Gal
3:1-5 & Luk 11:5-13
Kemarin Injil menampilkan kisah tentang permintaan para murid kepada Yesus
untuk mengajari mereka berdoa. Kepada para murid-Nya, Yesus mengajarkan suatu
doa yang paling hakiki, yaitu doa Bapa Kami. Doa itulah yang menjadi model, sumber
inspirasi dan simpulan dari semua doa orang beriman.
Salah satu
unsur doa yang diajarkan Yesus kepada para murid-Nya dan mendapat penekanan
khusus dalam Injil hari ini adalah permohonan. Penginjil nyatakan itu dalam
tiga kata kerja: mintalah, carilah dan ketoklah. Karena ketiganya memiliki
orientasi yang sama maka dalam konteks refleksi ini, baiklah kita memilih kata
pertama sebagai kata representatif.
Allah itu
sumber hidup manusia. Manusia tidak bisa hidup dari dirinya sendiri, melainkan
bergantung kepada kebaikan dan kemurahan hati Allah. Maka meminta kepada Allah
apa yang sepatutnya untuk hidup adalah suatu yang taken for granted.
Ya, meminta itu
sikap sepantasnya pada diri manusia. Dengan meminta manusia menunjukkan ketergantungan
hidup pada Allah. Ia mengekspresikan iman dan kepercayaan kepada Allah, bahwa Dia
itu Allah yang mahabaik; Dia mendengarkan keluhan dan rintihan umat-Nya; Dia itulah
yang memenuhi permintaan orang-orang yang takut akan nama-Nya (lih Mzr 61:6).
Jelas kiranya,
meminta kepada Allah itu bukan suatu yang buruk. Meminta itu baik karena ia menjadi
bagian dari kehendak Allah sendiri. Setiap orang yang meminta dalam rasa takut
yang suci akan Allah benar-benar akan menyatukan dirinya dengan kehendak Allah
itu sendiri.
Namun perlu
ditandaskan di sini bahwa meminta bukan asal meminta dan dilakukan secara
serampangan seperti orang yang tidak mengenal Allah. Orang harus meminta dengan
sungguh-sungguh dan itulah yang diminta Yesus, namun dalam keyakinan yang utuh.
Setiap orang beriman tahu meminta yang baik kepada Allah yang mahabaik. Iman
menuntunnya untuk meminta supaya kehendak Allah terjadi pada dirinya, bukan keinginan
dirinya.
Dalam
konfrontasi dengan pengalaman hidup, tidak sedikit orang memberi kesaksian
bahwa mereka begitu setia dan tekun dalam berdoa dan meminta apa yang sangat
‘dibutuhkan’, namun semakin mereka berdoa dan meminta apa yang diminta semakin
menjauh. Tuhan tampak tuli. Permintaan mereka tidak didengarkan dan dikabulkan
Tuhan.
Pengalaman ini
banyak digunakan sebagai dasar untuk menegasikan bahwa Allah itu mahabaik dan
mahamurah. Tidak sedikit orang terjebak dalam ateisme praktis karena pengalaman
ini. Namun adilkah pengalaman kita yang partikularistis itu dapat dijadikan
dasar untuk menegasikan kebenaran hakiki pada Allah? Lebih baiknya adalah kita
berusaha berkaca diri dan melihat apakah kita benar-benar meminta dengan benar sesuai
dengan kehendak Allah?
Baiklah kita
mendengarkan nasihat St. Yakobus: “Hendaklah ia
memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang
sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin”
(Yak 1:6).
Lagi pula ia berkata: “Atau kamu
berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa,
sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”
(Yak 4:3).
St. Paulus meyadarkan
kita bahwa iman akan Yesus adalah dasar penerimaan anugerah Roh Kudus. Iman
menghadirkan Roh Allah. Roh inilah yang membimbing dan menuntun kita untuk
meminta dengan benar kepada Allah, bahkan ketika kita tidak tahu bagaimana
harus berdoa, Rohlah berdoa untuk kita (lih Rm 8:26). Ia membawa kita melampaui
kedagingan kita dan karena itu meminta apa yang benar-benar sesuai kehendak
Allah yang menyelamatkan.
Roh itu pula
yang membangkitkan harapan yang menyertai keyakinan kita bahwa Allah yang
mahabaik dan mahamurah itu akan memberikan apa yang kita butuhkan untuk
kehidupan dan keselamatan kita. Kapan dan bagaimana Allah menjawabi kita itu
rahasia kebijaksanaan ilahi-Nya, namun pasti bahwa Ia menjawab setiap kita yang
meminta kepada-Nya dengan rasa takut yang suci. “...jika
kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi
Bapamu yang di sorga!”
Janganlah takut
meminta dan jangan kuatir tidak akan didengarkan oleh Allah. Dia sendiri
menghendaki kita meminta kepada Dia, tetapi dengan penuh keyakinan bahwa Dia
itu sungguh baik dan mahamurah. Dia pasti mendengarkan dan mengabulkan doa
kita. ***Apol***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar