Yoh 19: 25-34
Bunda Maria
adalah ibu yang dicintai banyak orang. Tetapi banyak juga yang masih
memperdebatkan siapa Maria itu. Banyak orang yang menghormati Bunda Maria
karena keikutsertaannya dalam hidup dan karya Yesus. Bagi mereka, Maria lebih
dari sekedar seorang ibu yang melahirkan dan merawat anak-Nya. Sedangkan
orang-orang yang mempersoalkan kedudukan Bunda Maria melihat perannya tidak
lebih dari seorang ibu yang melahirkan dan memperhatikan Yesus sebagaimana
ibu-ibu pada umumnya. Bagi mereka, Bunda Maria adalah Ibu Tuhan, tetapi ia
tidak memiliki banyak peran dalam karya Putra-Nya, Yesus Kristus.
Gereja Katolik
sendiri, sangat mencintai dan menghormati Bunda Maria. Maria mendapat tempat
yang istimewa di dalam gereja Katolik. Salah satu bentuk penghormatan itu
adalah memberi gelar kepada Maria sebagai Bunda Gereja. Tentu tidak sekedar
gelar. Kesatuan antara Kristus, Bunda Maria, dan Gereja, menjadikan Bunda Maria
tidak terpisahkan dari Kristus dan Gereja. Sehingga Maria bukan saja menjadi
Bunda Allah, namun juga adalah Bunda Gereja, Bunda umat beriman. Setidaknya ada
dua alasan mengapa Maria disebut sebagai Bunda Gereja.
Pertama, karena
Bunda Maria menempati tempat terdepan dalam perjalanan iman. Sebagai ibu yang
mengandung, melahirkan, dan membesarkan Yesus, Bunda Maria hadir secara
istimewa dalam kehidupan Yesus di dunia. Di setiap peristiwa hidupnya, ketaatan
iman Maria terus diuji dan disempurnakan oleh Tuhan. Sejak terbentuk-Nya
Kristus dalam rahim Maria, saat kelahiran-Nya di tempat yang kumuh, saat
mengungsi ke Mesir, saat hilang dan ditemukan kembali Yesus di baik Allah, saat
pertumbuhan-Nya sejak anak-anak sampai dewasa, Maria hidup bersama-sama dengan
Tuhan Yesus di bawah satu atap, dalam kesederhanaan keluarga tukang kayu.
Saat Yesus
pertama kali melakukan mukjizat di perkawinan di Kana, Bunda Maria hadir.
Demikian pula pada saat Yesus mengajar orang banyak. Walaupun Kitab Suci tidak
mencatat secara detail tentang Bunda Maria, namun kita mengetahui bahwa Bunda
Maria hadir di saat-saat penting dan menentukan dalam hidup Tuhan Yesus di
dunia. Penyertaan Bunda Maria mencapai puncaknya pada saat ia mendampingi Yesus
sampai di bukit Golgota, di saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia. Maria
tegar berdiri di kaki salib Kristus, dan turut mempersembahkan Dia di hadapan
Allah Bapa. Maria melihat sendiri kesengsaraan Putera-Nya Yesus Kristus yang
melampaui segala ungkapan, untuk menebus dosa-dosa manusia.
Kedua, karena
sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus sendiri memberikan Bunda Maria kepada kita,
murid-murid yang dikasihi-Nya. Sesaat sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus memberikan
Bunda Maria kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. “Ketika Yesus melihat
Ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada
ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu”. Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya,
“Inilah ibumu”. Dan sejak saat itu, murid itu (Yohanes) menerima dia (Bunda
Maria) di dalam rumahnya” (Yoh 19:26-27). Gereja Katolik selalu memahami ucapan
tersebut sebagai kehendak Yesus yang mempercayakan ibu-Nya kepada kita semua
para murid-Nya, yang dalam hal ini diwakili oleh Yohanes.
Sama seperti
Yohanes Pembaptis menyebutkan sesuatu yang penting tentang Yesus dengan
berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah” untuk diterima sebagai kebenaran bagi
semua umat beriman, maka Tuhan Yesus juga menyebutkan hal yang penting tentang
Bunda Maria, dengan berkata kepada para murid-Nya, “Inilah ibumu”, agar kita
umat beriman juga dapat menerimanya sebagai kebenaran. Memang benar. Bunda
Maria adalah ibu kita sebab Tuhan Yesus memberikannya kepada kita umat beriman,
untuk dikasihi, dihormati, dan diteladani. Dengan menerima Maria sebagai ibu
gereja, kita dapat belajar untuk mengikuti teladan imannya sampai akhir. Agar
kita pun dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya dan beroleh mahkota kehidupan.
Bunda Maria
sebagai Bunda Gereja mengajarkan kita tentang arti sebuah kesetiaan. Dalam
perjalanan yang panjang, mulai dari menerima kabar gembira dari malaikat
Gabriel untuk melahirkan Yesus, sampai kepada puncak peristiwa kelam di bukit
Golgota, Maria tetap mendeklarasikan dirinya sebagai ibu yang penuh setia.
Walaupun spirit itu tidak pernah terucap dari bibirnya. Karena ia hanya
menunjukkan spirit itu dalam teladan laku atau perbuatan. Maria tidak pernah
mengeluh, marah, apalagi mengambil sikap tidak sabar dan putus asa. Berkat
kesetiaan Maria inilah, yang menjadi dasar kesetiaan kita sebagai anggota
gereja, untuk tetap setia memuliakan Allah dan Yesus melalui gereja-Nya yang
nyata di muka bumi.
Kesetiaan Maria
sebagai Bunda Gereja mengajarkan kita untuk tetap setia kepada Yesus dan Sang
Bapa. Terutama ketika menghadapi pelbagai tantangan dan kesulitan dalam hidup.
Kita tidak mudah putus asa, mempersalahkan Tuhan dan lari dari hadapan-Nya. Maria
sungguh mengajarkan kita untuk menyerahkan seluruh diri dan beban hidup kepada
Tuhan. Kita tetap menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Karena dengan kasih-Nya
yang besar, Ia tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan akan memberikan berkat
yang membawa kebaikan dan keselamatan dalam hidup. Mari kita selalu bersikap
setia seperti yang diajarkan oleh Bunda Gereja kita, yakni Bunda Maria.
***AKD***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar