantangan dan keterpurukan hidup adalah konsekuensi
logis dari perhatian dan kasih Allah. Kalau penderitaan dan kesakitan itu masih
tetap ada, benarkah masih ada Allah?
Ada seorang yang sudah saya anggap sebagai pembimbing spiritual pernah
mengatakan bahwa jangan pernah berpikir bahwa Allah itu akan selalu membalas
setiap hal yang kita inginkan atau kehendaki. Yang perlu kita lakukan adalah
tetap percaya dan berserah diri kepada-Nya. Sebenarnya Allah sudah tahu apa yang
kita inginkan. Sebelum kita memohon, Allah sudah tahu apa yang sudah mau kita
sampaikan. Jadi jangan pernah takut, karena Allah sudah merancang segala hal
terbaik dalam hidup kita. Jikalau Ia tidak mengabulkan doa atau permohonan
kita, sebenarnya Allah sementara merancang hal terbaik yang tidak pernah kita
bayangkan atau pikirkan. Jadi, tetaplah percaya dan jangan pernah ragu sedikit
pun imanmu akan Dia.
Bagi saya, menikmati makanan rohani yang disediakan Allah (melalui Yesus),
tentu tidak hanya percaya dan berserah diri kepada-Nya dalam sebuah sikap
kontemplatif. Perlu ada aktualisasi atau perwujudan konkrit dalam setiap
tindakan dan perbuatan kasih kepada orang lain. Kehadiran kita harus membawa
spirit Yesus bagi siapa saja yang kita jumpai. Kini, kita telah memasuki pekan
paskah yang ketiga. Dan Yesus yang bangkit telah menyajikan makanan yang
memuaskan lahir dan batin. Mari kita nikmati makanan yang sudah disediakan oleh
Allah dengan tidak pernah bosan memberi pelayanan, perhatian dan cinta agar kita
sungguh-sungguh diperhitungkan dan diselamatkan dalam kemuliaan kerajaan-Nya
yang jaya. Semoga semangat paskah Tuhan tetap bernyala dalam hati kita
masing-masing. ***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar