Mrk 11: 29-32
Sebagai makhluk ciptaan yang paling sempuna, manusia memiliki akal untuk
berpikir, kehendak untuk bertindak dan suara hati untuk merasakan segala
sesuatu yang ada. Entah yang berada di dalam diri, maupun yang berada di luar
dirinya. Ketiga komponen dasar itu memainkan peran untuk membaca pelbagai tanda
dalam kehidupannya. Tanda-tanda itu bisa muncul dari alam, dari hubungan atau
relasi antara manusia, dan dari pergulatan hidup yang dialami seorang manusia
atau segala peristiwa hidup apa saja yang digumulinya.
Tanda itu memberi petunjuk akan sesuatu hal atau peristiwa. Tanda itu bisa
berwujud positif dan negatif. Ketika seorang petani melihat mendung hitam di
langit, dia akan bersukacita karena akan segera turun hujan menyirami tanaman
di ladangnya. Atau dalam kepercayaan masyarakat tertentu yang mempercayai hal
buruk yang terjadi melalui sebuah tanda yang sepele. Misalnya ada piring,
gelas, atau barang lainnya, yang tiba-tiba pecah tanpa sedikit pun disentuh
oleh manusia atau disebabkan oleh sesuatu yang lain. Tanda dalam kehidupan
manusia menjadi penting sebagai sebuah awasan, peringatan atau pedoman bagi
manusia untuk tetap eksis melanjutkan kehidupannya di dunia
Tanda menjadi sesuatu yang urgen juga bagi orang-orang Yahudi terutama para
elit agama melalui bacaan Injil pada hari ini (Mrk 11:29-32). Mereka meminta
sebuah tanda dari Yesus yang sungguh memberi bukti atas segala kuasa dan
perbuatan ajaib yang Ia lakukan. Yesus telah banyak bersabda dengan kata-kata
yang indah dan penuh daya untuk menyentuh hati banyak orang. Ia memiliki kuasa
untuk mengampuni orang berdosa dan membuat mereka percaya kepada Allah. Ia juga
banyak melakukan mukjizat untuk menyembuhkan orang sakit dan orang yang
kerasukan setan. Yesus juga menggandakan makanan untuk memberi makan banyak
orang. Bahkan, Yesus juga membangkitkan orang yang telah mati.
Segala peristiwa dan pengalaman tentang Yesus ini yang menjadi bahan
perbincangan sekaligus pergunjingan di antara umat Israel. Semua orang dibuat
heran, kagum, dan penasaran. Buah dari kekaguman itu menghasilkan pertobatan di
antara umat Israel. Tetapi masih juga ada yang tidak percaya. Seperti yang
terjadi di kalangan para pemimpin agama Yahudi. Terlihat bahwa mereka juga
merasa heran dan kagum akan sosok Yesus dan segala perbuatan-Nya yang ajaib.
Namun ada sesuatu yang menutup pikiran dan hati sehingga membuat mereka tidak
percaya kepada Yesus. Mereka berusaha mencari-cari alasan dengan meminta sebuah
tanda dari Yesus. Padahal, Yesus dan segala karya-Nya sudah merupakan sebuah
tanda agung yang mempresentasikan kehadiran Allah sendiri di muka bumi.
Para pemimpin agama Yahudi tidak mampu membaca tanda dalam diri Yesus
karena pribadi mereka telah digerogoti oleh sikap sombong dan iri hati. Mereka
merasa diri paling hebat dan paling pintar. Tidak ada yang boleh menyaingi
kepintaran mereka. Jika pun ada, tentu saja mereka tidak akan mau menerima dan
mengakui. Seperti yang mereka perbuat terhadap Yesus. Mereka menaruh sikap iri
dan dengki karena tidak memiliki kharisma seperti yang dimiliki oleh Yesus.
Kharisma Yesus itu nampak dari kata-kata penuh kuasa dan segala tindakan
mukjizat yang menyelamatkan banyak orang. Apalagi gerakan Yesus ini sudah
viral, menyebar ke mana-mana dan membawa simpati publik. Hal ini yang menjadi
ketakukan tersendiri bagi para pemimpin Yahudi. Karena mereka akan kehilangan
pamor dan bisa terjadi mosi tidak percaya dari umat terhadap para pemimpin
agamanya sendiri.
Yesus sungguh merasa heran akan sikap keras hati dan kedegilan pikiran dari
para pemimpin agama Yahudi. Bagaimana mungkin mereka yang mengklaim diri
sebagai umat pilihan Allah, justru tidak menunjukkan jati diri yang selaras
dengan status sebagai bangsa pilihan Allah. Yesus yang sudah terang benderang
menjadi tanda agung dari Allah, tidak mampu dideteksi oleh umat yang mengaku
sebagai umat pilihan. Ini sungguh tidak masuk di akal. Yesus kemudian
membandingkan perilaku mereka dengan orang Niniwe yang bertobat dan percaya
karena melihat tanda Allah dalam diri nabi Yunus. Padahal orang Niniwe
merupakan bangsa kafir yang tidak percaya kepada Allah. Lalu Yesus mengatakan
bahwa pada hari penghakiman, orang-orang kafir yang telah percaya kepada Allah
akan bangkit dan memberi hukuman kepada bangsa pilihan Allah yang justru tidak
menunjukkan kepercayaannya kepada Allah.
Dalam kehidupan ini, sebenarnya ada banyak tanda yang menyatakan bahwa
Tuhan sungguh hadir walaupun kita tidak melihat-Nya secara kasat mata. Melihat
pemandangan alam semesta yang indah, kita tidak ragu-ragu lagi untuk percaya
kepada-Nya. Atau dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami bersama orang
lain. Kita memiliki orang tua yang penuh cinta, para sahabat sejati, rekan
kerja yang handal, dan orang-orang yang mendukung hidup dan perjuangan kita.
Bukankah itu memberi tanda bahwa Allah sungguh hadir.
Dalam setiap pergulatan atau pergumulan hidup yang kita alami secara
personal, ada banyak tanda yang mengintervensi kehadiran Tuhan di sana.
Misalnya, ketika kita mengalami keberhasilan atau kesuksesan akan sesuatu hal.
Kita mendapat jodoh hidup yang baik, kita memperoleh pekerjaan yang baik,
anak-anak kita yang berhasil dalam pendidikan, dan sebagainya. Tanda kehadiran
Tuhan juga terbaca lewat cara lain. Kita bisa keluar dari tantangan atau beban
berat yang kita hadapi dalam keluarga, di lingkungan atau di tempat kerja. Kita
menjadi lebih sabar dan kuat. Tidak mudah putus asa dalam menghadapi aneka
persoalan hidup. Kita lebih mudah mengampuni orang lain. Kita mau berkorban dan
berjuang demi orang lain. Dan masih banyak lagi peristiwa atau pengalaman yang
memberi tanda kehadiran Tuhan di dalam setiap napas kehidupan kita.
Kini kita telah memasuki masa prapaskah pekan pertama. Semoga melalui
refleksi ini, kita semakin percaya kepada Tuhan melalui setiap tanda yang hadir
dalam kehidupan. Kita semakin membuka diri terhadap Tuhan akan segala pesan
yang Ia nyatakan melalui berbagai pengalaman dan peristiwa hidup yang kita
alami. Amin. ***Atanasius KD Labaona***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar