(Luk 1: 26-38)
Kita
semua tahu bahwa dunia dan segala isinya diciptakan oleh Allah. Ia penuh kuasa,
penuh misteri, agung, mulia, dan menakjubkan. Allah sanggup melakukan apa saja
dalam waktu seketika, sejauh Ia mau. Namun herannya, ketika Ia hendak
menyelematkan manusia yang berdosa, Ia bukannya menggunakan kuasa-Nya untuk
mengubah wajah hidup manusia yang berdosa dalam seketika, tetapi Ia malah
menggunakan proses “panjang” dengan meminta kesediaan seorang perempuan untuk
mengandung Sang Juruselamat. Perempuan itu adalah Maria.
Dengan
perantaraan Malaikat, Maria menerima Kabar Gembira untuk bersedia menjadi Bunda
Yesus, Sang Juru Selamat. Kabar Gembira ini, tidak serta merta membuat Maria
bahagia, karena ia sudah punya tunangan yang bernama Yosef. Maria seakan
berdiri di persimpangan pilihan yang membingungkan. Memilih antara: menikah
dengan Yosef atau menerima tawaran Allah untuk menjadi ibu yang siap mengandung
Sang Juru Selamat.
Allah
tahu bahwa Maria sangat bingung. Karena itu, Ia menempuh pola penyelesaian atas
kebingungan Maria dengan memberi “win win solution” yakni solusi berimbang yang
tidak mengecewakan Maria dan Yosef tunangannya. Maria pun akhirnya menerima
tawaran Allah. San Allah sekaligus menjamah hati Yosef untuk tetap menerima Maria sebaga isterinya
dengan siap mendampingi Maria hingga kelahiran Yesus Sang Juru Selamat (Berjalan Bersama Sang
Sabda, hal. 114).
Iman dan
keteguhan hati Maria menjadi cermin bagi kita untuk tetap teguh dan percaya
ketika kita dihadapkan pada kenyataan hidup yang membingungkan. Karena itu,
baiklah kita tetap menjadikan Bunda Maria sebagai Bunda iman yang senantiasa
mendoakan kita pada Yesus Puteranya.
Kita bersedia datang kepada Yesus Melalui Bunda Maria sebagai Bunda pembantu
abadi.
Di
tengah situasi dunia yang diterpa badai penyakit corona (covic 19) kita
diperhadapkan dengan suatu kenyataan yang menakutkan dan menggelisahkan. Ada
begitu banyak orang di belahan dunia ini yang sudah menjadi korban dari
keganasan penyakit ini. Tidak hanya menderita sakit, tetapi banyak yang sudah
meregang nyawa. Penyakit pandemik ini tidak mengenal batas-batas sosial, agama,
etnis atau pun golongan. Bahkan ia menembus batas-batas negara. Banyak orang
yang pada awalnya menganggap remeh dan tidak begitu peduli dengan bahaya
penyakit ini, akhirnya harus bertekuk lutut mengakui kedasyatan kekuatan
penyakit ini. Termasuk kita di daerah NTT, titik kritis itu seakan belum
berlalu dan kita pun belum masuk dalam zona nyaman.
Seakan sedang berada dalam barisan
antrian untuk menunggu giliran, kita pun segera menyiapkan diri mengantisipasi
kehadiran penyakit ini di daerah kita. Berbagai supaya mitigasi dan rencana
penyelamatan disiapkan untuk meminimalisir atau meredam penyakit ini. Dari sisi
iman kita percaya bahwa bencana penyakit ini menjadi bagian dari kehendak yang
kuasa. Sebagai seorang manusia, tentu wajar kita merasa takut, cemas dan tidak
berdaya. Kebanyakan dari kita mulai menyadari eksistensi kita sebagai makhluk
beriman untuk segera kembali ke dalam pelukan-Nya seraya meminta pertolonga dan
kekuatan.
Hari ini kita belajar dari semangat
Bunda Maria yang tetap teguh dan percaya pada kehendak Bapa di sorga. Maria
tidak pernah takut. Ia menyerahkan segala perkara hidupnya kepada Allah. Ia
percaya Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi dirinya. Kita pun
demikian. Kita harus menyerahkan segala ketakutan dan ketidakberdayaan kita
akan bahaya penyakit ini pada kehendak Tuhan. Bahwa ada suatu rencana yang baik
di tengah badai ini. Allah pasti memang memberikan ujian dan di akhir nanti,
ada kebaikan yang pasti kita kecapi. Selanjutnya, kita semua diajak untuk
meminta bantuan Bunda Maria untuk selalu membawa doa-doa kita Yesus Puteranya.
Kita yakin bahwa bersama Bunda Maria, segala doa dan permohonan kita akan
dikabulkan oleh Allah melalui pengantaraan Yesus. Kita semua akan dihindarkan
dari bahaya corona yang mematikan.
Semoga inspirasi Injil hari ini
semakin menguatkan iman dan keteguhan hati kita kepada Allah, Sang Pencipta dan
Pemberi hidup manusia. Semoga. Tuhan memberkati.
Oleh
Atanasius KD Labaona
Tidak ada komentar:
Posting Komentar