Kamis, 08 Oktober 2020

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu

Gal 3:1-5 & Luk 11:5-13


Kemarin Injil menampilkan kisah tentang permintaan para murid kepada Yesus untuk mengajari mereka berdoa. Kepada para murid-Nya, Yesus mengajarkan suatu doa yang paling hakiki, yaitu doa Bapa Kami. Doa itulah yang menjadi model, sumber inspirasi dan simpulan dari semua doa orang beriman.

 

Salah satu unsur doa yang diajarkan Yesus kepada para murid-Nya dan mendapat penekanan khusus dalam Injil hari ini adalah permohonan. Penginjil nyatakan itu dalam tiga kata kerja: mintalah, carilah dan ketoklah. Karena ketiganya memiliki orientasi yang sama maka dalam konteks refleksi ini, baiklah kita memilih kata pertama sebagai kata representatif.

 

Allah itu sumber hidup manusia. Manusia tidak bisa hidup dari dirinya sendiri, melainkan bergantung kepada kebaikan dan kemurahan hati Allah. Maka meminta kepada Allah apa yang sepatutnya untuk hidup adalah suatu yang taken for granted.

 

Ya, meminta itu sikap sepantasnya pada diri manusia. Dengan meminta manusia menunjukkan ketergantungan hidup pada Allah. Ia mengekspresikan iman dan kepercayaan kepada Allah, bahwa Dia itu Allah yang mahabaik; Dia mendengarkan keluhan dan rintihan umat-Nya; Dia itulah yang memenuhi permintaan orang-orang yang takut akan nama-Nya (lih Mzr 61:6).

 

Jelas kiranya, meminta kepada Allah itu bukan suatu yang buruk. Meminta itu baik karena ia menjadi bagian dari kehendak Allah sendiri. Setiap orang yang meminta dalam rasa takut yang suci akan Allah benar-benar akan menyatukan dirinya dengan kehendak Allah itu sendiri.

 

Namun perlu ditandaskan di sini bahwa meminta bukan asal meminta dan dilakukan secara serampangan seperti orang yang tidak mengenal Allah. Orang harus meminta dengan sungguh-sungguh dan itulah yang diminta Yesus, namun dalam keyakinan yang utuh. Setiap orang beriman tahu meminta yang baik kepada Allah yang mahabaik. Iman menuntunnya untuk meminta supaya kehendak Allah terjadi pada dirinya, bukan keinginan dirinya.

 

Dalam konfrontasi dengan pengalaman hidup, tidak sedikit orang memberi kesaksian bahwa mereka begitu setia dan tekun dalam berdoa dan meminta apa yang sangat ‘dibutuhkan’, namun semakin mereka berdoa dan meminta apa yang diminta semakin menjauh. Tuhan tampak tuli. Permintaan mereka tidak didengarkan dan dikabulkan Tuhan.

 

Pengalaman ini banyak digunakan sebagai dasar untuk menegasikan bahwa Allah itu mahabaik dan mahamurah. Tidak sedikit orang terjebak dalam ateisme praktis karena pengalaman ini. Namun adilkah pengalaman kita yang partikularistis itu dapat dijadikan dasar untuk menegasikan kebenaran hakiki pada Allah? Lebih baiknya adalah kita berusaha berkaca diri dan melihat apakah kita benar-benar meminta dengan benar sesuai dengan kehendak Allah?

 

Baiklah kita mendengarkan nasihat St. Yakobus: “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin” (Yak 1:6).

 

Lagi pula ia berkata: “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (Yak 4:3).

 

St. Paulus meyadarkan kita bahwa iman akan Yesus adalah dasar penerimaan anugerah Roh Kudus. Iman menghadirkan Roh Allah. Roh inilah yang membimbing dan menuntun kita untuk meminta dengan benar kepada Allah, bahkan ketika kita tidak tahu bagaimana harus berdoa, Rohlah berdoa untuk kita (lih Rm 8:26). Ia membawa kita melampaui kedagingan kita dan karena itu meminta apa yang benar-benar sesuai kehendak Allah yang menyelamatkan.

 

Roh itu pula yang membangkitkan harapan yang menyertai keyakinan kita bahwa Allah yang mahabaik dan mahamurah itu akan memberikan apa yang kita butuhkan untuk kehidupan dan keselamatan kita. Kapan dan bagaimana Allah menjawabi kita itu rahasia kebijaksanaan ilahi-Nya, namun pasti bahwa Ia menjawab setiap kita yang meminta kepada-Nya dengan rasa takut yang suci. “...jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!”

 

Janganlah takut meminta dan jangan kuatir tidak akan didengarkan oleh Allah. Dia sendiri menghendaki kita meminta kepada Dia, tetapi dengan penuh keyakinan bahwa Dia itu sungguh baik dan mahamurah. Dia pasti mendengarkan dan mengabulkan doa kita. ***Apol***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar