Senin, 30 Maret 2020

BELAJAR DARI IMAN DAN KETEGUHAN HATI MARIA


(Luk 1: 26-38)

            Kita semua tahu bahwa dunia dan segala isinya diciptakan oleh Allah. Ia penuh kuasa, penuh misteri, agung, mulia, dan menakjubkan. Allah sanggup melakukan apa saja dalam waktu seketika, sejauh Ia mau. Namun herannya, ketika Ia hendak menyelematkan manusia yang berdosa, Ia bukannya menggunakan kuasa-Nya untuk mengubah wajah hidup manusia yang berdosa dalam seketika, tetapi Ia malah menggunakan proses “panjang” dengan meminta kesediaan seorang perempuan untuk mengandung Sang Juruselamat. Perempuan itu adalah Maria.

            Dengan perantaraan Malaikat, Maria menerima Kabar Gembira untuk bersedia menjadi Bunda Yesus, Sang Juru Selamat. Kabar Gembira ini, tidak serta merta membuat Maria bahagia, karena ia sudah punya tunangan yang bernama Yosef. Maria seakan berdiri di persimpangan pilihan yang membingungkan. Memilih antara: menikah dengan Yosef atau menerima tawaran Allah untuk menjadi ibu yang siap mengandung Sang Juru Selamat.

            Allah tahu bahwa Maria sangat bingung. Karena itu, Ia menempuh pola penyelesaian atas kebingungan Maria dengan memberi “win win solution” yakni solusi berimbang yang tidak mengecewakan Maria dan Yosef tunangannya. Maria pun akhirnya menerima tawaran Allah. San Allah sekaligus menjamah hati Yosef  untuk tetap menerima Maria sebaga isterinya dengan siap mendampingi Maria hingga kelahiran Yesus  Sang Juru Selamat (Berjalan Bersama Sang Sabda, hal. 114).

            Iman dan keteguhan hati Maria menjadi cermin bagi kita untuk tetap teguh dan percaya ketika kita dihadapkan pada kenyataan hidup yang membingungkan. Karena itu, baiklah kita tetap menjadikan Bunda Maria sebagai Bunda iman yang senantiasa mendoakan kita pada Yesus  Puteranya. Kita bersedia datang kepada Yesus Melalui Bunda Maria sebagai Bunda pembantu abadi.

            Di tengah situasi dunia yang diterpa badai penyakit corona (covic 19) kita diperhadapkan dengan suatu kenyataan yang menakutkan dan menggelisahkan. Ada begitu banyak orang di belahan dunia ini yang sudah menjadi korban dari keganasan penyakit ini. Tidak hanya menderita sakit, tetapi banyak yang sudah meregang nyawa. Penyakit pandemik ini tidak mengenal batas-batas sosial, agama, etnis atau pun golongan. Bahkan ia menembus batas-batas negara. Banyak orang yang pada awalnya menganggap remeh dan tidak begitu peduli dengan bahaya penyakit ini, akhirnya harus bertekuk lutut mengakui kedasyatan kekuatan penyakit ini. Termasuk kita di daerah NTT, titik kritis itu seakan belum berlalu dan kita pun belum masuk dalam zona nyaman. 

Seakan sedang berada dalam barisan antrian untuk menunggu giliran, kita pun segera menyiapkan diri mengantisipasi kehadiran penyakit ini di daerah kita. Berbagai supaya mitigasi dan rencana penyelamatan disiapkan untuk meminimalisir atau meredam penyakit ini. Dari sisi iman kita percaya bahwa bencana penyakit ini menjadi bagian dari kehendak yang kuasa. Sebagai seorang manusia, tentu wajar kita merasa takut, cemas dan tidak berdaya. Kebanyakan dari kita mulai menyadari eksistensi kita sebagai makhluk beriman untuk segera kembali ke dalam pelukan-Nya seraya meminta pertolonga dan kekuatan.

Hari ini kita belajar dari semangat Bunda Maria yang tetap teguh dan percaya pada kehendak Bapa di sorga. Maria tidak pernah takut. Ia menyerahkan segala perkara hidupnya kepada Allah. Ia percaya Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi dirinya. Kita pun demikian. Kita harus menyerahkan segala ketakutan dan ketidakberdayaan kita akan bahaya penyakit ini pada kehendak Tuhan. Bahwa ada suatu rencana yang baik di tengah badai ini. Allah pasti memang memberikan ujian dan di akhir nanti, ada kebaikan yang pasti kita kecapi. Selanjutnya, kita semua diajak untuk meminta bantuan Bunda Maria untuk selalu membawa doa-doa kita Yesus Puteranya. Kita yakin bahwa bersama Bunda Maria, segala doa dan permohonan kita akan dikabulkan oleh Allah melalui pengantaraan Yesus. Kita semua akan dihindarkan dari bahaya corona yang mematikan.  

Semoga inspirasi Injil hari ini semakin menguatkan iman dan keteguhan hati kita kepada Allah, Sang Pencipta dan Pemberi hidup manusia. Semoga. Tuhan memberkati.


Oleh Atanasius KD Labaona
 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar