Selasa, 21 Juni 2022

Spirit Maria Bunda Gereja

 

Yoh 19: 25-34

 

Bunda Maria adalah ibu yang dicintai banyak orang. Tetapi banyak juga yang masih memperdebatkan siapa Maria itu. Banyak orang yang menghormati Bunda Maria karena keikutsertaannya dalam hidup dan karya Yesus. Bagi mereka, Maria lebih dari sekedar seorang ibu yang melahirkan dan merawat anak-Nya. Sedangkan orang-orang yang mempersoalkan kedudukan Bunda Maria melihat perannya tidak lebih dari seorang ibu yang melahirkan dan memperhatikan Yesus sebagaimana ibu-ibu pada umumnya. Bagi mereka, Bunda Maria adalah Ibu Tuhan, tetapi ia tidak memiliki banyak peran dalam karya Putra-Nya, Yesus Kristus.

 

Gereja Katolik sendiri, sangat mencintai dan menghormati Bunda Maria. Maria mendapat tempat yang istimewa di dalam gereja Katolik. Salah satu bentuk penghormatan itu adalah memberi gelar kepada Maria sebagai Bunda Gereja. Tentu tidak sekedar gelar. Kesatuan antara Kristus, Bunda Maria, dan Gereja, menjadikan Bunda Maria tidak terpisahkan dari Kristus dan Gereja. Sehingga Maria bukan saja menjadi Bunda Allah, namun juga adalah Bunda Gereja, Bunda umat beriman. Setidaknya ada dua alasan mengapa Maria disebut sebagai Bunda Gereja.

 

Pertama, karena Bunda Maria menempati tempat terdepan dalam perjalanan iman. Sebagai ibu yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan Yesus, Bunda Maria hadir secara istimewa dalam kehidupan Yesus di dunia. Di setiap peristiwa hidupnya, ketaatan iman Maria terus diuji dan disempurnakan oleh Tuhan. Sejak terbentuk-Nya Kristus dalam rahim Maria, saat kelahiran-Nya di tempat yang kumuh, saat mengungsi ke Mesir, saat hilang dan ditemukan kembali Yesus di baik Allah, saat pertumbuhan-Nya sejak anak-anak sampai dewasa, Maria hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus di bawah satu atap, dalam kesederhanaan keluarga tukang kayu.

 

Saat Yesus pertama kali melakukan mukjizat di perkawinan di Kana, Bunda Maria hadir. Demikian pula pada saat Yesus mengajar orang banyak. Walaupun Kitab Suci tidak mencatat secara detail tentang Bunda Maria, namun kita mengetahui bahwa Bunda Maria hadir di saat-saat penting dan menentukan dalam hidup Tuhan Yesus di dunia. Penyertaan Bunda Maria mencapai puncaknya pada saat ia mendampingi Yesus sampai di bukit Golgota, di saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia. Maria tegar berdiri di kaki salib Kristus, dan turut mempersembahkan Dia di hadapan Allah Bapa. Maria melihat sendiri kesengsaraan Putera-Nya Yesus Kristus yang melampaui segala ungkapan, untuk menebus dosa-dosa manusia.

 

Kedua, karena sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus sendiri memberikan Bunda Maria kepada kita, murid-murid yang dikasihi-Nya. Sesaat sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus memberikan Bunda Maria kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. “Ketika Yesus melihat Ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu”. Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya, “Inilah ibumu”. Dan sejak saat itu, murid itu (Yohanes) menerima dia (Bunda Maria) di dalam rumahnya” (Yoh 19:26-27). Gereja Katolik selalu memahami ucapan tersebut sebagai kehendak Yesus yang mempercayakan ibu-Nya kepada kita semua para murid-Nya, yang dalam hal ini diwakili oleh Yohanes.

 

Sama seperti Yohanes Pembaptis menyebutkan sesuatu yang penting tentang Yesus dengan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah” untuk diterima sebagai kebenaran bagi semua umat beriman, maka Tuhan Yesus juga menyebutkan hal yang penting tentang Bunda Maria, dengan berkata kepada para murid-Nya, “Inilah ibumu”, agar kita umat beriman juga dapat menerimanya sebagai kebenaran. Memang benar. Bunda Maria adalah ibu kita sebab Tuhan Yesus memberikannya kepada kita umat beriman, untuk dikasihi, dihormati, dan diteladani. Dengan menerima Maria sebagai ibu gereja, kita dapat belajar untuk mengikuti teladan imannya sampai akhir. Agar kita pun dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya dan beroleh mahkota kehidupan.

 

Bunda Maria sebagai Bunda Gereja mengajarkan kita tentang arti sebuah kesetiaan. Dalam perjalanan yang panjang, mulai dari menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel untuk melahirkan Yesus, sampai kepada puncak peristiwa kelam di bukit Golgota, Maria tetap mendeklarasikan dirinya sebagai ibu yang penuh setia. Walaupun spirit itu tidak pernah terucap dari bibirnya. Karena ia hanya menunjukkan spirit itu dalam teladan laku atau perbuatan. Maria tidak pernah mengeluh, marah, apalagi mengambil sikap tidak sabar dan putus asa. Berkat kesetiaan Maria inilah, yang menjadi dasar kesetiaan kita sebagai anggota gereja, untuk tetap setia memuliakan Allah dan Yesus melalui gereja-Nya yang nyata di muka bumi.

 

Kesetiaan Maria sebagai Bunda Gereja mengajarkan kita untuk tetap setia kepada Yesus dan Sang Bapa. Terutama ketika menghadapi pelbagai tantangan dan kesulitan dalam hidup. Kita tidak mudah putus asa, mempersalahkan Tuhan dan lari dari hadapan-Nya. Maria sungguh mengajarkan kita untuk menyerahkan seluruh diri dan beban hidup kepada Tuhan. Kita tetap menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Karena dengan kasih-Nya yang besar, Ia tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan akan memberikan berkat yang membawa kebaikan dan keselamatan dalam hidup. Mari kita selalu bersikap setia seperti yang diajarkan oleh Bunda Gereja kita, yakni Bunda Maria. ***AKD***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar