Senin, 21 Maret 2022

Mengasihi Allah Dalam Diri Sesama

Mat 25:31-46

 

Hidup ini adalah sebuah anugerah. Tuhan melengkapinya dengan pelbagai karunia yang harus dikembangkan agar mencapai hasil yang maksimal. Tugas manusia adalah menata dan mengelola dengan baik dan benar semua yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya, agar hidup ini tidak sia-sia, melainkan bermakna. Sikap dan cara ini sekaligus menjadi satu bentuk nyata pertanggungjawaban manusia kepada Tuhan, Sang Pemilik semesta dan Pemberi segala anugerah. Hidup ini memang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Lalu, bagaimana seharusnya bentuk nyata pertanggungjawaban itu? (Berjalan Bersama Sang Sabda, 2022, hal.91).

Dalam bacaan Injil (Mat 25:31-46), dengan terang benderang Yesus membentangkan suatu kenyataan yang akan dialami manusia pasca hidup di dunia fana ini. Manusia akan datang dan mengalami suatu pengalaman ilahi yakni bertemu dengan Tuhan, Sang Pencipta-Nya. Pada saat yang krusial tersebut, nasib terakhir bagi manusia untuk mengalami keselamatan atau tidak segera ditentukan. Tuhan Yang boleh mendapat keselamatan dikategorikan dalam kelompok domba. Sebaliknya, yang tidak mendapat keselamatan diklasifikasikan ke dalam kelompok kambing.

Menarik menyimak apa yang dikatakan oleh Yesus. Bahwa hak memperoleh keselamatan atau tidak sebenarnya ditentukan oleh hidup manusia sendiri tatkala ia masih berada di atas dunia. Hidup itu ibarat menggarap sebuah ladang. Apabila manusia menanam benih padi, maka pada saatnya ia akan memanen bulir padi yang berlimpah. Namun, apabila ia menabur biji ilalang, maka pada gilirannya ia akan menuai ilalang. Ungkapan simbolik di atas mau menandaskan keselamatan itu tidak otomatis didapatkan manusia. Keselamatan itu harus diperjuangkan. Bagaimana memperjuangkannya?

Tentu dengan melakukan banyak hal yang positif. Dan hal yang positif itu selaras dengan kehendak Tuhan sendiri. Secara eksplisit Yesus menggambarkan hal-hal praktis yang bisa dilakukan manusia dalam hidupnya. “Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Mat (25:35-36). Kemudian Yesus mengunci kata-kata-Nya ini dengan berkata: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).

Aku yang dimaksud oleh Yesus adalah pengejawantaan Diri-Nya atau Diri Allah dalam setiap diri manusia yang lemah, sakit, tersingkir, atau terabaikan. Suatu kenyataan atau realitas yang jamak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu mencari mereka sampai ke ujung dunia. Karena mereka begitu dekat dan tampak jelas di dalam kehidupan kita. Menjadi soal apabila kita tidak melihat mereka sebagai representasi Allah sendiri. Lebih parah lagi, kita seakan tidak peduli, bahkan dengan sadar semakin memojokkan mereka dari kehidupan sosial.

Hari ini Yesus mau mengatakan dua hal kepada kita. Pertama, Ia dan Bapa-Nya sungguh hadir secara nyata dalam rupa para sesama yang sedang mengalami sakit, kesusahan, kesulitan, dan penderitaan. Kedua, garansi keselamatan bagi kita sebagai orang beriman adalah tatkala kita membuahi iman akan Dia dengan menunjukkan perhatian dan kepeduliaan bagi semua orang. Terutama bagi mereka yang dikategorikan sebagai orang kecil. lemah, dan tidak berdaya. Memang sangat simpel apa yang digariskan oleh Yesus. Namun, acapkali terasa sulit dan jarang kita lakukan.


Kini, kita telah memasuki masa prapaskah pekan pertama. Sungguh menjadi sebuah moment yang berahmat bagi kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Dia yang kita imani dalam hidup. Tidak hanya melalui doa, derma dan puasa. Namun lebih dari itu, kita sungguh mengasah diri kita untuk lebih peduli dengan orang-orang yang sedang mengalami sakit, kesulitan, dan penderitaan dalam hidupnya. Karena mereka sebenarya rupa Allah sendiri yang sementara meminta belaskasihan. Mari kita semakin menata hidup secara lebih baik dengan menjadi orang yang sungguh-sungguh Katolik di masa prapaskah ini Semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar